Carlotta baru mau menerima kunjungan selain petugas kesehatan tiga hari setelah kejadian mengenaskan itu. Kedua adik perempuannya dan Marco Bruni yang pertama kali masuk. Mereka membawa serta banyak buket bunga dan hadiah dari kolega dan penggemar Carlotta.
"Bagaimana keadaanmu, Kak?" Ciara mendekat.
Carlotta masih pucat. Pandangannya masih sedikit hampa. Namun, ia tersenyum lemah kepada adiknya. "Maafkan aku, Ciara. Carina, kemarilah juga."
Carina ikut mendekat.
Carlotta langsung memeluk erat kedua adiknya. "Maafkan aku. Aku tidak berpikir panjang. Aku melupakan kalian. Aku janji hal seperti ini tidak akan terjadi lagi."
Ciara dan Carina menangis di pelukan Carlotta.
"Kau tidak tahu betapa takutnya aku, Kak." Ciara berkata. "Aku berniat mendatangi keluarga Ferrara, tapi Roberto Mancini mencegahku. Dia bilang, aku tidak boleh sembarangan dengan mereka." Ciara bercerita di sela isak tangisnya.
Carlotta memandang adiknya khawatir. "Dengarkan dia, Ciara. Kau tidak boleh sembrono. Aku tidak bisa hidup kalau sampai sesuatu terjadi padamu. Kau harus ingat itu."
Ciara melotot. "Hush, Kak! Jangan berkata seperti itu!"
Carlotta tertawa pelan. "Ah, astaga. Maafkan aku." Gadis itu berkata. "Tapi aku sungguh-sungguh. Aku bisa mengurusnya. Kau tidak perlu khawatir."
Lalu, Carlotta memandang adiknya yang satu lagi. "Carina Sayang, kau juga jangan khawatir. Jangan dengarkan gosip yang tersebar di luar sana. Belajar saja yang rajin, ya? Aku akan mengusahakan semampuku untuk menyekolahkanmu di Oxford. Atau kau ingin Harvard?"
Carina menggeleng. "Aku tidak peduli akan hal itu, Kak. Aku cuma ingin Kakak cepat sehat."
Carlotta mencubit pipi Carina gemas. "Kau sungguh malaikat kecil kami."
Setelah melepas kerinduan dengan adik-adiknya, Carlotta memandang Marco Bruni yang berdiri agak jauh dari mereka. Ada rasa bersalah yang besar di mata pria itu. Sepertinya ia ingin mengucapkan sesuatu pada Carlotta.
Carlotta mengembalikan perhatiannya kepada kedua adiknya lagi. "Nah, gadis-gadis baik, sekarang bisakah kalian keluar sebentar? Aku ingin berbicara berdua saja dengan Marco. Ini masalah pekerjaan."
Ciara melirik Marco dengan tajam, seolah memperingatkan pria itu agar tidak macam-macam. Kemudian, ia menggandeng Carina keluar.
Marco Bruni berjalan mendekat perlahan. "Aku minta maaf." Sekarang ia berlutut di bawah kaki tempat tidur Carlotta. "Aku mohon maafkan aku, Carlotta. Aku sungguh-sungguh tidak tahu kejadiannya akan seperti ini. Aku mendengar dia mantan kekasihmu. Pada awalnya kupikir kalian akan merasakan lagi percikan asmara yang dulu pernah ada atau semacamnya."
Carlotta masih membisu. Jadi, Marco melanjutkan. "Aku pantas dihukum. Kau boleh menghukumku apa saja, Carlotta."
Carlotta mendesah. "Yang kau lakukan itu salah, Marco. Kau tahu aku bukan perempuan seperti itu."
"Aku tahu, Carlotta. Dan aku sudah mengatakannya pada Signor Ferrara. Tapi dia memaksa." Marco menangis sekarang. "Kau harus tahu dia tipe pria seperti apa. Dia bisa melakukan segala cara untuk mendapatkan keinginannya. Jadi, aku sempat berpikir untuk menurutinya selagi dia memberikan penawaran yang bagus, bukannya ancaman."
Carlotta mengernyit. "Apa dia pernah mengancammu?"
"Sebenarnya, ya. Beberapa hari yang lalu dia d-datang kemari dan mencengkeram bahuku. Aku-aku takut sekali, Carlotta. Dia memaksa ingin menemuimu, tapi aku tidak mengijinkannya. Akhirnya dia pergi setelah mengancam tidak akan melepaskanmu begitu saja."
