Kini seorang gadis sedang berbaring diatas kasur rumah sakit, dengan selang infus yang masih melekat ditangan kirinya. Sedangkan kakinya telah diperban dan terlihat sedikit bengkak karna terhantam kayu besar.
"Aku ada dimana ya?" tanyanya pada diri sendiri hingga tanpa ia sadari seorang perawat telah masuk ke ruangan untuk kembali memeriksa kondisi nya.
"Permisi mbak!" ucapnya ramah yang hanya direspon dengan tatapan bingung oleh si pasien.
"Perkenalkan mbak! saya adalah seorang perawat dirumah sakit ini. Nama saya Maryana. Beberapa jam lalu mbak dibawa kesini oleh seseorang yang katanya tak sengaja melewati jalan didekat rumah mbak dan mbak ditemukan dengan kondisi tubuh yang berlumur cairan lumpur yang mengalir dari depan pintu rumah mbak akibat hujan dan angin yang sangat kencang," jelasnya.
Saat mendengar kata - kata lumpur dari perawat tersebut memorinya mulai kembali, hingga tersusun lagi dengan rapi karna sempat ia lupakan.
"Ya Allah! cacing!" serunya sambil bangkit terduduk dari pembaringannya.
"Aaaaa! cacing! cacing! mana cacing? mana cacing? Is... Is... Is... Menggelikan sekali..." racaunya ketakutan hingga membuat beberapa perawat yang mendengar teriakan darinya langsung bergegas menuju keasal suara.
"Ada apa? ada apa? mana cacingnya? mana?" seru salah satu dari perawat sambil memasang ekspresi panik yang langsung membuat Miftah selaku pasien mereka jadi tertawa terbahak - bahak sakit gemasnya.
Bagaimana tidak? orang cacingnya dirumahnya mereka malah sibuk berpikir bahwa cacing tersebut ada disamping mereka, rasa sakit ditubuhnya pun jadi tak terlalu terasa lagi akibat adegan lucu yang pastinya gratis sedang bermain dihadapannya.
"Maaf para suster sekalian... Cacingnya gak ada disini," ucap Miftah sambil menahan tawa akibat rasa geli yang terus menggelitiki hatinya.
"Apa????" tanya mereka bersamaan dengan mulut yang masih terbuka lebar tanpa ditutup kembali.
"Hahahaha," tawa Miftah semakin pecah tat kala melihat kekonyolan mereka. Sedangkan mereka kini langsung menyentil kepala perawat pertama yang memberitahukan informasi palsu secara bersamaan.
Pas sekali sang perawat tersebut sedang berdiri ditengah - tengah tiga perawat lain, jadi mereka dapat dengan mudah menyalurkan rasa kesal mereka pada teman satunya itu.
"Kamu ini bikin kami panik saja!" ucap perawat satu.
"Iya! padalah cuma cacing," sambung perawat dua.
"Benar banget! waktu kami jadi terbuang - buang kan hanya karna melihat kejadian yang tidak ada! lagian cacing aja pake teriak, kecuali kalau jumlahnya udah selautan." ucap perawat tiga tak mau kalah.
Setelah puas mereka pun kembali ketempat masing - masing untuk menjalankan tugas.
"Ih! kamu kenapa gak bilang - bilang sih! kan aku jadi kenak sentil akhirnya," keluh sikorban sambil memegang pipinya yang sejak tadi menjadi sasaran empuk sebagai sentilan mereka.
"Lagian Kaka langsung syok terus. Itu untung aku yang emang bukan orang pingsan sadar! pingsan sadar! sebentar - sebentar. Coba kalau Kaka ditugasin jagain orang lain yang tipenya kayak gitu, pasti lampu merah rumah sakit sebentar - sebentar harus menyala dengan alasan karna Kaka gak tau kalau orang yang baru sadar itu ternyata ngigo hingga dia jadi meracau tentang sesuatu yang mengejutkan bagi Kaka," ucapnya pada perawat yang masih muda itu.
"Iya deh! kaka perawat yang cantik ples imut ini minta maaf," ucapnya tulus sedangkan Miftah hanya membatin untuknya.
