Part 5

          Miftah, Qomarun dan Zaldira akhirnya sampai ketempat yang sejak tadi mereka bicarakan. Saat melihat apa yang sudah ada didepan matanya, Miftah pun langsung pingsan karna saking terkejutnya.

"Bayangin aja kebun terong ya." 😅

     Tempat yang selalu ia jaga dan banyak digemari oleh para masyarakat, kini sudah sirna. Seperti hilang diterpa bencana alam. Air mata perih masih setia mengalir melalui pipi indahnya, walau ia masih dalam keadaan tak sadarkan diri.

     Qomarun dan Zaldira sangat terkejut.

"Ya Allah kaka... Kak Qomarun sih! sudah Zaldira bilang kalau kak Miftah Miftah itu gak bisa kita bawa kesini kaka... hiks! hiks! gimana dong ini Kaka?" tanya Zaldira yang sudah berlinang air mata.

     "Yasudah mari kita bawa ke rumahmu saja," respon Qomarun sambil mengambil alih tubuh Miftah yang awalnya ada dipangkuan Zaldira. Zaldira hanya mengangguk mengiyakan apa yang Qomarun ucapkan.

     🍃 Rumah Zaldira 🍃

     Miftah kini sudah mulai membuka matanya secara perlahan, Ia melihat dirinya sudah berbaring di atas kasur empuk yang tak diketahui siapa pemiliknya.

     "Ini dimana ya?" tanyanya pada diri sendiri.

"Krek," suara gagang pintu terdengar dan tampaklah seorang gadis cantik berkulit putih susu sedang tersenyum padanya.

     "Alhamdulillah kaka udah sadar," ucapnya sambil membawa nampan yang berisi bubur ayam yang masih hangat.

"Zaldira! bagaimana Kaka bisa ada disini? bukannya Kaka awalnya ada didepan kebun terong Kaka yang sudah hancur berantakan? lalu kemana perginya Qomarun?" tanyanya bertubi - tubi.

     Zaldira kini sudah duduk diranjang disamping Miftah setelah meletakkan nampan diatas meja dekat kepala ranjang.

"Kaka... kaka jangan tanya ini itu dulu, Kaka sendiri kan baru sadar. Zaldira gak mau kalau sampai kaka pingsan lagi," ucap Zaldira berkaca - kaca.

     Melihat wajah Zaldira yang sedih Miftah pun mau tidak mau mengurungkan rasa keingintahuannya.

"Sekarang yang penting Kaka harus makan dulu ya, kasian tuh perut kaka udah sedih keroncongan." sambung Zaldira dengan tangan yang sudah memegang mangkok.

     "Apakah ini tidak merepotkan mu Zaldira? kamu selalu saja membantu Kaka, apakah kamu tidak lelah ha?" tanya Miftah tidak enak.

"Aku tidak akan pernah lelah untuk membantu guru yang telah mengajarkanku ilmu Allah kaka," jawab Zaldira yakin.

     Miftah sangat terharu saat mendengarkan kata - kata Zaldira.

"Kamu memang murid yang sangat baik Zaldira," puji Miftah sambil tersenyum.

"Tidak kok kaka," elak Zaldira yang pipinya sudah memerah karena tersipu malu.

     "Sini biar Kaka makan sendiri aja. Kamu udah lelah, jadi kamu tidak perlu menyuapi Kaka lagi." pinta Miftah saat Zaldira sudah mengambil mangkok yang berisi bubur ayam.

     "Kaka yakin kaka udah sanggup?" tanya Zaldira dan Miftah hanya mengangguk lalu bangkit duduk bersandar dikepala ranjang setelah menaruh bantal dibelakangnya.

     Dengan tangan yang bergetar Miftah mencoba untuk meraih bubur yang ada ditangan Zaldira. Belum sampai semenit mangkok ia pegang tiba - tiba tangannya sudah lemas, sampai - sampai mangkok itu hendak menumpahkan isinya diatas kasur.

     Zaldira yang melihat hal tersebut dengan sigab langsung mengambil alih mangkok yang sebelumnya ada ditangan Miftah.

"Tuh kan! sudah Zaldira bilang Kalau Kaka belum kuat, tapi Kaka masih aja ngeyel," cibir Zahra cemberut.

     "Ya udah deh! Kaka tau kaka salah! kamu menang, kamu boleh kok suapin kaka." ucap Miftah lemas.

Zaldira tanpa dipinta langsung mengambil sesendok bubur lalu meniupnya, setelah dirasa dingin baru ia menyuapkannya pada Miftah.

     Usai makan Miftah kembali berbaring setelah duduk beberapa saat sedangkan Zaldira sudah lebih dulu pamit untuk membantu orang tuanya.

