Johann von Schiller merupakan salah satu sutradara paling gemilang abad ini. Karya pria kebangsaan Jerman ini berulang kali memenangkan beberapa penghargaan bergengsi kelas dunia. Rumah produksi Hollywood sudah berulang kali menawarkan kesempatan untuk bekerja sama, tetapi Johann belum mau menerimanya.
Usianya masih tiga puluh tahun dan ia masih lajang. Didukung dengan penampilan prima dan prestasi yang membanggakan, gadis-gadis selalu mengelilinginya di mana pun ia berada. Media menyebutnya playboy, karena ia telah ketahuan memacari aktris-aktris yang menjadi pemeran utama filmnya.
Kalau mau jujur, sebenarnya wanita adalah muse Johann dalam membuat sebuah karya film. Ia mencari talent yang bagus di seluruh Eropa, kemudian menawari mereka peran utama. Tidak pernah ada pemeran pertama pengganti. Ia selalu melayangkan penawaran hanya untuk seseorang yang spesial. Seseorang yang menarik mata dan hatinya.
Dan tidak pernah ada yang menolak tawarannya. Begitu pula dengan aktris pendatang baru Italia, Carlotta Marinelli.
Pertama kali melihat iklan pembersih lantai yang fenomenal di Italia, Johann langsung tertarik. Setelah melakukan penelusuran lebih mendalam tentang film-film yang dibintangi Carlotta, Johann resmi terpesona. Gadis itu bisa memainkan beberapa jenis ekspresi dengan apik. Ada ketulusan yang mudah menyentuh hati penonton dalam aktingnya.
Dan tak bisa ditampik, Johann jadi ingin mengenal Carlotta Marinelli secara personal. Apakah tawa di layar kaca itu adalah tawanya di dunia nyata? Ataukah semua perannya justru berkebalikan dengan kepribadian asli sang aktris?
Johann memberikan undangan makan malam berdua saja dengan Carlotta beberapa hari sebelum proses syuting dimulai. Ia sudah memberikan kontrak Carlotta kepada manajer gadis itu. Namun, ia ingin berkenalan langsung.
Carlotta datang diantar oleh manajernya, Marco Bruni. Awalnya, Johann mengira ada hubungan khusus antara Carlotta dengan manajernya. Setelah melihat langsung pria centil berbaju serba girly ini, anggapan itu langsung pupus dari benak Johann.
Dan entah mengapa, ia jadi luar biasa lega.
"Selamat datang, Nona Marinelli. Terima kasih sudah meluangkan waktu Anda." Johann berdiri dan menarik sebuah kursi untuk Carlotta. Carlotta berterima kasih pelan, lalu duduk.
Johann hendak mempersilakan Marco untuk duduk juga, tetapi pria itu buru-buru berkata, "Oh, tidak perlu, Sir. Saya tidak ingin mengganggu. Carlotta, aku akan menunggumu di bawah."
Mereka makan malam di La Pergola, salah satu restoran mahal di Roma yang terkenal. Letaknya di salah satu hotel bintang. Pemandangan yang disuguhkan luar biasa menarik dari lantai atas. La Pergola juga dikenal sebagai salah satu dari lima puluh restoran paling romantis di seluruh dunia.
"Mau pesan sesuatu?" Johann menawarkan ketika Marco Bruni telah menghilang dari pandangan.
Tidak sulit menemukan menu yang menggugah selera. Restoran ini tidak hanya memiliki satu Michelin star, tetapi tiga. Menjadikannya berada di top 10 restoran terbaik di dunia. Semua hidangannya pasti lezat. Carlotta memutuskan untuk mencoba menu-menu paling populernya.
"Ravioli Carbonara dan La Pallottola." Carlotta mengumumkan menu yang akan dipesannya.
Johann mengangguk, kemudian memesankan untuk Carlotta.
Malam ini Carlotta mengenakan Fitted Evening Dress, sebuah gaun panjang berwarna hitam keluaran paling baru dari rumah mode Jovani. Gaun berpotongan sederhana itu justru menonjolkan kecantikan alami Carlotta, tidak terkesan berlebihan. Dilihat lebih dekat seperti ini, Carlotta justru semakin mengagumkan di mata Johann.
"Anda baru saja datang ke Roma, Tuan von Schiller?" Carlotta berinisiatif memulai pembicaraan karena sejak tadi dilihatnya Johann memandanginya tanpa berkedip, membuatnya sedikit risih.
Johann berdehem. "Benar sekali. Seharusnya aku datang minggu depan, saat hari pertama pengambilan gambar. Namun, aku langsung kemari karena mendengar berita tentangmu."
