Carlotta terbangun pukul delapan pagi. Tubuhnya letih. Kamar sunyi. Tidak ada keberadaan Alessandro lagi di sana. Gadis itu tidak tahu apa saja yang telah Alessandro lakukan padanya. Yang jelas, sekarang ia telah berpakaian. Bukan pakaian yang ia kenakan semalam, melainkan sebuah bathrobe panjang yang halus.
Meskipun sadar dirinya telah dibersihkan, Carlotta masih merasa kotor. Sekarang, ia merasa dirinya adalah wanita murahan. Harga dirinya telah dibeli dan dihancurkan hingga ke titik tidak dapat dipulihkan lagi.
Air mata meleleh di pipinya. Ia telah diperkosa oleh pria yang dicintainya selama ini.
Andai saja keadaan berbeda, tentu saja Carlotta akan menerima Alessandro dengan senang hati. Jika saja tidak ada kebencian di mata Alessandro, Carlotta pasti jadi wanita paling bahagia di dunia.
Namun, dilukai oleh satu-satunya laki-laki yang pernah dicintainya ternyata terasa sangat menyakitkan. Begitu menyakitkan hingga Carlotta merasa tak pantas lagi untuk hidup.
Tanpa berpikir panjang, Carlotta berlari ke kamar mandi, mengisi bathtub dengan air dingin hingga penuh, kemudian menenggelamkan diri di sana.
***
"Signor Marco Bruni? Kami menelepon karena nomor Anda tercantum pada kontak darurat Nona Carlotta Marinelli."
Marco mengusap matanya. Ia merasa kesal telah dibangunkan oleh dering telepon yang tiada henti pagi-pagi begini. Namun, mendengar nama Carlotta dan kata darurat disebutkan dalam kalimat yang sama membuatnya terbangun sepenuhnya.
"Dari mana Anda bilang Anda berasal, tadi?" Marco bertanya.
"Pihak hotel, Signor."
Marco duduk tegak sekarang. Ya Tuhan, dia hampir lupa apa yang kira-kira terjadi pada Carlotta semalam. Jantungnya langsung berpacu cepat. "Apa yang terjadi pada Carlotta?"
"Pukul lima pagi tamu Nona Carlotta menelepon layanan kamar dan memesankan sarapan untuk diantar pukul delapan. Saat kami sampai di kamar, Nona Carlotta tidak membukakan pintu. Terdengar suara gemericik air dan kamar sudah dibanjiri air. Kami menduga, asalnya dari kamar mandi."
Marco menduga, ada yang tidak beres. Sembari mendengarkan keterangan dari pihak hotel, ia cepat-cepat menyambar mantel dan memakai celana panjang. Dengan gugup ia mencari kunci mobilnya, siap-siap meluncur ke hotel untuk menjemput Carlotta.
"Lalu, kami memutuskan untuk menggunakan kunci cadangan dan merangsek masuk. Nona Carlotta melakukan percobaan bunuh diri, Sir."
Marco nyaris berteriak, "Apa?!"
"Nona Carlotta berusaha menenggelamkan diri di dalam bathtub."
Marco merasa lemas seketika. "B-bagaimana keadaannya sekarang?"
Marco menyilangkan jarinya, berharap sekuat hati agar Carlotta tidak mati. Tidak. Carlotta tidak boleh mati. Tidak sekarang, dan terlebih lagi, tidak karena kesalahan Marco. Pria itu merasa tidak akan sanggup hidup dengan rasa bersalah sebesar ini.
"Kami tidak tahu sudah berapa lama Nona Carlotta berada di dalam air. Namun, saat membawanya ke rumah sakit, Nona Carlotta masih hidup."
Ya Tuhan, pikir Marco kalut. Ia memutuskan untuk menjadi orang yang relijius lagi hari ini. Ia akan terus berdoa memohon keajaiban untuk kehidupan Carlotta.
Apa artinya tiga ratus juta euro di tangannya sekarang? Uang itu jelas tidak akan sepadan dengan nyawa Carlotta!
***
Ciara Marinelli panik bukan main saat mendengar kabar bahwa kakaknya masuk rumah sakit. Ia menyeret Carina, si bungsu, pulang dari sekolahnya lebih awal, kemudian mereka berdua naik taksi menuju rumah sakit.
"Kak, Kakak membuatku takut. Apa yang sebenarnya terjadi? Kita mau ke mana?" Carina yang bahkan belum berganti pakaian jadi bingung.
Ciara tetap bungkam. Pikirannya kacau. Tidak, dia tidak boleh berpikir macam-macam. Setelah ayahnya menjadi buron, ibunya kabur dengan lelaki lain, sekarang kakaknya melakukan percobaan bunuh diri. Gadis itu menahan sesak dalam dada. Apa yang sebenarnya dilakukan keluarganya di masa lalu? Apakah benar bahwa keluarga Marinelli terkutuk, seperti cemoohan teman-teman sekelasnya di Verona dulu?
"Kak!" Carina mengguncang Ciara pelan. "Buat apa kita ke rumah sakit? Siapa yang sakit?"
Taksi yang mereka tumpangi ternyata telah berhenti. Ciara terlalu larut dalam lamunan sehingga tidak menyadarinya.
Ciara membayar dan memberi tips kepada sopir taksi, kemudian menggandeng Carina turun. Marco Bruni telah menunggu mereka di lobi.
