Kebun Terong Sigadis Narsis
" Bismillahirrahmanirrahim "
Seorang gadis sedang berjalan menelusuri jalan setapak dipinggir sawah. Ia sedang membawa sekeranjang terong yang berwarna ungu pekat. Terong tersebut ia dapatkan dari hasil panennya sendiri tanpa bantuan siapa pun.
"Seperti inilah keranjang yang berisi terong milik Miftah." 😊
Setiap hari, sebelum berangkat kepasar tradisional untuk menjualkan terongnya pada ibu - ibu pedagang sayur di pasar, ia selalu sempatkan diri untuk membuat rekaman yang mana rekaman itu akan ia upload disosial media setiap harinya.
"Halo gais! seperti biasa kalian akan bertemu lagi dengan saya. Masih ingat kan nama saya siapa? Miftahul Jannah! saya hari ini seperti biasa mau nganterin terong saya kepasar. Bagi kalian yang selokasi sama saya jangan lupa beli terong saya yah dipasaran, dijamin terong neng Miftah ini enak!" ucapnya didepan kamera .
"Walau pun pendapatan dari terong saya gak seberapa sih! tapi itu aja udah membantu banget kelangsungan hidup saya karna menurut saya kemewahan itu gak penting, yang penting itu adalah kedamaian," sambungnya.
"Oke bye! saya soalnya harus kepasar dulu yah! mau anterin terong - terong saya. Sakit kuping saya nih! sebab dari tadi siterong gak berhenti merengek minta dijual. Sampai bertemu lagi dividio selanjutnya," ucapnya lagi sambil mematikan ponselnya.
Ia pun mulai masukkan ponselnya kedalam saku rok hitamnya. Ia adalah gadis yang memang terkenal dengan kenarsisannya dipedesaan itu, setiap orang yang tak sengaja lewat dihalaman rumahnya pasti hanya menggeleng - gelengkan kepala ketika melihat tingkahnya yang tidak pernah bosan merekam apa - apa saja yang ia dapatkan.
Sebenarnya ia anak yang alim, karna ia selalu memakai pakaian yang tak pernah ketat dengan jilbab yang selalu melekat karna tak ia lepaskan. Ia selalu berbicara menggunakan bahasa yang sopan dengan para tetangga atau orang - orang yang ditemuinya. Tapi, entah mengapa jika sudah didepan kemera ia merasa bahwa dunia hanya dihuni olehnya seorang.
Kini ia sudah sampai ketempat yang ia tuju, kakinya mulai menghampiri seorang wanita yang sedang sibuk mengipasi sayurannya agar tak dapat dihinggapi lalat.
"Beli bu... Beli pak... Sayur segar - segar..." ucap ibu tersebut yang pandangannya kini sudah tertuju pada seorang gadis cantik yang juga memandangnya sambil tersenyum manis.
"Eh neng Miftah udah dateng! pasti mau nawarin terong kan?" tanyanya yang memang sudah mengetahui apa maksud kedatangan gadis itu. Ia adalah pelanggan setia Miftah di bandingkan pelanggan lainnya.
"Ia bu, ibu tau aja," ucapnya ramah sambil tersenyum.
"Ya udah ngapain berdiri disitu? ayo bawa kesini terongnya, gak berat apa?" tanyanya balas tersenyum.
"Eh! iya bu," responnya sambil berjalan kearah ibu Astri.
Setelah memberikan sekeranjang terong tak lupa menerima uang bayarannya, ia pun langsung pamit sambil mengambil kembali keranjangnya yang sudah tidak terisi lagi.
Diperjalanan pulang ditengah - tengah jalan setapak ia kembali membuka ponselnya untuk merekam hasil penjualannya.
"Halo gais! Alhamdulillah hari ini terongku laku semua, lihat nih buktinya kalau gak percaya. Keranjang ku kosong kan? dan apakah kalian tau aku langsung dapat uangnya lho... Padahal tadi baru juga dateng, lima puluh ribu! lumayan cukup untuk mengisi dompetku yang kosong ini," ucapnya setelah mengambil dompet dari saku rok sebelahnya yang isinya memang benar - benar kosong, sampai - sampai seekor lalat terbang keluar dari dalamnya.
