...Happy Reading......
...❤...
Ayu duduk bersimpuh di atas bentangan sajadah berwarna putih, bermotif bunga di sisinya.
Tubuhnya masih berbalut mukena putih bersih di ruangan bercahaya redup itu, Ayu baru saja selesai menjalankan ibadah Shalat malam.
Rutinitas yang tidak pernah ia tinggalkan semenjak kepergian sang Ibu.
Air matanya sudah tumpah bahkan semenjak Ayu memulai Shalat nya beberapa waktu lalu.
Bayangan saat ia berbicara dengan Radit sore tadi kembali terbayang di dalam ingatannya.
" Ay, Abang mohon maafkan Abang, jangan diam seperti ini Ay " perkataan pertama kali yang langsung terucap ketika Ayu baru saja membuka pintu ruangannya, setelah satu jam lebih ia terus mendengar permohonan maaf dari suaminya.
Ayu diam....
Hanya diam....
Berjalan menuju sofa yang berada di ruangan itu. Airmatanya kembali menetes melihat wajah suaminya.
Suami yang telah memberikan luka yang sangat mendalam untuk dirinya.
" Pukul Abang Ay, pukul sampai Ay puas... Abang rela, asalkan Ay mau memaafkan Abang " Radit berlutut di hadapan Ayu yang duduk di sofa.
Ayu masih saja diam dengan tatapan mata kosong.
" Ay, jawab Abang Ay.... JAWAB AY..!" Radit berteriak di akhir kalimatnya.
Radit tak sanggup melihat Ayu yang hanya diam sambil menangis sedari tadi, ia lebih baik menerima caci maki dan ledakan amarah dari istri pertamanya itu, daripada di perlakuan seperti ini.
Berdiri dan mengusap wajahnya kasar, tak pernah menyangka reaksi Ayu malah seperti ini.
Tadinya Radit mengira Ayu akan menangis, meraung dan melepaskan kemarahannya padanya dan Mala.
Tapi apa ini.... Dia malah di buat merasa sangat bersalah karena melihat Ayu yang bahkan tak menyalahkan dirinya dan hanya diam dengan air mata yang terus mengalir.
" Apa yang harus aku lakukan ?" Ayu berkata dengan tatapan mata kosong.
" Semuanya hanya akan sia-sia saja kan..? " lirih Ayu memberanikan diri melihat wajah Radit dengan perasaan hancur.
Diam...
Radit membisu mendengar kata-kata yang terlontar dari mulut bergetar Ayu.
Ia tertohok...
Benar apa yang di katakan Ayu, semuanya sudah sia-sia, apapun yang akan Ayu katakan tak akan bisa merubah semua yang sudah terjadi.
Percuma...
Ya... Semuanya akan percuma...
Manik indah istrinya yang selalu di penuhi binar kebahagiaan dan semangat itu, kini redup.... Berganti dengan sorot penuh luka dan kekecewaan.
Hati Radit sakit melihat semua itu, terlebih sekarang dia sendiri lah yang memberikan luka pada wanita yang sedang terpuruk di hadapannya.
Wanita yang selama ini selalu mendukung dirinya di saat susah dan senangnya, di saat dia harus berjuang mencari pekerjaan dan belum sukses seperti sekarang...
Ayu...
Ayu lah yang selalu ada untuknya...
Menjadi penyemangat di saat dia sendiri merasa lelah dengan perjuangan nya....
Tapi sekarang apa yang ia berikan untuk wanita ini ?...
Hanya luka dan kecewa...
Radit menggenggam erat tangan Ayu, ia menciumnya berkali-kali.
" Maaf..." hanya kata itu yang mampu keluar dari bibirnya...
Kata yang terus ia ucapkan berulang kali, berharap istrinya mengampuni kesalahan yang ia lakukan.
Ayu memalingkan wajahnya, ia bahkan tak sanggup melihat wajah penuh penyesalan suaminya.
Terlalu menyakitkan walau hanya untuk memandang wajah seseorang yang sudah menggoreskan luka mendalam di hatinya.
" Beri aku waktu Bang, aku mau menenangkan diri dulu.."
Radit menatap wajah cantik istrinya yang sekarang sudah sangat kacau dengan penuh deraian air mata.
" Ta...tapi..."
" Aku mohon Bang.."
Belum sempat Radit menyelesaikan perkataannya, Ayu sudah menyela.
" Aku mohon Bang, ini semua terlalu sakit...." Ayu memberanikan diri menatap mata suaminya.
" Sakit Bang..." lanjutnya dengan penuh penekanan sambil menepuk dadanya beberapa kali.
.
Ayu beranjak ke atas tempat tidur kecil yang biasa ia gunakan ketika ingin beristirahat di butik.
Merebahkan badannya yang terasa lemas, masih dengan memakai mukena lengkap.
Perlahan ia menutup matanya masih dengan derai air mata yang selalu menghiasi wajahnya seminggu belakangan ini.
Meringkuk memeluk lututnya seperti seorang bayi, ia bahkan belum makan sejak tadi siang, dan sekarang sudah melewati tengah malam...