"Ya ampun! udah salah PDnya tingkat dewa, kalau nyangkut di selokan tempat para tikus berpesta kayak nya gak ada ngaruhnya itu urat." batinnya tak habis pikir.
"Astagfirullah," ucapnya ketika tersadar bahwa ia tadi baru saja menjelekkan orang lain. Ya walau pun memang pantas sih, tapi Miftah biasanya bukan tipekel orang yang suka menganggap semua perilaku manusia dengan serius.
Tapi entah kenapa hari ini darahnya seperti tak bisa diajak kompromi semenjak bertemu dengan CEO tersebut. Ada rasa khawatir yang kini bersemayam pada pria itu.
Ia sempat berpikir bahwa ini mungkin perbuatan pria kaya itu, yang merasa tak nyaman karna telah merusak rekaman pertamanya sehingga ia lebih memilih bersikap manis terlebih dahulu dulu baru menyerang sesuai rencana.
"Enggak! enggak! gak mungkin! itu palingan hanya perasaan hatiku saja. Lagian dia juga telah menyetujuinya karna sama - sama mendapatkan keuntungan. Aku untungnya agar kebunku dapat tenar, sedangkan dia untungnya dapat duduk santai karna tinggal terima barang tanpa takut salah memilih yang kualitasnya tidak memuaskan," batinnya dalam hati sambil terus menggelengkan kepalanya kesana kemari.
"Maaf mbak! mbak kenapa ya?" tanya perawat tadi sambil menatap heran kearah sang pelaku yang masih sibuk menggelengkan kepalanya.
"Oh! abaikan saya yah suster, soalnya tadi dileher saya kayak ada yang jalan - jalan gitu. Mungkin kutu kali ya? yang lagi sibuk main perosotan dileher saya," ucapnya terpaksa berbohong agar tak terciduk nantinya.
Si perawat yang mendengar kata - kata dari Miftah langsung merasa geli.
"Ih! makanya mbak... Kalau punya rambut itu mah dijaga jangan jorok. Kalau perlu dipotong aja biar botak sekalian. Kan sikutu jadi gak betah diatas kepala licinnya mbak nanti," nesehatnya yang hanya mampu membuat Miftah harus beristighfar beberapa kali.
"Ya Allah apa daya hamba mu ini, bibir ini rasanya sangat gatal karna ingin membalas ucapan perawat cantik yang mulutnya sama sekali gak bisa disetel," batinnya sambil melihat kearah siperawat yang masih terus menasehatinya tanpa henti hingga membuat Miftah mulai mencari cara agar mulut siperawat bisa diam.
"Aduh! duh! duh! kakiku sakit sekali kayak abis dipukul pake palu. Sakit... hiks - hiks! mama... papa... kaki anakmu ini sangat sakit akibat suster ini banyak sekali bicara... Aku rasanya mau mati. Hiks - hiks," sandiwara nya sambil berpura - pura menangis.
Si perawat yang mendengar kata - kata Miftah dengan bodohnya bukannya malah diam, tapi malah semakin berisik.
"Ya ampun mbak! jangan ngomong begitu dong! soalnya saya sangat takut dipecat nantinya sama pemilik rumah sakit ini," resahnya.
"Biarin! sekalian aja ditenggelemin susternya dalam kolam lele," respon Miftah sambil terus bersandiwara.
"Aduh... Masak mbak tega sih aku temenan ma ikan lele?" tanyanya yang sontak membuat Miftah mulai kehabisan akal untuk membuat siperawat itu diam .
"Ya udah, kalau mbaknya gak mau mbaknya tinggal diem aja ya? susah ya kunci mulut suster sebentar aja." dengus Miftah sambil membaringkan tubuhnya kembali keatas ranjang.
"Iya deh! iya," ucap perawat itu pasrah. Tiba - tiba langkah sang perawat terhenti saat Miftah berkata "mau pergi ya?" sedangkan sang perawat hanya mengangguk.
"Punya hp gak?" lagi - lagi siperawat hanya meresponnya dengan anggukan.