Sesampai di rumah, ia langsung melakukan ritual bersih - bersih mulai dari menyapu rumah, halaman, mengepel baru sarapan pagi. Ia memang suka telat jika sarapan, karna kalau pagi abis sholat subuh ia sudah sibuk memetik buah terong yang terletak dibelakang rumahnya untuk ia jual kepasar. Ia malas sekali jika lebih dulu memetiknya, takut kesegarannya akan terlihat berkurang.
Ada juga para tetangga yang membeli dengan cara memetik langsung dari pohonnya dan Miftah sama sekali tidak mempermasalahkannya asalkan mereka mau membayarnya.
Tak jarang kadang ia memberikan terongnya secara gratis bagi para fakir miskin yang tak sengaja lewat didepan rumahnya.
Kebun terongnya memang sejak dulu sudah sangat terkenal dikampung itu, tak hanya kenarsisan pemiliknya saja ya, para penduduk sangat nyaman bila berteman dengannya tapi hanya satu hal yang membuat mereka heran, kenapa gadis itu begitu narsis?
Tak ada yang bisa menebaknya, hingga mereka lebih memilih diam saja karna sangat malas mengurusi urusan orang lain dengan cara bertanya, yang ada malah semakin panjang.
Usai ritual bersih - bersih rumah dan sarapan baru ia kembali bekerja untuk mencuci bajunya, walau pun sedikit ia tidak pernah malas karna ia paling tidak suka menumpukkan pekerjaanya.
Disisi lain seorang ibu sedang merengek kepada suaminya untuk dibelikan terong yang langsung dipetik dari pohonnya yang segar, sang suami hanya mampu menggeleng - gelengkan kepalanya lalu menelepon anak tunggalnya yang paling tua.
"Halo pa, Assalamualaikum!" ucap suara dibalik telpon.
"Wa'alaikum salam nak! kamu lagi dimana? " tanyanya.
"Oh! seperti biasa pa aku masih dikantor kalau jam segini, sebentar lagi mungkin aku pulang karena hampir dzuhur," jawabnya.
"Bagus kalau begitu," responnya.
"Memangnya ada apa pa? apakah mama mulai mengidam hal - hal yang aneh lagi?" tanyanya yang sepertinya sudah mengetahui apa sebab yang membuat papanya meneleponnya pada jam kerjanya.
"Kamu memang anak yang bijak nak! dan peka banget sama orang tuamu" puji papanya sambil tersenyum.
Diseberang sana sang anak hanya mampu menghembuskan nafas berat.
"Bagaimana aku tidak tau pa! papa selalu meneleponku ketika mama mengidam sesuatu bahkan papa pernah menyuruhku untuk mencari barang yang bahkan gak masuk akal," responnya yang langsung mendapatkan semprotan dari papanya.
"Kamu ini selalu saja sifatnya begitu! gak kasian apa sama calon adikmu? kamu mau nanti adikmu ileran? kalau papa yang nyari nanti siapa yang jaga mama kamu? suruh jaga sama kamu kapan sempat, kamu pikirannya cuma kerja - kerja dan kerja," dengusnya.
"Salah papa suruh aku yang lanjutin perusahaan milik papa jadinya aku malah menjadi orang yang sibuk," elaknya tak terima.
"Kamu ini gimana sih? pokoknya papa gak mau tau! pulang kerja nanti kamu harus kembali kerumah sambil membawa sekeranjang terong yang langsung kamu petik dengan tanganmu sendiri dari kebunnya untuk mama mu," ucapnya yang langsung tak dapat lagi dibantah oleh anaknya.
"Padahal kan ada bi Ati, bilang aja papa juga malas," ucapnya sambil merendahkan suara tapi masih dapat didengar oleh papanya.