"Astaga, Marco." Carlotta jadi iba melihat Marco menangis sesenggukan dan ketakutan seperti itu. "Kau melakukan hal yang benar. Sekarang, ayo berdirilah."
Marco menggeleng keras kepala. "Aku tidak akan berdiri sebelum kau memaafkanku."
Carlotta tersenyum. "Aku sudah memaafkanmu. Kesalahanmu memang fatal, tetapi kebaikanmu padaku jauh lebih banyak. Sekarang, ayo kemarilah dan peluk aku."
Marco menatap Carlotta dengan mata berbinar-binar. Namun, sesaat kemudian air matanya mengalir semakin deras. "Aku sungguh minta maaf, Carlotta. Kau gadis yang baik. Signor Ferrara tidak pantas melakukan ini padamu."
Lalu, Marco bangkit dan memeluk Carlotta erat-erat. "Kau janji tidak akan melakukan hal seperti ini lagi, kan?"
Carlotta mengangguk. "Aku janji. Aku akan berusaha mengingat, apapun yang akan terjadi di depan, aku masih punya kau dan kedua adikku. Itu satu-satunya hal yang membuatku sanggup bertahan."
"Oh, Sayangku..." Marco menangis lagi.
Sekarang Carlotta tertawa. "Sudah, sudah, Marco. Ternyata kau lebih cengeng daripada Ciara dan Carina."
Marco menyeka air matanya. "Sekarang, kurasa aku harus tahu apa yang sebenarnya terjadi antara kau dan Signor-Brengsek-Ferrara itu."
Kemudian, Carlotta menceritakan semuanya kepada Marco Bruni.
***
Pada hari Minggu pagi, Alessandro sengaja meluangkan waktunya untuk bersantai di ruang tengah bersama kakek dan neneknya. Kakeknya membaca berita tentang saham, sementara Alessandro menemani neneknya mengomentari acara televisi jaman sekarang.
"Carikan aku sinetron yang bagus." Titah neneknya pada Alessandro.
"Baik, Nek." Dengan patuh, Alessandro mengganti channel hingga menemukan sebuah opera sabun yang terlihat menjanjikan.
Sinetron itu bercerita tentang kasih tak sampai yang mendayu-dayu dan menyayat hati. Ketika neneknya sudah terhanyut memperhatikan jalan cerita tayangan itu, Alessandro iseng membuka ponsel. Ia mengulir dan terus mengulir ke bawah hingga menemukan berita tentang konferensi pers aktris Carlotta Marinelli.
Ternyata, konferensi pers itu ditayangkan secara langsung di sebuah stasiun televisi sekarang.
"Uhm, Nek, bolehkah aku mengganti salutan televisinya sebentar? Ada sesuatu yang ingin kulihat." Alessandro mengeluarkan tatapan memelasnya yang 99% selalu berhasil membuat neneknya menuruti apapun maunya.
Neneknya mendesah kalah. "Baiklah."
Alessandro segera memutar konferensi pers Carlotta.
Konferensi tersebut dilakukan di sebuah gedung tertutup. Sepertinya Marco Bruni benar-benar melakukan pengawasan ketat agar orang-orang yang tidak berkepentingan tidak dapat menyusup.
"Carlotta, apakah benar kau sempat melakukan percobaan bunuh diri?" Tanya salah satu wartawan.
Carlotta, yang tampil menawan dengan gaun cocktail biru muda, menggeleng dan tersenyum. "Itu semua hanya salah paham. Aku ketiduran saat mandi, kemudian tidak sengaja tenggelam. Pihak hotel melakukan sesuatu yang luar biasa dengan membawaku ke rumah sakit dan menyelamatkan nyawaku. Aku sangat bersyukur dan berterima kasih atas pelayanan mereka."
"Bagaimana kondisimu sekarang, Carlotta? Apakah kau bisa melakukan syuting tepat waktu atau pengambilan gambar akan diundur karena insiden ini?" Wartawan lain bertanya.
Carlotta masih menjawab dengan tenang. "Syuting akan dilakukan sesuai jadwal. Aku mohon maaf kepada semua pihak yang telah merasa khawatir dan dirugikan dengan adanya kejadian ini. Sungguh, ini adalah kesalahanku seorang. Seluruh tim produksi sudah menyiapkan segala yang terbaik demi kelancaran proses syuting nanti."