     Kini Miftah sedang berada dibelakang rumahnya, aneh sekali! entah mengapa kebun terongnya masih utuh dan indah. Tiba - tiba datanglah dua pria yang sedang membawa sepasang golok ditangan mereka.

     Dalam sekejap kebun terong Miftah pun tumbang berantakan karna telah dicabik - cabik oleh mereka.

"*hey! siapa kalian? kenapa kalian malah menghancurkan kebunku?" tanya Miftah yang kini sudah mulai terisak pelan*.

     Pelaku seakan tak mendengarkan apa yang Miftah ucapkan, mereka terus saja menebas apa saya yang ada dikebun itu tanpa ada yang tersisa satu pun.

"*Tolong jangan... Itu harta peninggalan Kakek dan nenekku satu - satunya, aku tidak mungkin membiarkan itu hancur seketika setelah lelah ku perjuangkan sampai sesukses ini," rintih Miftah*.

     Ia sangat ingin menghampiri dua pemuda itu, tapi sayangnya kakinya seperti membeku dan sangat sulit untuk digerakkan. Dengan susah payah akhirnya Miftah pun berhasil berjalan walau hanya perlahan.

     Dua pria itu sangat tidak jelas, mereka malah hanya tampak seperti dua bayangan yang sedang lincah bergerak.

"*Tolong hentikan... Ini kebun nenek dan kakekku. Aku telah lelah memperjuangkannya," cegahnya sesak karna telah menahan rasa perih dihatinya sejak tadi*.

     "Pergilah wahai wanita lemah," perintah salah satu dari mereka pada Miftah.

"*Aku tidak akan pernah pergi dari sini sebelum kalian berdua pergi!!!" gertak Miftah yang sudah dipenuhi oleh api kemarahan*.

     "Oh! Kau menantang kami ya? baiklah! kau berarti minta dibunuh sekarang juga," ucap yang satunya lagi.

"*Lebih baik aku mati dari pada harus melihat kehancuran ini, kalian tidak tau seberapa besar perjuangan kakek dan nenek ku dulu. Dengan inilah mereka mampu membesarkan ku sampai sekarang asalkan kalian tau," geramnya*.

     "Kami tidak peduli! itu bukan urusan kami! yang terpenting bagi kami adalah menjalankan suruhan bos kami. Ia bahkan mengizinkan kami untuk mencelakaimu sampai nyawamu melayang," sambung pria dua.

     "Sekarang kamu rasakan tajamnya golok yang mampu mengelupaskan kulit lehermu dengan mudah," ucap pria satu. Miftah tanpa rasa takut sedikitpun bukannya malah menutup matanya tapi ia malah membukanya lebar - lebar.

     "Ya Allah, hamba ikhlas jika harus mati dalam usia muda." ucapnya dalam hati dan saat pedang itu hendak mengenai kulit lehernya dibalik jilbab, ia pun tersadar dari mimpinya dengan keringat yang masih mengalir deras disekujur tubuhnya.

     "Syukurlah ternyata itu cuma mimpi. Tapi kenapa terasa begitu nyata? ah! mungkin itu hanya halusinasi ku saja. Wujud mereka pun tidak terlalu jelas. Lagian, kebun nenek dan kakekku benar - benar sudah hancur." resahnya sambil berusaha mengatur detak jantungnya yang berdegup kencang.

     🍃 Keesokan harinya 🍃

     Miftah kini sedang berdiri didepan rumah Zaldira sambil mengucapkan terima kasih pada orang tuanya.

"Bu Zakia... Pak Zakri... Terima kasih ya sudah mengizinkan saya tinggal disini," ucapnya penuh haru.

     "Oh! tidak apa - apa Miftah, kamu kan sudah mau mengajarkan anak kami sampai pandai membaca Al - Qur'an dengan cepat. Sebelumnya Zaldira itu sangat pemalas lho... Namun semenjak mengenalmu, dia jadi banyak berubah. Kami jadi merasa sangat bersyukur," respon ibu Zaldira sambil tersenyum.

     "Itu benar sekali. Bahkan, sebelum tidur ia selalu sempatkan untuk mengulang apa yang sudah ia pelajari darimu," sambung ayah Zaldira.

"Ibu... Ayah... Zaldira malu tau... Kenapa ibu sama ayah bilang - bilang sih," dengus Zaldira mulai merajuk.

Miftah yang melihat pipi Zaldira yang menggembung akibat marah hanya mampu menggeleng sambil tersenyum.

     "Udah... jangan ngambek lagi. Nanti keimutan Zaldira jadi ilang lho... Emang mau? kan kaka jadi sedih kalau Zaldira gak ceria lagi," ucap Miftah sambil mengelus puncak kepala Zaldira dengan penuh kasih sayang.

    "Baiklah Kaka, apakah aku boleh mangantarkan kaka sampai rumah dan membantu kaka menanam kembali kebun terongnya?" tanya Zaldira.

