"Aku tidak ada waktu untuk mengambilnya. Kau pikir aku tidak punya kerjaan. Kau yang harus mengantarnya ke kantorku! Bukankah itu sudah menjadi tanggung jawabmu,"
Happy reading
💕💕💕💕💕
"Bagaimana, kau sudah ingat?" Suara Reyhan memecah keheningan di room.
"Maafkan saya, Tuan. Saya tidak bermaksud bertemu dengan Anda lagi. Saya hanya bertugas mengantar minuman, saya benar-benar tidak tau kalo Anda yang memesannya." Diana meremas jari-jari tangannya. Jantung Diana berdetak semakin menggila, bukan karena rasa jatuh cinta melainkan rasa cemas dan takut dengan ancaman yang Reyhan lontarkan padanya kemarin.
Reyhan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana dan kembali mendekati Diana.
"Jo," panggil Reyhan.
"Saya, Tuan." Yang dipanggil ternyata sudah berdiri di depan pintu. Entah dia datang dari mana dan sejak kapan berdiri di sana.
Jonathan mendekati Reyhan, menyerahkan paper bag, lalu kembali ke tempatnya semula.
Reyhan menyodorkan paper bag pemberian Jonathan kepada Diana.
"Apa itu, Tuan?" Diana bingung menatap paper bag di tangan Reyhan.
Diana sudah membayangkan isinya adalah cairan kimia berbahaya yang mungkin bisa meledak lalu merusak wajahnya. Diana merasa ngeri sendiri, dia teringat akan peringatan yang tepatnya sebuah ancaman dari Reyhan saat mereka pertama kali bertemu.
"Kalau kau tidak mengambilnya kau tidak akan tau," jawab Reyhan datar.
Dengan sedikit keraguan dan rasa waswas, Diana menerima paper bag dari tangan Reyhan kemudian mengintip isi di dalamnya.
Hah, Jas? Bukankah ini jas yang ketumpahan kopiku waktu itu? Diana mengernyit, menatap Reyhan seolah meminta penjelasan.
"Tempo hari bukankah kau ingin mencucinya?" jawab Reyhan santai seakan mengerti kebingungan Diana.
"Oh, iya, maaf Tuan, saya lupa. Saya akan segera mencucinya. Besok Tuan sudah bisa kembali ke sini untuk mengambilnya." Diana tersenyum gugup.
Reyhan mendengkus. "Aku tidak ada waktu untuk mengambilnya. Kau pikir aku tidak punya kerjaan. Kau yang harus mengantarnya ke kantorku. Bukankah itu sudah menjadi tanggung jawabmu," jawabnya ketus.
"Emm, tapi Tuan, saya tidak tau kantor Tuan di mana, lagi pula besok saya harus kuliah." Diana mencoba memberi penjelasan.
"Jo!"
Jonathan kembali mendekati mereka lalu mengeluarkan kartu nama dari dompetnya dan memberikannya pada Diana.
"Apa ini?" Diana bertambah bingung.
"Itu alamat kantor Tuan kami. Jadi, besok Nona bisa mengantarkan jas milik Tuan kami ke alamat kantor itu," jelas Jonathan.
"Kau bisa ke sana sendiri atau perlu sekretarisku untuk menjemputmu di kampus?"
Hah? Kalau bisa seperti itu, kenapa juga harus aku yang mengantar ke kantormu? Kenapa bukan sekretarismu saja yang langsung mengambilnya ke kampusku dan memberikannya padamu? Selesai, 'kan?
"Katakan, jam berapa Jonathan harus menjemputmu?"
"Oh ... eh, tidak usah repot-repot, Tuan. Saya yang akan mengantarnya sendiri." Diana melambaikan kedua tangannya di depan dada.
"Baiklah Nona, besok jika Nona mendapat masalah mencari alamatnya, Nona bisa menghubungi nomor saya yang sudah tercantum di kartu itu." Jonathan menunjuk kartu nama di tangan Diana.
"Iya Pak, terima kasih," angguk Diana sungkan.
"Hm."
"Apa ada yang Anda perlukan lagi, Tuan?" Menatap takut-takut ke arah Reyhan.
"Tidak." Menjawab singkat.
"Kalau begitu saya permisi, terima kasih." Mengangguk sebentar sebelum menuju pintu dan menutupnya tanpa suara.
"Gila Rey, loe tadi membuatnya gemetar tau." Doni yang sedari tadi hanya diam mulai menggoda Reyhan lagi.
"Jadi, dari tadi loe nunggu Diana di sini hanya untuk ngomong gitu doang?" Riski menggeleng heran. "Gue pikir loe bakalan maksa dia buat nemenin minum."
Reyhan tidak menjawab dia hanya menyunggingkan sudut bibirnya, lalu kembali ke tempat duduknya, mengangkat satu kaki dan bertumpu pada kaki satunya.
"Eh, Ris, emangnya loe gak ingat tadi Tante Sandra bilang apa? Hah! Diana itu keponakannya, dia cuma bertugas menerima dan mengantar minuman untuk tamu." Doni mengingatkan.
"Hm, tapi gue mulai mencium bau-bau konspirasi di sini." Rizki memegang dagunya, melirik Reyhan dengan sorot menyelidik. "Gak biasanya loe repot sendiri ngurusin beginian. Buang-buang waktu berharga loe cuma buat urusan jas, biasanya loe juga suruh Jonathan ngebuang tuh jas, hahaha." Kedua temannya kembali terbahak, tetapi Reyhan hanya bergeming.
Merasa Reyhan tidak memberi respon, mereka menghentikan tawanya dan menoleh ke arah Jonathan, berharap mendapat jawaban dari pria yang sama kakunya dengan Reyhan.
"Tuan Reyhan akan menikahi Nona Diana, Pak!" Jonathan tersenyum simpul membalas tatapan Rizki dan Doni.
"Apaa? Menikah?!" pekik mereka bersamaan yang seketika melotot pada Reyhan. Namun, yang ditatap tetap diam, tidak merespon sedikit pun.
❤️❤️❤️❤️❤️
Yang setuju Reyhan nikah sama Diana angkat tangan✋
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 189 Episodes
Comments
Mah Arga
akumah terserah autor aja deh , klow bisamah buat Diana bahagia aja deh kasian kyanya dia ga seneng kerja di tempat gituan
2022-06-05
0
Zimpatizon Tizon
mkn seru yg udah tamat
2022-01-03
1
Siti Homsatun
aq setuju aja lah ☝😍😍
2021-12-27
1