Inayah ke Ibukota

"Mak, Inayah tadi pagi sudah menghubungi Lilis, katanya ada lowongan untuk buruh di pabrik tempat dia kerja, dan pendidikan terendahnya kebetulan SMU, jadi Inayah bisa daftar. Bagaimana, apa boleh, Mak ?" tanya Inayah menghampiri ibunya yang sedang di sawah siang itu, sekalian mengantarkan makanan untuk ibunya makan siang.

"Boleh, Emak sudah bilang, kalau emak pasti mendukung mu, Nak" ucap Titin sambil duduk di gubuk pinggir sawah, membuka rantang berisi makanan yang di bawa Inayah untuknya, perutnya sudah terasa lapar karena sudah masuk waktu makan siang.

"Inayah, ngapain kamu jauh jauh ke kota kalau cuma jadi buruh pabrik, paling juga gaji nya gak seberapa, mending kamu jadi istri ke empat tuan Amir, dia tuan tanah yang kaya raya, kamu pasti hidup enak," sambar ibu ibu yang juga sedang makan siang di gubuk itu.

"Saya pengen mandiri bu, mencoba peruntungan di perantauan, lagi pula kan sayang ijazah SMU saya belum sempat terpakai," jawab Inayah ramah.

Ibu itu pun terdiam, mungkin karena malu atau malah mencibir Inayah tapi sebatas dalam hatinya.

"Tak apa, Nak. Apapun pekerjaan mu, mau itu buruh atau apapun, selama itu halal, tidak mencuri atau meminta minta, ibu pasti bangga dengan kamu," ucap Titin membesarkan hati putrinya.

"Terimakasih, Mak. Selalu mendukung dan jadi penyemangat Inayah selama ini," Inayah memeluk ibunya.

***

Seminggu kemudian,

Tiba hari dimana Inayah harus berangkat ke kota karena perekrutan karyawan di perusahaan tempat Lilis bekerja akan segera di tutup tiga hari lagi.

"Jaga dirimu baik baik di perantauan, Nak. Jaga kesehatan juga, kabari Emak ya, Nak" pesan Titin pada putri kesayangannya.

"Pasti, Mak. Inayah pasti jaga diri dan ngabari emak, Emak juga baik baik disini ya, jaga kesehatan, do'akan Inayah sukses di kota" Inayah menyalami dan mencium tangan ibunya.

Dibutuhkan sekitar kurang lebih 9 jam perjalanan dari desanya menuju ke Jakarta dengan menggunakan angkutan darat, Inayah memilih menaiki bis, karena kalau naik travel harganya bisa tiga atau bahkan empat kali lipat lebih mahal di bandingkan ongkos naik bis.

Berbekal alamat yang di kirimkan Lilis teman sekampungnya yang kini tinggal di Jakarta, Inayah nekat berangkat ke kota.

Bis yang Inayah tumpangi kini sudah tiba di terminal Pulo Gadung, Jakarta.

Inayah melihat ratusan orang memenuhi terminal itu, ada yang baru turun bis seperti dirinya, ada juga yang baru menaiki bis, hiruk pikuk kegiatan di terminal itu cukup membuat pusing kepala Inayah yang baru saja menjalani perjalanan panjang.

Inayah berjalan ke luar terminal dengan menenteng satu buah tas besar berisi pakaiannya.

Lilis bilang, dia masih harus menaiki bis kota untuk sampai ke tempat kost temannya itu.

Sedang asik duduk di halte menunggu bis kota datang, tiba tiba dua orang laki laki mendekatinya.

"Sendirian aja neng," tanya salah satu laki laki itu.

"Ti- tidak, saya menunggu teman" ucap Inayah tergagap karena ketakutan, konon katanya jangan pernah percaya siapapun di kota besar, karena banyak penjahat yang berpakain rapi dan pura pura baik.