"Bagaimana keadaannya?" Ciara bertanya tanpa basa-basi.
"Tidak apa-apa, Ciara. Carlotta berhasil melalui masa kritis." Marco memeluk Ciara dan Carina bergantian. Ia mengusap-usap bahu keduanya untuk menenangkan.
Ciara merasa beban berat terangkat sepenuhnya dari hatinya. "Di mana dia sekarang? Aku ingin bicara dengannya."
"Dia di ruangan VVIP. Aku menyewa satu lantai khusus untuknya agar tidak ada yang mengganggunya. Dia masih belum mau bicara dengan siapa pun." Marco berkata.
Carina, yang masih kebingungan, meminta penjelasan dari Marco. Dengan berat hati, Marco menceritakan segalanya dari awal. Termasuk penawaran Alessandro Ferrara padanya.
"Dia pria yang berkuasa dan mampu melakukan apapun. Dia tidak akan berhenti sampai keinginannya tercapai. Aku tidak kuasa menolak, selagi penawarannya cukup baik hati. Kupikir uang sebanyak itu akan bagus bagi masa depan kalian bertiga." Marco menangis, kemudian mengambil jeda sejenak untuk membersihkan hidungnya dengan sapu tangan merab jambu. "Aku bersalah. Aku tahu keputusanku salah. Tapi yakinlah, niatku tidak seperti ini. Aku takut jika tidak menurutinya, Ferrara akan melakukan sesuatu yang lebih buruk."
Tangan Ciara bergetar. Ia ingin menampar Marco dan berteriak pada pria itu. Namun, ia sedang berada di rumah sakit sekarang. Dan hal ini bukan hanya kesalahan Marco.
Marco memandang Ciara dan Carina. "Kalian tidak mengenal Alessandro Ferrara, kan? Dia pria yang sangat menakutkan."
Ciara sebenarnya mengenal mantan kekasih kakaknya itu. Dia bahkan menyaksikan sendiri bagaimana dulu Alessandro dan kakaknya saling mencintai. Namun, dia tidak menyukai Alessandro. Pria itu terlalu terobsesi pada Carlotta. Begitu juga Carlotta padanya. Jika sudah bertemu, mereka berdua tidak akan terpisahkan sepanjang hari. Kakaknya jadi tidak punya waktu yang tersisa lagi bahkan untuk menanyakan PR-nya atau mengajari Carina Bahasa Inggris.
Ciara juga menyaksikan drama putusnya mereka. Ayahnya memukuli Alessandro dengan beringas. Pria itu hanya diam tanpa membela diri. Yang dilakukannya hanya berusaha bertahan menerima segala serangan. Semua hinaan yang dikeluarkan ayahnya tak pantas didengar oleh anak perempuan seumuran Ciara, namun Ciara terlalu penasaran untuk tidak mengintip dan mengadukannya pada Carlotta nanti.
Putri kedua keluarga Marinelli itu mengira, Carlotta akan menangis dan segera turun untuk membela kekasihnya. Namun, ternyata tidak. Carlotta diam saja di kamarnya, duduk mematung tanpa ekspresi. Kakak Ciara baru mau turun ketika ayah mereka memanggilnya.
Ciara tidak mengerti apa yang terjadi hari itu, tapi dia melihat kalau Carlotta juga terluka. Sama parahnya dengan Alessandro. Kaki dan tangannya lebam-lebam. Carlotta menutupinya dengan gaun panjang. Apakah ayah mereka memukuli Carlotta juga? Ciara bergidik ngeri membayangkannya. Meskipun kesulitan untuk berjalan, Carlotta tertatih-tatih turun, bertahan untuk berdiri tegak di hadapan semua orang, kemudian mengusir Alessandro Ferrara dari mansion mereka.
Jika cinta mereka begitu sulit, Ciara merasa bersyukur itu semua akhirnya berlalu. Ketika ayah mereka menjodohkan Carlotta dengan Roberto Mancini, Ciara mendukung.
Roberto jelas-jelas menyukai Carlotta. Lagipula, hal itu akan berdampak baik terhadap kedua keluarga. Roberto bukan orang yang menyenangkan. Ia selalu beradu argumen dengan Ciara setiap mereka bertemu. Ciara dan Roberto sama-sama tertarik dengan hukum. Senang memperdebatkan semua hal di alam semesta. Namun, Ciara ingin melihat Carlotta bahagia. Dan Roberto memperlakukan Carlotta dengan baik. Tidak mengajak Carlotta berdebat, selalu menuruti keinginan Carlotta, apapun itu.
Termasuk saat Carlotta membatalkan pertunangan mereka secara sepihak.
Ciara sungguh ingin Carlotta berakhir bahagia dengan pria baik seperti Roberto. Namun, pria brengsek seperti Alessandro Ferrara selalu saja mengganggu kakaknya.
"Aku harus bertemu dengan Alessandro." Ciara berkata pada Marco.
Marco membelalakkan matanya ngeri. "Tidak Ciara! Tidak boleh!"
Terlambat. Ciara sudah berlari keluar rumah sakit secepat kilat, menghadang sebuah taksi yang kebetulan lewat, kemudian pergi begitu saja.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
farizyara rsfy
jelaskan semuanya ciara🥺
2024-02-19
0
Baby_Miracles
tolong bantu dek
2022-03-12
0
~🌹eveliniq🌹~
semangat lanjut Thor
2022-02-14
0