     Lagi - lagi Miftah merasa sangat terharu dengan kebaikan Zaldira.

"Zaldira sayang... Kamu sekarang kan harus bersiap - siap karna tak lama lagi kamu harus pergi mengaji dengan kak Qomarun. Apakah kamu mau ketinggalan hm? " , peringat Miftah.

     "Iya deh... Zaldira gak jadi bantuin Kaka dulu. Tapi Kaka harus janji ya sama Zaldira, kalau ada apa - apa bilang aja. Siapa tau Zaldira bisa bantu Kaka," ucapnya.

"Oh iya Kaka! ini kan hari minggu! besok jadwal mengajinya" sambung Zaldira.

     "Benarkah? tapi tetap aja kamu harus beristirahat agar kamu bisa lebih fokus besoknya. Karna kaka gak mau kamu sampai sakit, nanti kalau kamu gak dengar Kaka gak mu ngajar lagi lah." nasehatnya.

     "Ya udah deh! Zaldira paham," responnya terpaksa.

"Oke deh! kamu memang murid Kaka yang paling the best! ya sudah Kaka pamit ya," izin Miftah yang hanya dijawab anggukan dan senyuman dari mereka setelah berkata "iya."

_________________________________________

    

    

     

    

    

    

Terpopuler

Comments

✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻upikabu💅👠💄

✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻upikabu💅👠💄

bayangin kebun terong tapi tetep ngeliadnya pohon pepaya,kebunnya kasian porak poranda,semoga segera dapat gantinya lagi yang lebih berkah.

2023-01-13

0

ᶥⁱᵒⁿ⚔️⃠Hana Nurul Azizah🍩ᴬ∙ᴴ࿐

ᶥⁱᵒⁿ⚔️⃠Hana Nurul Azizah🍩ᴬ∙ᴴ࿐

Smoga tidak kejadian ya Miftah ..Karena kebun kamu itu beharga ....Dan juga untuk biaya sehari hari kamu juga

2023-01-04

0

🍒Nungma🍃

🍒Nungma🍃

dasar manusia tak punya hati kasihan kan itu sumber penghasilannya si miftah
sabar ya miftah

2023-01-03

0

lihat semua
Episodes
1 Part 1
2 Part 2
3 Part 3
4 Part 4
5 Part 5
6 Part 6
7 Part 7
8 Part 8
9 Part 9
10 Part 10
11 Part 11
12 Part 12
13 Part 13
14 Part 14
15 Part 15
16 Part 16
17 Part 17
18 Part 18
19 Part 19
20 Part 20
21 Part 21
22 Part 22
23 Part 23
24 Part 24
25 Part 25
26 Part 26
27 Part 27
28 Part 28
29 Part 29
30 Part 30
31 Part 31
32 Part 32
33 Part 33
34 Part 34
35 Part 35
36 Part 36
37 Part 37
38 Part 38
39 Part 39
40 Part 40
41 Part 41
42 Part 42
43 Part 43
44 Part 44
45 Part 45
46 Part 46
47 Part 47
48 Part 48
49 Part 49
50 Part 50
51 Part 51
52 Part 52
53 Part 53
54 Part 54
55 Part 55
56 Part 56
57 Part 57
58 Part 58
59 Part 59
60 Part 60
61 Part 61
62 Part 62
63 Part 63
64 Part 64
65 Part 65
66 Part 66
67 Part 67
68 Part 68
69 part 69
70 Part 70
71 Part 71
72 Part 72
73 Part 73
74 Part 74
75 Part 75
76 Part 76
77 Part 77
78 Part 78
79 Part 79
80 Part 80
81 Part 81
82 Part 82
83 Part 83
84 Part 84
85 Part 85
86 Part 86
87 Part 87
88 Part 88
89 Part 89
90 Part 90
91 Part 91
92 Part 92
93 Part 93
94 Part 94
95 Part 95
96 Part 96
97 Part 97
98 Part 98
99 Part 99
100 Part 100
101 Part 101
102 Part 102
103 Part 103
104 Part 104
105 Part 105
106 Part 106
107 Part 107
108 Part 108
109 Part 109
110 Part 110
111 Part 111
112 Part 112
113 Part 113
114 Part 114
115 Part 115
116 Part 116
117 Part 117
118 Part 118
119 Part 119
120 Part 120
121 Part 121
122 Part 122
123 Part 123
124 Part 124
125 Part 125
126 Part 126
127 Part 127
128 Part 128
129 Part 129
130 Part 130
131 Part 131
132 Part 132
133 Part 133
134 Part 134
135 Part 135
136 Part 136
137 Part 137
138 Part 138
139 Part 139
140 Part 140
141 Part 141
142 Part 142
143 Part 143
144 Part 144
145 Part 145
146 Part 146
147 Part 147
148 Part 148
149 Part 149
150 Part 150
151 Part 151
152 Part 152
153 Part 153
154 Part 154
155 Part 155
156 Part 156
157 Part 157
158 Part 158
159 Part 159
160 Part 160
161 Part 161
162 Part 162
163 Part 163
164 Part 164
165 Part 165
166 Part 166
167 Part 167
168 Part 168
169 Part 169
170 Part 170
171 Part 171
172 Part 172
173 Part 173
174 Part 174
175 Part 175
176 Part 176
177 Part 177
178 Part 178
179 Part 179
180 Part 180
181 Part 181
182 Part 182
183 Part 183
184 Part 184
185 Part 185
186 Part 186
187 Part 187
188 Part 188
189 Part 189
190 Part 190
191 Part 191
192 Part 192
193 Part 193
194 Part 194
195 Part 195
196 Part 196
197 Part 197
198 Part 198
199 Part 199
200 Part 200
201 Part 201
202 Part 202
203 Part 203
204 Part 204
205 Part 205
206 Part 206
207 Part 207
Episodes