"Apa kamu bilang?" tanya papanya yang langsung mengejutkannya sehingga ia menjawab " iya pa! iya pa! nanti aku cariin terongnya untuk mama, Assalamualaikum," lalu mematikan ponselnya sambil menghembuskan nafas kasar untuk yang kedua kalinya.
"Wa'alaikum salam," jawab papanya sambil mematikan ponsel.
"Udah ya ma, nanti Firdaus pasti akan membawa pulang terong idaman mama," ucap suaminya lembut sambil mengecup dahi istrinya sedangkan sang istri mulai tersenyum bahagia.
Dikantor, Firdaus anaknya hanya mampu menyalurkan kekesalannya dengan cara mengepalkan tangannya sekuat tenaga.
"Ya ampun! papa... Papa... Umur sudah hampir tua masih aja ingin bayi lagi. Padahal anaknya udah ada empat, walau pun yang lain udah pada sekolah diluar negri semua. Udah ma kemarin baru aja aku disuruh cari daging ayam potong yang bulu ayamnya warna - warni. Terpaksa deh aku bawa pulang ayam potong yang bulunya udah aku suruh cet sama pelukis handal dengan warna pelangi sehingga tampak seperti asli dan saat mengetahuinya untung mama tak mempermasalahkannya," batinnya sambil menggaruk puncak kepalanya yang tak gatal.
"Seperti inilah contohnya. 😂 Bayangin aja kalau ayam potongnya udah gede, terus satu ayam bulunya dicetak kayak pelangi. Aduh makin unyu aja kan? 😉 itu hanya bayangan ya para pembaca sekalian." 😎
"Alhamdulillah banget sekarang cuma disuruh cari terong, tapi masalahnya... Gimana caranya aku menemukan kebun terong yang bagus dan masih sangat segar supaya papa dan mama tidak kecewa?" batinnya lagi sambil berpikir keras.
Tiba - tiba terdengar suara ketukan pintu dari luar, ia pun menyuruh si pelaku pengetokan untuk masuk ke ruangannya yang tak lain adalah karyawan wanitanya.
"Maaf pak! ini ada dokumen untuk bapak," ucapnya sopan.
"Baiklah! kamu taruh saja diatas mejaku lalu silahkan kembali bekerja," perintahnya yang kini mulai sibuk dengan laptopnya lagi.
"Kalau begitu saya permisi dulu pak," ucapnya yang hanya direspon dengan deheman oleh Firdaus yang moodnya kini sedang sangat buruk.
_________________________________________
Hai kaka semuanya... 🤗
Makasih ya... Karna sudah mau mampir ke Novel kedua Star... 😇
"KEBUN TERONG SIGADIS NARSIS"
Star sangat berterima kasih bagi Kaka - Kaka yang sudah mau memberi Ranting, like, vote bahkan sampai membaca dan mengomentari karya star... 🙏😊
Star sangat senang hingga jadi lebih semangat... 😄
Dimana bulan disitu bintang 😀
Dimana gelap disitu terang 🤣
Terima kasih bila tlah datang 😆
Star beri ucapan salam sayang 😘
Oke... Sampai jumpa di part selanjutnya ya...
Makasih untuk Kaka - kaka yang selalu hadir...
🍃🍃🍃🍃🍃 🙏🙏🙏 🍃🍃🍃🍃🍃
Oke... Untuk kedepannya diakhir part akan Star hibur dengan kata gombalan aja ya... 😉 Biar gak suntuk aja... 😆 Kalau gak suka silahkan skip aja ya... 🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 207 Episodes
Comments
Naa.
ngabrut asli
2023-11-22
0
❤️⃟Wᵃf🤎⃟ꪶꫝ🍾⃝ͩDᷞᴇͧᴡᷡɪͣ𝐀⃝🥀ᴳ᯳
wow terongnya montok dan super fresh
2023-11-17
0
❤️⃟Wᵃf🤎⃟ꪶꫝ🍾⃝ͩDᷞᴇͧᴡᷡɪͣ𝐀⃝🥀ᴳ᯳
Aduh pas banget... aku tdi bikin sambal terong terasi plus lalapan euii.. 🤭🤭🤭
2023-11-17
0