Bab 10 | Tamu Istimewa

Ketika dua adiknya menyantap pizza dan pasta keesokan harinya, Carlotta sudah diharuskan untuk kembali pada pola dietnya. Semua makanan yang dinikmatinya harus bebas gula, bebas tepung, serta bebas penyedap. Juga tidak boleh ada alkohol kecuali pada perayaan-perayaan tertentu. Marco Bruni mengatur seluruh pola diet untuk Carlotta sesuai anjuran ahli gizi profesional yang dipekerjakannya.

Carlotta agak terkejut ketika pada suatu pagi, Marco datang dengan sebotol brandy di tangannya, dan menyodorkannya pada gadis itu.

"Ada apa, Marco?" Carlotta sungguh khawatir melihat penampakan sahabatnya pagi ini.

Rambut pria itu kusut. Bola matanya merah dan kantung matanya besar, seperti orang yang tidak tidur berhari-hari. Dan tidak biasanya Marco membiarkan beberapa helai cambang tumbuh.

Marco menggeleng dan berkata tidak ada apa-apa. Namun, Carlotta terlalu mengenal pria itu untuk mempercayainya. "Kau bisa cerita padaku, Marco. Kau tahu itu, kan?"

Sekali lagi, Marco menggeleng. "Aku hanya sedikit lelah setelah mengurus beberapa persiapanmu bermain film terbaru ini. Malam nanti aku masih harus bertemu dengan Nyonya Claudia Sevillo untuk membahas script-mu."

"Oh, Marco. Kau benar-benar bekerja keras." Carlotta menepuk-nepuk bahu pria itu pelan. "Untuk malam nanti, biar aku yang menemui Nyonya Claudia Sevillo. Di mana tempatnya?"

Marco terdengar tidak yakin. "Aku sudah mereservasi kamar suite yang beberapa hari lalu kita gunakan untuk merayakan pencapaianmu. Kau serius mau datang?"

Carlotta tertawa pelan. "Kenapa tidak? Lagipula nanti malam aku tidak punya acara khusus."

"Apakah itu mengganggu acara tidak khususmu? Kau membayarku mahal untuk mengurusmu. Aku tidak boleh mengganggu acara pribadimu, Carlotta."

Carlotta mencubit pipi Marco karena gemas. "Kau tidak menggangguku, Marco. Ini, kan, tentang pekerjaanku juga. Aku bisa mengurus yang satu ini."

Marco mengacak rambutnya sendiri dengan frustasi. "Aku hanya bisa berdoa semoga semua baik-baik saja."

Carlotta tidak menaruh rasa curiga sama sekali. "Kudengar Nyonya Sevillo tidak semenakutkan itu. Apa yang kau khawatirkan?"

Marco tersenyum lemah dan menggeleng. "Ini adalah sebuah proyek besar. Aku hanya berdoa semoga kau diberi kekuatan dalam menjalaninya."

Carlotta justru tertawa terbahak-bahak. Mengeluarkan kalimat yang berlebihan memang sudah menjadi ciri khas Marco. "Kau ini kenapa, sih? Kata-katamu seolah menyiratkan kalau malam nanti aku akan digiring ke tiang gantungan."

Marco menatap Carlotta ngeri. "Jangan sampai itu terjadi, Tuhan. Jangan sampai!"

Carlotta tertawa lagi. "Biasanya kau bukan orang yang relijius?"

"Aku akan menjadi orang relijius untuk hari ini dan berdoa untukmu, Carlotta."

Carlotta segera memeluk Marco kilat. "Oh, betapa manisnya dirimu. Terima kasih banyak!"

***

Alessandro tampil luar biasa rapi saat makan malam ini. Bukan tampilan formal dengan tux, memang. Namun, entah mengapa Nyonya Ferrara merasa penampilan Alessandro eksepsional. Apakah itu karena sweater putih polos turtleneck-nya? Orang bilang anak laki-laki tampil semakin menarik dengan warna putih, sementara perempuan lebih menarik dengan warna hitam.

Atau karena Nyonya Ferrara mengamati Alessandro yang tanpa sadar bersenandung kecil selama makan malam?

Kakek Alessandro justru yang berkomentar duluan. "Apakah kau akan pergi menemui perempuan setelah ini?"

Alessandro meletakkan garpu dan sendoknya, kemudian tertawa kecil. "Kenapa Kakek menebak seperti itu?"

Kakek Alessandro mengangkat bahu. "Malam ini kau mengingatkan aku akan diriku sendiri, berpuluh-puluh tahun lalu, saat aku pertama kali mengajak kencan nenekmu."

Sang nenek tersipu malu. "Benarkah?"

