Pesona Senja Yang Membiru

Pesona Senja Yang Membiru

Langit yang memohon

"Jika namamu tak tertulis indah lagi di hatinya, tak membuatmu lagi menjadi tujuannya, layakkah kamu mengemis? tidak! Hati, jangan tutup dirimu pada bumi yang luas ini .."

Sore itu Alina duduk di tepi pantai. Ombak silih berganti mengajaknya pecah dalam kegamangan. Ufuk senja kekuningan mengiring hatinya yang sudah semakin lebam. Nafasnya berhembus lelah, mata sembab bukan hanya karena angin laut mengibas namun cinta dikhianati pun ikut andil membuat perih kedua bola matanya.

Di usia yang beranjak 27 tahun, Alina harus menerima kepahitan atas pernikahan yang sudah di ambang perceraian. Sekuat apapun dia bertahan mencintai, bila tak mampu di cintai secara utuh, dia akan mundur perlahan tanpa pamit.

Seperti sekarang ini, pria yang ia agungkan bak langit yang setiap saat menyelimuti hidupnya, dia harus merelakan Aufar kepada sosok pekat malam bernama Rin, seorang gadis yang jauh lebih muda dan cantik darinya, namun memiliki jiwa perebut.

"Ya Allah, buatlah aku bisa menganyam keikhlasan," lirihnya.

Dari jauh ada suara deru mobil yang kian mendekat, itu mobil Aufar, pria yang sedari tadi mencari letak keberadaan Alina. Keluar dari mobil dengan tergesa-gesa, Aufar berlari kecil ke arah perempuan yang sudah tak mengharapkannya lagi.

"Aku mencari mu, ternyata kau disini. Sayang, bisakah kita bicara sekali lagi," pinta Aufar memelas.

Alina membuang pandang jengah. Wajah Aufar tak sudi lagi di lirik oleh matanya. Bahkan suara yang dulu ia kagumi itu kini jadi bising yang seakan memecahkan gendang telinganya.

"Aku bisa berbuat adil, kamu tetap jadi posisi pertama," kara Aufar dengan mudahnya. Alina tersenyum kecut. Dia tak lagi menaruh simpati pada pria yang merasa terjebak itu.

"Alina, ku mohon ..kamu urungkan niatmu menggugat aku," ucap Aufar lagi. Tak rela bila harus kehilangan sosok wanita tangguh itu dari hidupnya.

Alina menghela nafas. Berbalik menatap Aufar penuh amarah. Bibir yang sedari tadi ia kunci menyusun kata. 

"Aku tidak pernah merubah pendirian ku ketika aku sudah memutuskan, kamu hanya pria yang terbuai nafsu, aku bahkan tidak ingin di duakan dari sisi mana pun," papar Alina.

 

Aufar meraih tangan kanan Alina, menatap nanar mengiba maaf, mimik sendu wajahnya ia lemparkan ke istrinya itu. 

"Dia menjebak ku, dan Rin sudah hamil, aku juga tidak bisa tidak lari tanggung jawab atas dia," ujar Aufar dilema.

"Kalau begitu lepaskan aku, jangan memaksa aku untuk menerima kesalahan kalian, kalian terjebak tetapi senang dalam jebakan itu."

"Rin, itu perempuan yang baik, dia ju-" belum sempurna kalimat Aufar, suara Alina lantang mencegatnya.

"Cukup! Jangan puji dia di hadapanku, jika dia baik maka berbahagialah dengan dia, jangan pernah lagi memohon yang tak bisa lagi kamu dapatkan," hentak Alina berlalu ke arah sepeda motornya.

 Suara Aufar tiada henti menyeru namanya dari belakang. Alina melajukan sepeda motor tanpa berbalik atau melirik bayangan itu di kaca spion. Sakit di atas sakit mendengar Aufar memuji Rin yang jelas-jelas sudah menghancurkan kisah cintanya.

Menempuh jarak seratus meter, di saku celana, ponselnya berdering, Alina menepi sejenak. Di layar terpampang nama seorang yang ia nantikan sejak seminggu yang lalu.

"Assalamualaikum, Wanda," ucapnya pada si penelpon itu.

"Walaikumsalam, kamu di mana Rin? cek email kamu, kayaknya kantor media World     Pen kirimin kamu email deh," ujar Wanda.

"Emang iya? ya aku di jalan ini, nanti aku akan cek lagi ya, makasih Wanda," sahut Alina lega. 

Wanda salah satu temannya yang menjadi travel blogger di Indonesia, tulisan perempuan berdarah Aceh-Makassar itu sudah mendunia dengan berbagai negara yang ia kunjungi. Sebagai teman, Wanda merekomendasi Alina untuk menjadi penulis kolom di World Pen, salah satu wadah media islam.