Pesan Lilis itu selalu terngiang ngiang di telinga nya, makanya dia sangat ketakutan ketika dua pria asing berpenampilan seperti preman mendekatinya dan bersikap seolah olah ramah padanya, orang sama yang berpakaian rapi saja harus waspada, apalagi yang berpenampilan menakutkan seperti itu, pikir Inayah.

Inayah segera berjalan setengah berlari menjauh dari halte itu, sambil ketakutan, dia berjalan dan berjalan terus sampai dia sudah sangat jauh dari halte dan dua laki laki tadi, sesekali dia menengok ke belakang, takut dua orang itu mengejarnya.

Ciiiitttt....

Bunyi ban sepeda motor yang di rem beradu dengan aspal menghasilkan suara decitan yang membuat ngilu di pendengaran.

"Mba, liat liat dong kalau jalan, untung gak ketabrak !" omel seorang pria muda yang mengendarai motor bebek itu kesal.

"Hapunten (maaf) kang, saya sedikit melamun tadi, " ucap Inayah meminta maaf kepada laki laki muda itu.

"Ngomong apa sih?" laki laki itu mengernyitkan dahinya.

"Oh, maksud saya maaf, kang" Inayah tersenyum.

"Sudah lah, apes banget gue, seharian belum dapet penumpang, malah hampir nabrak orang !" gumam pria muda itu.

"Akang tukang ojek ?" mata Inayah tiba tiba berbinar saat pria berjaket hijau itu mengatakan kalau dirinya belum mendapat penumpang.

"Iya, gak liat seragam yang ku pakai ini ?" ucap pria itu memperlihatkan jaket warna hijaunya yang yang bertuliskan logo ojek online di punggungnya.

"Saya gak tau, kang. Di kampung saya tukang ojek tidak pake seragam" polos Inayah.

"Kebetulan, tolong antar saya ke alamat ini bisa?" Inayah menyodorkan secarik kertas bertuliskan alamat kost Lilis yang sengaja di tulisnya di kertas.

"Mba pesan lewat aplikasi saja," jawab pria itu menstarter motornya hendak melanjutkan perjalanannya kembali.

"Bukan kah akang belum mendapat penumpang seharian ini? Saya bayar kok, kang. Tenang saja," ujar Inayah merasa tersinggung karena pria tukang ojek itu tak mau mengantarnya ke tempat tujuannya.

"Bukan begitu mba, tapi, mba pesan dulu lewat aplikasi di ponsel mba nya" jelas pria itu.

"Ya sudah sini nomor ponsel Akang, nanti saya kirim pesan ke akang, bilang saja akang itu modus mau minta nomor ponsel saya, kan?" Inayah mengeluarkan ponsel jadul miliknya.

"Tuhan, bukan gitu maksud nya mba, dan itu,,, ponsel jaman apa, astaga,?" pria itu mengusap wajahnya kasar saat melihat ponsel jadul Inayah yang hanya bisa di gunakan untuk telpon dan kirim SMS saja.

"Sudah lah mba, ayo naik. Saya sudah tidak mood narik penumpang lagi, ayo saya antar, sekalian saya pulang." ucap pria itu menyodorkan helm berwarna hijau ke arah Inayah.

Pria itu lantas mematikan aplikasi ojek online nya pertanda hari ini dia tidak beroprasi, moodnya untuk bekerja siang ini tiba tiba hilang.

"Mba sebenarnya dari mana, sih?" ucap pria itu penasaran di sela sela perjalanannya mengantarkan Inayah.

"Saya dari kampung, mau melamar pekerjaan," polos Inayah.

"Tempat yang akan mba tuju ini, rumah siapa?"

"Oh, itu tempat kost teman saya yang mau memasukan saya kerja di pabrik" jawab Inayah.

Tak selang berapa lama, mereka sampai di tempat yang di tuju.

"Terimakasih, Kang. Berapa ongkosnya ?" tanya Inayah mengeluarkan dompet nya dari tas yang di selempang di bahunya.

"Tidak usah, mba. lagian sekalian pulang, kok" jawab pria itu.