Kakek Alessandro mengangguk penuh keyakinan. "Aku tidak bisa berhenti gugup. Gugup tapi senang. Sehingga tanpa sadar aku makan dengan cepat dan ingin cepat-cepat pergi menemuimu."

Kakek Alessandro mengulurkan tangan untuk menggenggam sang nenek. Mereka tersenyum satu sama lain.

Ah, baru kali ini Alessandro iri kepada mereka berdua. Saling mencintai hingga usia senja.

"Kau akan kencan dengan seorang perempuan malam ini, Sayang?" Nyonya Ferrara membuyarkan lamunan Alessandro.

Alessandro mengangkat pandangannya dan memandang neneknya sedih. "Bukan, Nek. Ini urusan bisnis. Urusan lama yang belum terselesaikan."

Signor Ferrara, yang lebih senior, mendesah kecewa. "Kau sudah amat berhasil dengan pekerjaanmu, Nak. Kami hanya menginginkan cucu sekarang. Berikan kami pewaris."

Alessandro tertawa. "Nenek tidak memberitahu Kakek kalau aku tidak ingin menikah, ya?"

Kakeknya mendengus. "Aku sudah tahu, dan aku tidak setuju. Kami telah berubah, Alessandro. Wanita mana pun boleh kau nikahi. Kami sudah menurunkan kriteria serendah ini, dan kau masih tidak mau menikah?"

Alessandro tertawa. "Tidak."

Nyonya Ferrara mengangkat tangan untuk menengahi. "Aku punya firasat bahwa Alessandro akan menikah tahun ini. Lihat saja nanti."

***

Carlotta menata rambutnya dengan cepat. Ia pernah mendengar, Nyonya Sevillo tidak menyukai seseorang yang terlalu 'palsu'. Jadi, Carlotta tidak memakai terlalu banyak riasan. Gaun yang dipakainya pun sopan dengan potongan sederhana. Ia memilih sebuah merek terkenal, dengan harapan memenuhi standar kelas Nyonya Sevillo.

Baik sekali Marco memesankan sebuah suite di hotel favoritnya, Fendi Private Suites. Hotel yang terletak di via della Fontanella itu sangat mudah diakses. Beberapa petugasnya sudah hafal bahwa Carlotta salah satu pelanggan khusus di sana. Mereka bahkan punya sebuah garasi dengan ukiran nama Carlotta. Ketika sampai, seorang petugas valet langsung menghampiri mobil Alfa Romeo milik Carlotta dan mengambil alih.

"Selamat datang kembali, Nona Carlotta. Signor Bruni memesan kamar atas nama Anda. Tamu Anda telah menunggu."

Carlotta agak terkejut. Nyonya Sevillo tiba lebih dulu dibandingkan dirinya? Carlotta tidak menyangka bahwa sang penulis naskah ternyata orang yang sangat berdedikasi.

"Grazie." Carlotta menyerahkan kunci mobilnya, lalu memasuki lobi dengan agak terburu-buru. Ia tidak ingin tamunya terlalu lama menunggu.

Ketika sampai di suite-nya, Carlotta membuka pintu dan lebih terkejut lagi karena lampunya belum dinyalakan. Ketika Carlotta menyalakan lampu, tidak tampak seseorang di mana pun. Sejauh mata memandang, hanya terlihat sebuah kamar suite bernuansa krem dan gold. Kombinasi yang menenangkan sekaligus amat elegan, menurut Carlotta. Sofa-sofanya belum tampak diduduki oleh seseorang. Tidak ada tas tangan wanita di atas meja, atau di atas nakas.

Namun, pintu balkon terbuka.

"Nyonya Sevillo?" Carlotta berjalan perlahan menuju balkon. "Maafkan saya karena datang terlambat. Saya harap Anda tidak menunggu terlalu lama."

Alangkah terkejutnya gadis itu ketika seseorang yang dihadapinya di balkon bukanlah Nyonya Sevillo.

Melainkan Alessandro Ferrara.

Lima tahun berlalu sejak pertemuan mereka di pesta des Angelo. Sepuluh tahun sejak ia mengusir pria itu dari rumahnya di Verona. Dan kini, Alessandro berdiri tegap di hadapannya.

Jantung Carlotta seolah melompat dari tempatnya berada ketika Alessandro berjalan mendekat. "Aku memang sudah menunggu lama, Carlotta. Sangat lama." Ujar pria itu. Suaranya tidak terdengar ramah, tetapi persis seperti malam itu di pesta des Angelo.

Mengancam.

Carlotta tanpa sadar mundur selangkah. Otaknya menyuruhnya untuk melarikan diri sejauh mungkin dari sini, sementara hati kecilnya ingin tinggal.

"Kau tidak akan pergi ke mana-mana malam ini, Carlotta." Alessandro Ferrara berkata dengan nada final.