"Boleh minta tolong telponin pemadam kebakaran gak?" tanyanya yang langsung membuat siperawat untuk kedua kalinya memasang wajah panik dan hendak berteriak, tapi teriakannya terhenti tat kala Miftah berkata "jangan salah paham lagi suster."
Perawat pun akhirnya memilih menghampiri Miftah kembali, setelah mendengar kan cerita Miftah baru dia mengerti lalu langsung menelpon pemadam kebakaran agar mau datang ke lokasi kejadian.
Saat suster telah menutup ponselnya baru Miftah dapat bernafas lega, sedangkan sang perawat meminta izin padanya untuk pergi sebentar.
Miftah pun memilih untuk memejamkan matanya kembali, dalam hitungan detik ia sudah langsung pulas dan terbawa ke alam mimpi.
🍃 2 hari kemudian 🍃
Miftah kini sedang berada dihadapan dokter perempuan yang sangat ramah.
"Nah mbak! sekarang anda sudah bisa pulang. Sebab, luka akibat tertimpa dahan pohon sudah sedikit membaik. Cuma ada keretakan saja sedikit, jadi setelah ini jangan lupa untuk memeriksanya kembali ya." ucap sang dokter.
Dokter Mutia
"Baiklah! makasih ya dokter," responnya sambil tersenyum senang. Dibelakangnya sudah ada Qomarun dan Zaldira yang sejak tadi tetap setia menunggu pembicaraannya dengan sang dokter selesai .
"Ya sudah ayok" ajak Miftah saat sudah berdiri dihadapan mereka.
"Kaka! kaka malam ini tidur dirumah ku saja ya! aku gak mau soalnya kalau kaka sakit lagi nanti ketika pulang," ucapnya sambil berkaca - kaca.
"Memangnya ada apa dek?" tanya Miftah pada Zaldira. Zaldira adalah murid kelas mengajinya yang beberapa hari lalu memberikan kue bolu untuk nya.
"Kaka gak boleh tanya! pokoknya sekarang Kaka pulangnya kerumah aku aja. Ibu sama ayahku pun sudah mengizinkannya." ucapnya lagi yang kini sudah menumpahkan bola kristalnya setelah berusaha untuk menahannya.
Miftah yang kebingungan mulai menatap Qomarun dalam meminta penjelasan tapi yang ia dapat hanya lah ucapan "sudah lah Miftah... lebih baik kamu turuti aja kemauan Zaldira."
Qomarun
"Tapi aku tak dapat semudah itu menerimanya dengan mudah Qomarun," tolak Miftah tak terima.
"Ku mohon cepat katakan Qomarun... kumohon..." pintanya setelah merasakan keganjalan.
"Tapi-" ucapan Qomarun langsung terpotong tat kala Miftah berkata "tapi apa ? tapi apa? please... katakan yang sebenarnya walau pun itu pahit, aku pasti akan berusaha untuk menerimanya."
Dengan ragu Qomarun pun mulai menceritakan semuanya sehingga membuat Miftah langsung membulatkan mata saking tak percaya nya, air mata yang sejak tadi sibuk bersembunyi kini sudah terjatuh membasahi kedua pipinya dengan deras.
Tubuhnya saja sampai lemas dan bergetar hebat. Dengan sedikit tenaga yang ia punya ia pun berkata " tolong antarkan aku kesana Qomarun, tolong... aku mohon untuk terakhir kalinya."
Akhirnya Qomarun terpaksa mengangguk sedangkan Zaldira sudah sibuk mengelus punggung Miftah selaku guru mengajinya dengan lembut sejak tadi.
🌹 Menurut kalian apa yang sedang terjadi ?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 207 Episodes
Comments
🍒Nungma🍃
kebun terongnya kah yg rusak??🤔🤔
2023-01-03
0
anan
hadir k☺️👏👏🍭
2022-12-19
0
🏠⃟🍁𝕽αss Alզհαíɾ𝐚❣️𝐐⃟❦
cacing2 mereka ribut2 pasal cacing2 di rumah sakit tu apa ya.... terus panik orang2 di mereka jadinya, syukur lah miftah udah mula pulih...
2022-11-21
1