Updated 207 Episodes

1
Part 1
2
Part 2
3
Part 3
4
Part 4
5
Part 5
6
Part 6
7
Part 7
8
Part 8
9
Part 9
10
Part 10
11
Part 11
12
Part 12
13
Part 13
14
Part 14
15
Part 15
16
Part 16
17
Part 17
18
Part 18
19
Part 19
20
Part 20
21
Part 21
22
Part 22
23
Part 23
24
Part 24
25
Part 25
26
Part 26
27
Part 27
28
Part 28
29
Part 29
30
Part 30
31
Part 31
32
Part 32
33
Part 33
34
Part 34
35
Part 35
36
Part 36
37
Part 37
38
Part 38
39
Part 39
40
Part 40
41
Part 41
42
Part 42
43
Part 43
44
Part 44
45
Part 45
46
Part 46
47
Part 47
48
Part 48
49
Part 49
50
Part 50
51
Part 51
52
Part 52
53
Part 53
54
Part 54
55
Part 55
56
Part 56
57
Part 57
58
Part 58
59
Part 59
60
Part 60
61
Part 61
62
Part 62
63
Part 63
64
Part 64
65
Part 65
66
Part 66
67
Part 67
68
Part 68
69
part 69
70
Part 70
71
Part 71
72
Part 72
73
Part 73
74
Part 74
75
Part 75
76
Part 76
77
Part 77
78
Part 78
79
Part 79
80
Part 80
81
Part 81
82
Part 82
83
Part 83
84
Part 84
85
Part 85
86
Part 86
87
Part 87
88
Part 88
89
Part 89
90
Part 90
91
Part 91
92
Part 92
93
Part 93
94
Part 94
95
Part 95
96
Part 96
97
Part 97
98
Part 98
99
Part 99
100
Part 100
101
Part 101
102
Part 102
103
Part 103
104
Part 104
105
Part 105
106
Part 106
107
Part 107
108
Part 108
109
Part 109
110
Part 110
111
Part 111
112
Part 112
113
Part 113
114
Part 114
115
Part 115
116
Part 116
117
Part 117
118
Part 118
119
Part 119
120
Part 120
121
Part 121
122
Part 122
123
Part 123
124
Part 124
125
Part 125
126
Part 126
127
Part 127
128
Part 128
129
Part 129
130
Part 130
131
Part 131
132
Part 132
133
Part 133
134
Part 134
135
Part 135
136
Part 136
137
Part 137
138
Part 138
139
Part 139
140
Part 140
141
Part 141
142
Part 142
143
Part 143
144
Part 144
145
Part 145
146
Part 146
147
Part 147
148
Part 148
149
Part 149
150
Part 150
151
Part 151
152
Part 152
153
Part 153
154
Part 154
155
Part 155
156
Part 156
157
Part 157
158
Part 158
159
Part 159
160
Part 160
161
Part 161
162
Part 162
163
Part 163
164
Part 164
165
Part 165
166
Part 166
167
Part 167
168
Part 168
169
Part 169
170
Part 170
171
Part 171
172
Part 172
173
Part 173
174
Part 174
175
Part 175
176
Part 176
177
Part 177
178
Part 178
179
Part 179
180
Part 180
181
Part 181
182
Part 182
183
Part 183
184
Part 184
185
Part 185
186
Part 186
187
Part 187
188
Part 188
189
Part 189
190
Part 190
191
Part 191
192
Part 192
193
Part 193
194
Part 194
195
Part 195
196
Part 196
197
Part 197
198
Part 198
199
Part 199
200
Part 200
201
Part 201
202
Part 202
203
Part 203
204
Part 204
205
Part 205
206
Part 206
207
Part 207

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!