"Tapi kang, akang kan kerja, saya harus bayar" keukeuh Inayah menyodorkan selembar uang lima puluh ribuan.

"Gak usah, mba. Aku juga nge kost di tempat ini, jadi sekalian pulang." ucap pria itu yang ternyata tinggal di tempat kost yang sama dengan tempat kost Lilis.

"Owalah, kenapa gak bilang dari tadi kalau akang tinggal di alamat yang sama dengan teman saya," cicit Inayah.

"Haha, Liam, nama saya Liam, jangan panggil akang, serasa jadi akang kabayan" canda pria tampan yang ternyata bernama Liam itu, mengulurkan tangannya memperkenalkan diri.

"Eh, saya Inayah Khaerunnisa, panggil saja Inayah" jawab Inayah menyambut uluran tangan Liam.

"Kalau aku panggil Nisa boleh?" tanya Liam.

"Emh, boleh boleh saja, dulu waktu saya masih kecil, dan abah saya masih ada, beliau juga suka memanggil saya dengan nama Nisa" Inayah berubah murung saat teringat sosok ayahnya yang telah tiada itu.

"Eh, maaf, saya tidak bermaksud membuat mba sedih" Liam merasa tak enak hati.

"Tak apa apa kang Liam, saya hanya teringat abah saya yang sudah pergi meninggalkan saya selama lamanya," jawab Inayah dengan senyum di paksakannya.

"Liam, panggil Liam saja. Tanpa Kang atau Akang," protes Liam.

Terpopuler

Comments

Leni Fatmawati Fatmawati

Leni Fatmawati Fatmawati

Pulo gadung mengingat kan ku wktu muda dulu ,nyari kerja k pabrik"

2022-03-14

1

Lady Meilina (Ig:lady_meilina)

Lady Meilina (Ig:lady_meilina)

berjuanglah inayah

2022-01-21

1

Yunia Abdullah

Yunia Abdullah

ni crita merskyat GA ADA CEO yg bucin cwe kmpung APA gmna

2022-01-01

1

lihat semua
Episodes
1 Ada Apa
2 Talak
3 Emak Terhebat
4 Inayah ke Ibukota
5 Televisi
6 Sinetron
7 Siapa Tania
8 Kegalauan Liam
9 Mendadak Nikah
10 Istri dari Wiliam
11 Dilema
12 Rumah Baru
13 Piala Bergilir
14 Tersangka Penggelapan
15 Sekretaris Baru
16 Peernyataan Cinta
17 Ayo Buktikan
18 kesempatan
19 Penyesalan
20 Kesepakatan
21 Penawaran Beni
22 Cinta Itu Ada Untuknya
23 Penculikan
24 Lolos
25 Kembali ke Desa
26 Kabar buruk
27 Ke Jakarta Aku kan Kembali
28 Akhir yang Indah
29 Apa Kau Inayah
30 Dasar Pecundang
31 Misteri
32 Liam, Aku Rindu
33 Bos yang Misterius
34 Tabir Rahasia
35 Tujuan Kita Sama
36 Terlalu Bodoh
37 Topeng
38 Sahabat Palsu
39 Menabur Umpan
40 Ini Baru Permulaan
41 Wiliam Terpojok
42 Hadiah Beni
43 Coba Saja Kalau Bisa
44 Sahabat
45 Tamu tak di Undang
46 Terciduk
47 Poor Tania...
48 Apa yang Terjadi Pada Mu
49 Rapuh
50 Dinner
51 Terimakasih
52 Pernikahan Spektakuler
53 Kita Bukan Keluarga
54 Kalian Saling Mengenal ?
55 Pembuat Onar
56 Pelakor dan Pebinor
57 Jangan Jatuh Cinta
58 Belum Saatnya
59 Kamu Tak Sendiri
60 Sepertinya Aku Mencintainya
61 Juragan Esih
62 Buronan
63 Tolong atau Tidak,,,
64 Lulus,,,
65 Ada yang Cemburu
66 Aku Mencintai Mu
67 Hai Mantan
68 Nyonya Ranjang
69 Menjelang Pernikahan
70 Kejahatan Klasik
71 Ancaman Balik
72 Petaka Pernikahan
73 Restu Ibu
74 Penyesalan
75 Monik
76 Penyesalan Terdalam
77 Melow time,,,
78 Hiburan di Pesta Pernikahan
79 BOOM,,,
80 Aku Memang Gila
81 Penyanyi Dangdut
82 Firasat
83 Pergerakan Wiliam
84 Kacau
85 Lolos Lagi
86 Chaos
87 bye Lilis
88 Syarat
89 Apa Kabar Mantan,
90 Sad Story
91 Pertemuan yang di Nanti
92 Kemana dia
93 Deep talk Wiliam vs Tania
94 Tak ada tempat untuk Penghianat
95 Amukan Srigala Betina
96 Hadiah
97 Berdamai dengan Hati
98 Monster Mengerikan
99 Akhir Cerita
Episodes

