Syuting telah berlangsung hampir sebulan tanpa adanya kendala berarti. Selama ini Carlotta sudah menahan diri dan berusaha menolerir keberadaan Alessandro dalam proses pembuatan filmnya. Namun, hari ini berbeda.
Hari ini, Carlotta akan melakukan adegan ciuman pertamanya di layar kaca. Dan ia merasa tidak sanggup karena semua pengalaman berciuman yang dimilikinya hanya berasal dari Alessandro. Lebih parahnya lagi, Alessandro akan berada di sana untuk menonton seluruh proses pembuatan filmnya.
Marco Bruni mendekatinya. "Kau baik-baik saja, Sayangku?"
Carlotta meringis. "Sepertinya aku sedikit stres. Jadwal bulananku kacau. Jerawat di wajahku mulai bermunculan. Dan yang paling gawat, aku sedang tidak berada dalam mood untuk berciuman dengan Antonio Aquinas."
Tenda untuk Carlotta memang cukup besar, meskipun tidak sebesar tenda utama tempat berkumpul seluruh kru. Namun Marco tidak yakin tempat itu kedap udara.
Untuk berjaga-jaga, Marco berkata dengan amat pelan. "Apa maksudmu jadwal bulananmu kacau? Kau terlambat datang bulan?"
Carlotta mengangguk.
Marco menggigiti bibirnya sendiri karena cemas. "Begini, Carlotta, apakah malam itu, kau tahu, malam saat kau bersama dengan Alessandro Ferrara, kau minum pil?"
Carlotta mengernyit. "Pil apa, Marco? Kau melarangku mengkonsumsi alkohol dan segala jenis obat-obatan kecuali vitamin. Ingat itu?"
Marco mengacak rambutnya sendiri dengan frustasi. "Maksudku, pil pencegah kehamilan, atau pil KB, atau semacamnya?"
Carlotta cemberut. "Tentu saja tidak. Kau tahu sendiri aku tidak aktif secara seksual."
Marco terbelalak memandang Carlotta. "Kau sungguh tidak pernah melakukan 'itu'?"
Carlotta menggeleng. "Malam itu adalah malam pertamaku, Marco."
"Oh, Ya Tuhan." Marco sekarang sudah menjambak rambutnya sendiri.
"Kau kembali menjadi orang yang relijius." Tuduh Carlotta.
Jika saja situasinya tidak segenting sekarang, Marco pasti sudah tertawa. "Aku akan menjadi orang relijius lagi hari ini untuk berdoa semoga kau segera mendapatkan datang bulan."
Carlotta tertawa pelan. "Tidak perlu cemas, Marco. Dulu ibuku pernah bilang, wanita butuh melakukannya berkali-kali agar bisa hamil. Ibuku bahkan butuh waktu lima tahun sebelum memiliki aku."
Marco memandang Carlotta dengan tatapan tak percaya. "Dengar, Carlotta. Kita harap saja kata-kata ibumu benar. Tapi, bisakah kau mengingat-ingat apakah malam itu Alessandro mengenakan pengaman?"
Carlotta tidak ingin mengingat malam itu. Namun, jika terpaksa mengingatnya kembali, maka jawabannya adalah, "Ya, kurasa ya. Dia mengenakan sesuatu seperti gelembung balon? Aku tidak pernah melihat yang seperti itu sebelumnya?"
Marco memandang Carlotta muram, tidak tahu harus sedih ataukah senang. Pertama, ia senang karena Alessandro mengambil langkah proteksi. Kedua, ia sedih karena Carlotta tidak pernah punya pengetahuan dan pengalaman seksual yang bagus. Gadis di hadapannya ini sepertinya bahkan lebih polos daripada anak-anak SMA jaman sekarang.
"Kalau begitu, kita tidak perlu khawatir." Marco menepuk-nepuk pundak Carlotta. "Jika pengaman Alessandro berfungsi dengan baik, maka kita akan baik-baik saja."
Carlotta mengangguk. "Yang kucemaskan bukan itu. Hari ini ada adegan ciuman dengan Antonio Aquinas dan aku harus melakukannya di depan Alessandro. Kau tidak merasa itu sesuatu yang genting?"
Marco tertawa, lalu memandang Carlotta dengan tatapan menyelidik. "Kau takut Alessandro cemburu?"
Carlotta melempar Marco dengan bantal kursi. "Jangan meledekku, Marco. Aku hanya takut Alessandro akan mengacaukan proses syuting."
Marco mengangkat bahu. "Kurasa tidak. Ini adalah film di bawah tanggung jawabnya. Dia tidak mungkin mengacaukan film produksinya sendiri, bukan?"
Carlotta mengangkat bahu tak yakin.
***
Alessandro Ferrara membawa pekerjaan kantornya ke lokasi syuting. Bukan sesuatu yang sulit. Ia hanya perlu duduk di salah satu bangku penonton yang letaknya agak tinggi agar suara-suara seluruh kru tidak begitu mengganggunya. Ditambah, dia mendapatkan bonus bisa menonton Carlotta Marinelli dalam balutan gaun-gaun kekaisaran Romawi jaman dulu.