Carlotta langsung merasa malu. "Tolong jangan pikirkan itu, Tuan von Schiller. Itu hanya kesalahpahaman. Tidak akan mempengaruhi proses pembuatan film. Saya minta maaf karena membuat kegemparan seperti itu."
"Ah, tidak apa-apa. Aku senang melihatmu tidak terluka." Johann berkata dengan tulus. Kemudian, ia berbisik. "Lalu, panggil saja aku Johann. Kuharap kita bisa berteman? Jangan sungkan-sungkan padaku."
Carlotta tersenyum. "Tentu saja kita bisa berteman. Tapi aku tidak mungkin memanggil nama depanmu saja di tempat syuting, kan?"
Johann tampak berpikir sebentar. "Kalau begitu, lakukan saat tidak ada orang lain seperti ini. Bagaimana?"
Carlotta mengangguk. "Aku setuju."
Johann menawarkan segelas sampanye pada Carlotta. "Bersulang untuk proses syuting yang menyenangkan."
Carlotta meringis. "Maafkan aku, Johann. Marco membatasi jumlah konsumsi alkoholku. Dan minggu lalu aku berpesta dengan adik-adikku, merayakan penawaran peran darimu ini. Aku sudah menghabiskan dua botol sampanye sendirian."
Johann tertawa mendengar pengakuan Carlotta. Rupanya, gadis di hadapannya tidak merasa perlu repot-repot menjaga image. Tapi, memangnya apa yang perlu disembunyikan gadis cantik dari keluarga baik-baik seperti Carlotta? Diam-diam, jantung Johann berdebar keras. Dia belum pernah merasakan yang seperti ini dengan aktris lainnya.
"Kalau begitu, kita bersulang dengan jus apel? Atau kau ingin pesan sampanye non alkohol?" Johann menawarkan.
Carlotta tersenyum. "Jus apel tidak masalah. Penampilannya mirip sampanye."
Johann tertawa lagi. Dengan cekatan, ia menuangkan jus apel di gelas Carlotta dan gelasnya sendiri. "Bersulang untuk kerjasama-kerjasama kita di masa mendatang?"
Carlotta mengangguk. "Juga, bersulang untuk kesehatan dan kesuksesan kita."
Johann mengangkat gelasnya, menyetujui kata-kata Carlotta sepenuhnya.
***
Luca Lombardi pusing tujuh keliling karena perintah terbaru tuannya. Bukan menguasai bisnis pesaing seperti biasanya, kali ini Alessandro minta dilibatkan dalam proses pembuatan film Carlotta yang terbaru. Lombardi telah mengirim surat permohonan penjualan perusahaan kepada rumah produksi film itu, Benito Studios.
Rupanya, Signor Benito menolak. Setelah melakukan penyelidikan, Lombardi baru tahu ternyata Signor Benito adalah ayah tiri Carlotta Marinelli. Ia segera melaporkan kegagalannya beserta informasi krusial itu pada Alessandro.
"Pantas saja karirnya bisa berada di puncak tanpa perlu merayu para petinggi dunia perfilman." Ujar Alessandro sambil mengangguk-angguk. "Aku melupakan fakta ibu Carlotta kabur dengan seseorang dari dunia hiburan."
Lombardi melanjutkan, "Kita tidak bisa melenggang sesuka hati di sana karena Signor Benito sendiri yang menjadi produser eksekutifnya."
"Kalau begitu, berikan dana sponsor yang besar dan jadikan aku produser atau manajer produksinya." Alessandro berkata.
"Tapi, Signor, Anda tidak memiliki kualifikasi dalam hal terseb-" Lombardi tidak melanjutkan kata-katanya karena dipelototi oleh Alessandro. "Maksud saya, akan saya laksanakan."
"Gelontorkan dana berapa pun yang diminta oleh Signor Benito. Aku tidak peduli. Kalau bisa, bujuk dia untuk memberikan jabatan produser eksekutifnya padaku. Hanya untuk film ini saja. Tekankan padanya untuk jangan khawatir aku akan mengambil alih rumah produksinya. Niatku hanya membantu."
Luca Lombardi memijat keningnya sendiri. "Saya akan mencobanya, Signor."
Alessandro menyipitkan mata. "Kau harus mencoba sampai berhasil, Lombardi. Aku tidak mau menerima berita kegagalan lagi."
"Baiklah, Signor. Tapi Anda sebaiknya menaikkan gaji saya setelah ini." Lombardi segera angkat kaki dari sana sebelum Alessandro bisa melemparnya dengan sesuatu.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
farizyara rsfy
saingan datang nih
2024-02-19
0
Baby_Miracles
ayo lo luca. lo gak mau terluca kan?
2022-03-13
0
Tita Dewahasta
akh mendingan kawinin aja napa ndro ndro😥😥😥
2022-03-09
0