Dan seharusnya Carlotta mendengarkan tanda bahaya dalam pikirannya.

***

Terpopuler

Comments

Sulis Tiyono

Sulis Tiyono

makin sombong klu masih gak usah gengsi buang jauh2 dr PD nyesel

2023-02-14

0

Nina Puspitawati

Nina Puspitawati

author mmg lah ter d bes....aq suka semua karya mu....bahasanya bagus dan kisah nya indah

2023-01-14

1

Baby_Miracles

Baby_Miracles

ting tong, apa yang terjadi. oh, tidakkkkk

2022-03-10

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 | Masa Lalu Carlotta
2 Bab 2 | Pewaris Ferrara
3 Bab 3 | Kebangkrutan Marinelli
4 Bab 4 | Pembalasan Dendam
5 Bab 5 | Pesta de Angelo
6 Bab 6 | Ancaman Ferrara
7 Bab 7 | Kebangkitan Carlotta
8 Bab 8 | Bertemu Teman Lama
9 Bab 9 | Penawaran Alessandro
10 Bab 10 | Tamu Istimewa
11 Bab 11 | Malam Tak Terlupakan
12 Bab 12 | Malam Tak Terlupakan (Part 2)
13 Bab 13 | Penyesalan Marco Bruni
14 Bab 14 | Berita Mengejutkan
15 Bab 15 | Konferensi Pers
16 Bab 16 | Sutradara Kenamaan
17 Bab 17 | Produser Eksekutif Baru
18 Bab 18 | Syuting Dihentikan
19 Bab 19 | Pemeran Pengganti
20 Bab 20 | Strawberry Cheesecake
21 Bab 21 | Tanda-tanda Kehamilan
22 Bab 22 | Positif
23 Bab 23 | Keputusan Sulit
24 Bab 24 | Carlotta Menghilang
25 Bab 25 | Pesan Sebelum Pergi
26 Bab 26 | Hidup Baru
27 Bab 27 | Kembali ke Verona
28 Bab 28 | Bertemu
29 Bab 29 | Pedesaan Veneto
30 Bab 30 | Dunia Runtuh
31 Bab 31 | Saudara yang Hilang
32 Bab 32 | Pulang ke Roma
33 Bab 33 | Mimpi Paling Nyata
34 Bab 34 | Pagi yang Hangat
35 Bab 35 | Awal Huru-hara
36 Bab 36 | Pengakuan
37 Bab 37 | Kemarahan Alessandro
38 Bab 38 | Penjara Ferrara
39 Bab 39 | Isi Ponsel Carlotta
40 Bab 40 | Bersamamu
41 Bab 41 | Ponte Rialto
42 Bab 42 | Persiapan Pernikahan
43 Bab 43 | Formulir Tes DNA
44 Bab 44 | Mengundang Masalah
45 Bab 45 | Putar Balik
46 Bab 46 | Taman Air Mancur
47 Bab 47 | Keretakan
48 Bab 48 | Kontraksi Kedua
49 Bab 49 | New York, New York
50 Bab 50 | Menjelang Pernikahan
51 Bab 51 | Keraguan
52 Bab 52 | Hari Pernikahan (Part 1)
53 Cast & stuff (1)
54 Bab 53 | Hari Pernikahan (2)
55 Cast and Stuff (2)
56 Bab 54 | Resepsi
57 Bab 55 | Reuni Keluarga
58 Bab 56 | (Bukan) Malam Pertama
59 Bab 57 | Santorini
60 Bab 58 | Pengantin Baru
61 Bab 59 | Prahara Baru
62 Bab 60 | Alicia
63 Bab 61 | Tidak Percaya
64 Bab 62 | Baby Shower
65 Bab 63 | Tragedi Baby Shower
66 Bab 64 | Bayi Laki-laki
67 Bab 65 | Hasil Tes DNA
68 Bab 66 | Pemberian Nama
69 Bab 67 | Musim Gugur Tiba
70 Bab 68 | Vineyard
71 Bab 69 | Salumeria Gironda
72 Bab 70 | Brunch di Verona
73 Bab 71 | Rasa Bersalah Lombardi
74 Bab 72 | Gadis Jalanan
75 Bab 73 | Castello Ferrara
76 Bab 74 | Tamu Lombardi
77 Bab 75 | Menteri Bisa Menunggu
78 Rekomendasi Karya (1)
79 Bab 76 | Kali Pertama
80 Bab 77 | Menjodohkan Lombardi
81 Bab 78 | Interogasi Balik
82 Bab 79 | Firasat Buruk
83 Bab 80 | Ancaman
84 Bab 81 | Keputusan Berat
85 Bab 82 | Ciara Berbicara
86 Bab 83 | Antico Arco
87 Bab 84 | Jebakan
88 Bab 85 | Alessandro di Milan
89 Bab 86 | Larangan Terbang
90 Bab 87 | City Spire
91 Bab 88 | Surat Cerai
92 Bab 91 | A Night In Manhattan
93 Bab 93 | Meminta Restu
Episodes