Menangis dengan berteman kegelapan, Ayu bahkan tak menghidupkan lampu ruangan itu, hanya cahaya lampu dari luar yang masuk melalui celah gorden yang meneranginya.
Pening di kepalanya semakin terasa, pandangan matanya semakin buram...
Sampai akhirnya kegelapan merenggut kesadarannya...
Ayu tak sadarkan diri...
Terlalu berat kenyataan yang harus ia terima hari ini...
Tak pernah terpisahkan di dalam hidupnya kalau ia akan di khianati oleh suami dan sahabatnya sendiri.
Cukup lama ia berusaha keluar dari trauma kegagalan rumah tangga yang di alami oleh kedua orang tuanya, hingga mengakibatkan dia terpisah dari saudara laki-laki nya dan tak pernah mendapatkan kasih sayang seorang Ayah.
Hingga ia berani memutuskan untuk melangkah ke dalam sebuah pernikahan bersama Radit dengan harapan kegagalan itu tidak akan pernah terjadi pada rumah tangganya sendiri.
Tapi yang terjadi sekarang membawanya pada trauma masa lalunya kembali.
Bagaimana ia akan egois dan meminta Radit untuk memilih salah satu di antara dia dan Mala, bila sekarang ada seorang anak yang akan menjadi korban atas ke egoisan nya itu.
Sedangkan dirinya sendiri adalah korban dari sebuah keluarga yang gagal, dan meninggalkan sejuta luka bagi seorang anak yang tidak akan pernah di rasakan oleh kedua orang tuanya.
Cacian... makian.... dari semua orang yang ada di sekitarnya...
Ayu sudah merasakan semua itu, menjadi seorang anak yang selalu menjadi bahan ledakan teman-temannya, sampai ia sendiri merasa tidak pernah di harapkan di dunia ini.
Ya... Ayu bahkan pernah mencoba bunuh diri ketika usianya masih berumur tiga belas tahun dengan cara menyayat pergelangan tangannya.
Untung saja waktu itu Ibunya pulang cepat dari tempat kerja Sehingga Ayu bisa di selamatkan.
Saat itu juga Ayu di ketahui mengidap Dysthymia atau depresi kadar rendah karena pengaruh lingkungan dan trauma masa kecil.
Sejak saat itu sang Ibu memilih pindah dari rumah lamanya, sambil terus menjalani pengobatan untuk Ayu.
Selama satu tahun Ayu harus bolak-balik berkonsultasi pada sikolog, hingga akhirnya ia bisa benar-benar sembuh dari depresinya, dan bisa hidup normal kembali.
.
.
Pagi hari Ayu sudah berdandan seperti biasa, ia membereskan butik sebelum membuka nya.
" Selamat pagi Mba..." Sapa Riska yang baru saja masuk.
" Pagi Ris..." sahut Ayu sambil terus merapihkan sebuah gaun yang berada di sebuah menekin.
" Mba nginep disini, kok tumben pagi-pagi udah ada di butik ?" tanya Riska duduk di sofa yang ada di bagian tengah butik untuk para pelanggan.
" Iya, Mba ketiduran tadi malam.." jawab Ayu duduk di samping Riska.
" Mba udah sarapan belum ? Nih kebetulan Ibuku bawain bekal " Riska mengeluarkan kotak makan berisi nasi goreng.
" Uh... kayaknya enak nih, ini beneran buat Mba ?" Ayu terlihat berbinar.
Sudah lama ia tak pernah makan bekal dari seorang Ibu.
Dulu waktu Ibunya masih ada pasti dia selalu di siapkan bekal seperti ini.
" Iya, Mba makan saja, biar aku yang lanjutin beres-beres nya " ucap Riska berjalan menuju belakang untuk menyimpan tas nya di loker.
Ayu mengangkat kotak bekal itu kedalam pangkuannya, membukanya dengan bayangan wajah Ibunya ketika sedang tersenyum.
Satu tetes air mata lolos meluncur indah di wajah Ayu, mengingat sang Ibu yang telah lama pergi.
" Mba nangis ? Kenapa Mba ? Nasibnya gak enak ya ?" cerocos Riska saat baru saja kembali dari belakang.
Segera Ayu menghapus air matanya, lalu tersenyum manis seperti biasa.
" Engga, gak papa... Nasinya enak kok, enak banget malah..." ucap Ayu sambil memasukan lagi sendok berisi nasi goreng ke dalam mulutnya.
Itulah Ayu, yang selalu terlihat ceria di hadapan semua orang walaupun sebenarnya hatinya sedang tidak baik-baik saja.
Menyembunyikan semua kesedihannya untuk dirinya sendiri, tanpa mau menunjukan nya sedikitpun pada orang di sekitarnya.
...🌿...
...🌿...
...Bersambung......
...🙏😊😘...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 306 Episodes
Comments
Anonymous
Cerai saja, buat apa Suami model begini didampingi, apalagi ayu mandiri dapat menghidupi diri sendiri. Mumpung belum hamil, cari suami Yang dapat menghargai Dan me cintai dengan tulus
2023-05-14
2
Lita Yanis
mending diemin aja yuu, si Radit, biar truus merasa berslah
2022-08-23
1
Tulip
tiada maaf bagi mu radit
2022-07-12
1