Alina melaju kembali membelah jalan yang amat sepi itu. Dia melewati arah menuju rumah pribadinya bersama Aufar. Tak lagi membelok seperti biasa, dia sudah meninggalkan puluhan ribu kenangan  di rumah yang sudah di naungi Rin.

'Aku sudah lelah karena kalian, mari kita cari jalan takdir kita masing-masing,' lirih Alina sembari memfokuskan mata ke setiap sisi jalan.

Bila mengingat Rin, rasa benci menyeruak. Gadis pekat malam itu serasa menusuknya dari belakang, berpura-pura menjadi pihak yang tersakiti, seolah-olah dia terjebak oleh Aufar yang merasa kurang nafkah batin dari Alina. Beberapa bulan menjalin hubungan dengan Aufar, dengan bangganya Rin datang meminta di nikahi oleh pria beristri itu.

Empat tahun pernikahan di bangun penuh cinta, hancur berkeping-keping karena kesalahan imannya yang terbuai dengan paras cantik Rin. Bagi Alina, ini bukan kesalahan, melainkan nafsu mereka yang di sengaja.

Setiba di rumah, Alina bergegas menuju ke kamar. Sebelum itu, dia menyempatkan diri mengintip Afif di kamar ibunya. Putra semata wayangnya itu sedang asyik nonton. Karena tak ingin menganggu, Alina menutup pintu itu kembali secara pelan.

Dengan cekatan, Alina membuka laptopnya. Matanya menyipit mencari urutan pesan masuk ke email-nya. Ternyata benar, pesan dari World Pen mencuat di permukaan layar laptopnya.

"Alhamdulillah, aku di terima," ucapnya.

Suatu hikmah besar dari ujian yang melanda rumah tangganya. Alina sudah di terima menjadi penulis tetap di World Pen. Tugas pertamanya ialah suatu membuatnya tercengang. Alina diam sejenak, karir kepenulisannya akan  di mulai di belahan bumi yang belum ia pijak sebelumnya.

"Negara Republik Cheko!" Alina tersentak.

Nafasnya berat, bukan tak bersyukur atas nikmat itu. Namun ada banyak pertimbangan yang ia pikirkan, ketakutan mengembara seorang diri di negara asing baginya, belum lagi senyum Afif yang membuatnya ragu memilih tawaran itu.

Alina memanggil nomor Wanda, dia mencoba bernegosiasi atas tugas pertama yang di berikan direktur padanya.

"Alina, ini tugas pertama, sayang loh kamu lewatin, lagi pula ini sangat mudah, negara ini yang paling aman di antara negara lain," jelas Wanda.

"Tapi, Da. Aku masih pemula, bisakah aku travelnya sekitar Asia saja? misalkan di Korea atau Jepang," pinta Alina. Dia tahu, Wanda juga memiliki andil dalam keputusan direktur. Bahkan sebagai penulis senior, suara Wanda acap kali jadi sahutan yang paling berperan di World Pen.

Wanda diam sesaat. Dia memahami ketakutan temannya itu, seorang yang hanya bertahun-tahun berdiam diri sebagai ibu rumah tangga akan di hadapkan kehidupan dunia yang luas.

"Di Asia, sudah ada yang bertugas di sana, kamu bisa ke itali dulu, aku akan menemanimu belajar caranya hidup sebagai travel blogger," usul Wanda.

Wanda sudah lama tinggal Negara menara miring itu. Di sana dia menghabiskan waktu untuk mengajar orang-orang yang sudah mualaf karena tulisannya.

Alina mengiyakan, lagi pula impiannya ialah bisa menjelajah di bumi Allah, hanya saja dia terkendala ketakutan yang biasa terlihat di layar tv tentang kejahatan seksual di negara barat sana.

Tugas utamanya lagi ialah memberi pemahaman pada Afif, bocah berusia tiga tahun itu harus terpisah sementara oleh ibunya. Ah, sedih sekali hati seorang ibu, namun ini cara yang tepat agar Afif dan dia bisa melanjutkan hidup tanpa bergantung nafkah dari Aufar yang sudah memiliki tanggung jawab baru.

Terpopuler

Comments

AdeOpie

AdeOpie

perselingkuhan secara sengaja jangan kasih ampun mending mundur, apa lagi suami lebih memuji wanita yang baru dia kenal di depan istrinya sendiri, semoga Alina bisa menemukan jodohnya yang lebih dari Aufar untuk Alina dan anaknya.

2021-11-20

0

Agus Irawan

Agus Irawan

lah balik lagi Thor

2021-11-19

0

Emi Wash

Emi Wash

aduh baru baca part awal kok dah ikut sedih ya..

ada pelakor siulat bulu....

2021-11-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!