Updated 93 Episodes

1
Bab 1 | Masa Lalu Carlotta
2
Bab 2 | Pewaris Ferrara
3
Bab 3 | Kebangkrutan Marinelli
4
Bab 4 | Pembalasan Dendam
5
Bab 5 | Pesta de Angelo
6
Bab 6 | Ancaman Ferrara
7
Bab 7 | Kebangkitan Carlotta
8
Bab 8 | Bertemu Teman Lama
9
Bab 9 | Penawaran Alessandro
10
Bab 10 | Tamu Istimewa
11
Bab 11 | Malam Tak Terlupakan
12
Bab 12 | Malam Tak Terlupakan (Part 2)
13
Bab 13 | Penyesalan Marco Bruni
14
Bab 14 | Berita Mengejutkan
15
Bab 15 | Konferensi Pers
16
Bab 16 | Sutradara Kenamaan
17
Bab 17 | Produser Eksekutif Baru
18
Bab 18 | Syuting Dihentikan
19
Bab 19 | Pemeran Pengganti
20
Bab 20 | Strawberry Cheesecake
21
Bab 21 | Tanda-tanda Kehamilan
22
Bab 22 | Positif
23
Bab 23 | Keputusan Sulit
24
Bab 24 | Carlotta Menghilang
25
Bab 25 | Pesan Sebelum Pergi
26
Bab 26 | Hidup Baru
27
Bab 27 | Kembali ke Verona
28
Bab 28 | Bertemu
29
Bab 29 | Pedesaan Veneto
30
Bab 30 | Dunia Runtuh
31
Bab 31 | Saudara yang Hilang
32
Bab 32 | Pulang ke Roma
33
Bab 33 | Mimpi Paling Nyata
34
Bab 34 | Pagi yang Hangat
35
Bab 35 | Awal Huru-hara
36
Bab 36 | Pengakuan
37
Bab 37 | Kemarahan Alessandro
38
Bab 38 | Penjara Ferrara
39
Bab 39 | Isi Ponsel Carlotta
40
Bab 40 | Bersamamu
41
Bab 41 | Ponte Rialto
42
Bab 42 | Persiapan Pernikahan
43
Bab 43 | Formulir Tes DNA
44
Bab 44 | Mengundang Masalah
45
Bab 45 | Putar Balik
46
Bab 46 | Taman Air Mancur
47
Bab 47 | Keretakan
48
Bab 48 | Kontraksi Kedua
49
Bab 49 | New York, New York
50
Bab 50 | Menjelang Pernikahan
51
Bab 51 | Keraguan
52
Bab 52 | Hari Pernikahan (Part 1)
53
Cast & stuff (1)
54
Bab 53 | Hari Pernikahan (2)
55
Cast and Stuff (2)
56
Bab 54 | Resepsi
57
Bab 55 | Reuni Keluarga
58
Bab 56 | (Bukan) Malam Pertama
59
Bab 57 | Santorini
60
Bab 58 | Pengantin Baru
61
Bab 59 | Prahara Baru
62
Bab 60 | Alicia
63
Bab 61 | Tidak Percaya
64
Bab 62 | Baby Shower
65
Bab 63 | Tragedi Baby Shower
66
Bab 64 | Bayi Laki-laki
67
Bab 65 | Hasil Tes DNA
68
Bab 66 | Pemberian Nama
69
Bab 67 | Musim Gugur Tiba
70
Bab 68 | Vineyard
71
Bab 69 | Salumeria Gironda
72
Bab 70 | Brunch di Verona
73
Bab 71 | Rasa Bersalah Lombardi
74
Bab 72 | Gadis Jalanan
75
Bab 73 | Castello Ferrara
76
Bab 74 | Tamu Lombardi
77
Bab 75 | Menteri Bisa Menunggu
78
Rekomendasi Karya (1)
79
Bab 76 | Kali Pertama
80
Bab 77 | Menjodohkan Lombardi
81
Bab 78 | Interogasi Balik
82
Bab 79 | Firasat Buruk
83
Bab 80 | Ancaman
84
Bab 81 | Keputusan Berat
85
Bab 82 | Ciara Berbicara
86
Bab 83 | Antico Arco
87
Bab 84 | Jebakan
88
Bab 85 | Alessandro di Milan
89
Bab 86 | Larangan Terbang
90
Bab 87 | City Spire
91
Bab 88 | Surat Cerai
92
Bab 91 | A Night In Manhattan
93
Bab 93 | Meminta Restu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!