Updated 99 Episodes

1
Ada Apa
2
Talak
3
Emak Terhebat
4
Inayah ke Ibukota
5
Televisi
6
Sinetron
7
Siapa Tania
8
Kegalauan Liam
9
Mendadak Nikah
10
Istri dari Wiliam
11
Dilema
12
Rumah Baru
13
Piala Bergilir
14
Tersangka Penggelapan
15
Sekretaris Baru
16
Peernyataan Cinta
17
Ayo Buktikan
18
kesempatan
19
Penyesalan
20
Kesepakatan
21
Penawaran Beni
22
Cinta Itu Ada Untuknya
23
Penculikan
24
Lolos
25
Kembali ke Desa
26
Kabar buruk
27
Ke Jakarta Aku kan Kembali
28
Akhir yang Indah
29
Apa Kau Inayah
30
Dasar Pecundang
31
Misteri
32
Liam, Aku Rindu
33
Bos yang Misterius
34
Tabir Rahasia
35
Tujuan Kita Sama
36
Terlalu Bodoh
37
Topeng
38
Sahabat Palsu
39
Menabur Umpan
40
Ini Baru Permulaan
41
Wiliam Terpojok
42
Hadiah Beni
43
Coba Saja Kalau Bisa
44
Sahabat
45
Tamu tak di Undang
46
Terciduk
47
Poor Tania...
48
Apa yang Terjadi Pada Mu
49
Rapuh
50
Dinner
51
Terimakasih
52
Pernikahan Spektakuler
53
Kita Bukan Keluarga
54
Kalian Saling Mengenal ?
55
Pembuat Onar
56
Pelakor dan Pebinor
57
Jangan Jatuh Cinta
58
Belum Saatnya
59
Kamu Tak Sendiri
60
Sepertinya Aku Mencintainya
61
Juragan Esih
62
Buronan
63
Tolong atau Tidak,,,
64
Lulus,,,
65
Ada yang Cemburu
66
Aku Mencintai Mu
67
Hai Mantan
68
Nyonya Ranjang
69
Menjelang Pernikahan
70
Kejahatan Klasik
71
Ancaman Balik
72
Petaka Pernikahan
73
Restu Ibu
74
Penyesalan
75
Monik
76
Penyesalan Terdalam
77
Melow time,,,
78
Hiburan di Pesta Pernikahan
79
BOOM,,,
80
Aku Memang Gila
81
Penyanyi Dangdut
82
Firasat
83
Pergerakan Wiliam
84
Kacau
85
Lolos Lagi
86
Chaos
87
bye Lilis
88
Syarat
89
Apa Kabar Mantan,
90
Sad Story
91
Pertemuan yang di Nanti
92
Kemana dia
93
Deep talk Wiliam vs Tania
94
Tak ada tempat untuk Penghianat
95
Amukan Srigala Betina
96
Hadiah
97
Berdamai dengan Hati
98
Monster Mengerikan
99
Akhir Cerita

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!