Lalu, ada wartawan lain yang bertanya. "Beberapa dari kami sempat menungguimu di rumah sakit, Carlotta. Dan kami sempat melihat kedatangan pimpinan Ferrara Group, Alessandro Ferrara. Bisakah kau jelaskan ada hubungan apa antara kau dan Signor Ferrara?"
Ketenangan menguap dari diri Carlotta. Wajahnya memucat. Ia menjadi gugup. Tangannya terasa dingin. Gadis itu meremas sebuah pulpen yang sedang dipegangnya, berusaha tidak kehilangan pegangan.
Sementara itu, kakek Alessandro langsung melipat korannya dan menyingkirkan benda itu jauh-jauh. Ia duduk tegak ketika mendengar nama keluarga dan nama cucunya disebut-sebut. Nenek Alessandro mengeluarkan reaksi yang lebih parah. Beliau terkesiap keras dan langsung memandang antara Alessandro dan layar televisi secara bergantian.
Di layar kaca, akhirnya Carlotta memberikan jawaban. "Sepertinya hanya sampai di sini saja konferensi ini berlangsung. Saya pribadi meminta maaf sekali lagi kepada semua pihak yang merasa dirugikan dan merasa khawatir. Ke depannya, saya akan berusaha menjaga diri lebih baik lagi agar tidak mengecewakan kalian semua."
Lalu, Carlotta berdiri, membungkuk pada kamera, kemudian keluar dari ruangan dikawal oleh Marco Bruni. Gadis itu tidak lagi memperhatikan kerumunan wartawan yang menjadi semakin heboh dengan spekulasi.
Nyonya Ferrara kini memandang cucunya penuh rasa ingin tahu. "Benarkah sesuatu terjadi antara kau dan aktris itu?"
Alessandro menggeleng dan tertawa hampa. "Itu hanya gosip yang dibuat-buat, Nek. Jangan khawatir."
Neneknya masih memandangnya dengan tatapan menyelidik. "Lalu, coba jelaskan mengapa kau tertarik sekali dengan berita ini jika ini bukan hal yang penting? Kau sampai memintaku mengganti saluran televisi, Alessandro."
Alessandro tertawa gugup. "Ah, jangan berpikir macam-macam, Nek. Tidak ada apa-apa, sungguh."
Kini, Alessandro berdiri dan bersiap pergi dari situ untuk menghindari pertanyaan neneknya lebih jauh lagi.
Namun, Kakeknya mengisyaratkan agar ia kembali duduk. Tak punya pilihan lain, Alessandro kembali ke tempat duduknya.
"Kau tidak melakukan hal buruk pada gadis ini sampai ia melakukan percobaan bunuh diri, kan?" Kakeknya bertanya.
"Tentu saja tidak, Kek. Lagipula bukankah gadis itu sudah bilang kalau dia hanya ketiduran dan tidak sengaja tenggelam di bathtub?" Alessandro membela diri.
Kakeknya tampak tidak puas. "Kita mungkin melakukan banyak cara dalam bisnis dan hidup, Alessandro. Cara-cara itu terkadang tidak lurus. Namun, kita keluarga Ferrara, menghargai nyawa orang lain. Kakek tidak ingin mendengar namamu dikaitkan dengan kasus kematian orang lain. Paham?"
Alessandro mengangguk cepat. "Tentu saja, Kek."
"Tapi jika kau benar-benar memiliki hubungan khusus dengan gadis tadi, aku menyetujuinya. Dia kelihatan baik. Dia mau mengakui kesalahan di depan umum. Dan dia tampak profesional karena tidak ingin mencari sensasi dengan menjawab pertanyaan di luar konteks pekerjaannya." Kakeknya meneruskan.
Wajah Alessandro jadi memerah.
Neneknya tersenyum sumringah. "Nenek juga setuju. Kalau kalian berdua menikah, aku yakin cicit kami akan luar biasa tampan atau cantik. Gen kalian berdua luar biasa."
Wajah Alessandro semakin merah lagi. Membayangkan untuk menikah dengan Carlotta saja ia tidak berani. Apalagi sampai memiliki anak dengan gadis itu.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
farizyara rsfy
egonya tinggi g mau ngaku, pdhl pengen kn d nikahin
2024-02-19
0
Bee RasyieQah
dua dua cinta. tp tersakiti masa lalu.. kapan jujur...????
2023-08-04
0
~🌹eveliniq🌹~
Hadir lagi nih support selalu dari
2022-03-13
0