Sial, Carlotta benar-benar tampak seperti seorang Dewi.
Apalagi jika syuting dilakukan pada waktu sore hari. Alessandro bersumpah, ia seperti melihat ada halo, sebuah lingkaran cahaya, di atas kepala Carlotta di bawah langit senja.
"Saya rasa Anda tidak akan menyukai adegan hari ini, Signor." Lombardi berkata di sisinya.
Alessandro mengernyit. "Memangnya kenapa?"
Luca Lombardi menunjuk Carlotta dan Antonio Aquinas yang sedang memeragakan adegan romantis.
***
Carlotta benar-benar gugup. Ia terus mengkhawatirkan hal-hal yang belum terjadi. Setiap dia melangkah semakin dekat dengan lawan mainnya, tanpa sadar ia terus melemparkan pandangan ke arah Alessandro. Melakukan adegan romantis dengan lelaki lain di hadapan mantan pacar adalah sebuah hal yang canggung. Terlebih, jika sang mantan pacar terus menatapnya dengan intens.
Tatapan Alessandro membuat Carlotta menjadi panas-dingin. Berulang kali ia menjilat bibirnya sendiri yang entah mengapa terasa kering. Ia juga jadi tidak bisa memandang lawan mainnya dengan penuh percaya diri seperti seharusnya.
"Cut! Bagus sekali, Carlotta!" Johann von Schiller menghampiri Carlotta. "Seharusnya tidak seperti ini, tapi aku suka improvisasimu. Kau bersemu merah sesuai dengan mentari senja. Jika aku di kursi penonton, pasti aku benar-benar mengira kau sedang jatuh cinta."
Carlotta menerima beberapa tepuk tangan dari kru film. Gadis itu berterima kasih lirih. Sesekali, ia masih melemparkan pandangan pada Alessandro dengan gugup.
"Adegan selanjutnya adalah puncak hari ini!" Johann mengumumkan.
Carlotta semakin gugup saja. Gadis itu menarik-narik gaun broken white panjang yang dipakainya. "S-sebentar, Tuan von Schiller. Bisakah aku beristirahat sebentar?"
Di tempatnya duduk, Alessandro terdengar menanyakan adegan apakah selanjutnya kepada asistennya. Alessandro langsung berdiri dan berjalan ke arah set film dengan gusar setelah menerima jawaban dari Lombardi.
"Tidak akan ada adegan ciuman dalam film ini!" Begitu Alessandro mengumumkan.
Johann langsung berkacak pinggang. "Ini filmku, Signor."
Alessandro balas berkacak pinggang. "Aku yang mendanai film ini."
Johann mengangkat tangannya frustasi. "Apa yang membuatmu keberatan, Signor?"
Alessandro menuding Antonio Aquinas. "Aku tidak ingin melihat Carlotta mencium pria seperti dia."
Antonio Aquinas pucat pasi. "Apa salahku? Aku tidak melakukan apapun! Aku adalah seorang profesional, Signor!"
Alessandro tidak mau mendengarkannya. "Bagaimana jika kita tanya Carlotta saja bagaimana maunya?"
Johann melepas kacamata hitamnya dan memandang Alessandro lurus-lurus. "Nona Marinelli sudah menandatangani kontrak setelah membaca naskah. Dia tahu dan setuju ada adegan ini dalam film."
Alessandro tetap keras kepala. "Aku ingin mendengar jawabannya langsung."
Carlotta berdehem, merasa tidak enak karena situasinya menjadi seperti ini. Gadis itu memandang Johann dengan tatapan meminta maaf. "Bisakah aku berbicara dengan Aless-maksudku, Signor Ferrara, sebentar?"
Johann melambaikan tangannya. "Silakan."
Carlotta segera menarik Alessandro pergi dari sana, kemudian membawa pria itu masuk ke tendanya. Alessandro tidak memberontak, tapi dia memprotes, "Biarkan aku mengurus adegan selanjutnya! Kau tidak perlu melakukan apapun yang-"
Carlotta mencubit lengan Alessandro keras.
"Aw! Apa yang kau lakukan?"
"Diamlah. Kau mempermalukan dirimu sendiri!" Carlotta melemparkan Alessandro ke dalam tendanya, dan mereka berdua hilang dari hadapan para kru film.
Di set film, Marco berbisik pada manajer-manajer artis lainnya. "Kalau begini caranya, sebelum tahun ini berakhir, aktrisku bakal menjadi Nyonya Ferrara."
Manajer-manajer artis lain tertawa, beberapa membenarkan perkataan Marco Bruni.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
farizyara rsfy
haduh haduuuuh ada yg kebakaran jenggot nih🤭🤭🤭
2024-02-20
0
Bee RasyieQah
benci benci cinta gini nih
2023-08-04
0
This is me
Menjelang bucin maximal nih.
2023-05-09
0