Pada film pertamanya, Carlotta berperan sebagai seorang perawat yang membantu tokoh utamanya melarikan diri dari rumah sakit. Perannya pada saat itu tidak berhasil membawanya masuk ke dalam kategori aktris pendatang baru pada ajang penghargaan film.
Film keduanya lebih parah. Ia hanya mendapatkan peran sebagai salah satu model yang berjalan di runway mengenakan gaun rancangan tokoh utama antagonis. Ia hanya mendapat sorotan kamera sepersekian detik dalam sebuah scene. Padahal, ia sudah belajar mati-matian menjadi seorang model profesional untuk memerankan peran itu.
Tak patah semangat dan tak mau usahanya sia-sia, ia mendaftar ke sebuah agensi model. Lagi-lagi, usahanya tidak menemui hasil yang diinginkan. Seseorang berkata dia terlalu ekspresif untuk menjadi seorang model profesional. Namun, untuk penghargaan akan wajahnya yang eksepsional, seseorang di agensi model menawarinya iklan sebuah produk pembersih lantai.
Sebagai usaha meningkatkan kemampuan aktingnya, Carlotta mengikuti beberapa kelas akting di teater ternama. Hingga puncaknya, ia ditawari peran sebagai Cleopatra di salah satu pertunjukan teater di Colosseum.
Merasa panggilan hatinya bukan di teater, tahun berikutnya ia menjajal kembali layar lebar. Kali ini, kemampuannya lebih diakui. Ia mendapatkan peran sebagai sahabat pemeran utama. Meskipun ia belum bisa menyabet penghargaan pemeran pembantu terbaik, ia cukup senang dengan pencapaiannya.
Tahun ketiganya di dunia seni peran, Carlotta menjadi semakin sibuk. Banyak job yang mendatanginya tanpa perlu dicari. Itulah saat di mana dia bertemu dengan teman lamanya sewaktu SD, Marco Bruni, di salah satu lokasi syuting.
"Carlotta Marinelli!" Marco, pria yang senang bersolek itu menjeritkan centil saat melihat Carlotta. "Ingatkah kau padaku?"
Carlotta tertawa. "Senang sekali bisa bertemu denganmu di sini, Marco."
"Kulihat kau merupakan aktris pendatang baru yang menjanjikan, Sayang." Marco Bruni segera menggenggam tangan Carlotta dan mencium kedua pipi gadis itu.
Carlotta mengibaskan rambutnya. "Benarkah kau berpikir begitu?"
"Tentu saja!" Marco Bruni menunjuk sebuah kafe di seberang lokasi syuting Carlotta. "Mau mengobrol di sana?"
Carlotta mengangguk. "Boleh saja. Aku punya waktu tiga puluh menit sebelum kami memulai lagi pengambilan gambarnya."
Marco Bruni menjentikkan jemari lentiknya di udara. "Terdengar sempurna!"
Mereka berdua berjalan menuju sebuah kafe dan duduk di salah satu meja berpayungnya.
"Mau pesan sesuatu? Biar aku yang traktir." Carlotta menawarkan.
Marco Bruni memesan secangkir espresso panas dan sepiring fettucchini aglio olio. Carlotta menyamakan pesanannya, kemudian memanggil seorang pelayan. Setelah memesan makanan, Carlotta duduk bersandar dengan santai sembari mengamati turis yang berlalu lalang.
"Aku mendengar tentang apa yang terjadi pada keluargamu tiga tahun lalu, Carlotta Sayang." Marco berkata. Ia membuka kacamata berwarna merah jambunya dan menatap Carlotta lurus-lurus. "Aku turut prihatin."
Carlotta tertawa sambil lalu. "Ternyata gosip menyebar dari Verona sampai ke Roma juga, ya?"
Marco mengangkat bahunya. "Aku masih berhubungan dengan teman-teman di Verona."
"Wah, benarkah? Padahal kau pindah kemari sejak lulus sekolah dasar."
Marco mengangguk. "Benar. Namun, cowokku masih tinggal di Verona."
Carlotta mengerling menggoda. "Siapa dia? Apa aku mengenalnya?"
"Tidak, dia bukan dari kalangan kita." Kata Marco. "Omong-omong, aku mengikuti perjalanan karirmu dari media. Kau benar-benar sebuah keajaiban, Carlotta. Karirmu terus menanjak."
Carlotta tersenyum. "Usahaku berbuah manis. Bukan begitu?"
"Benar." Marco mengangguk. "Aku harus berkenalan dengan manajermu, kurasa, jika aku ingin terjun juga ke dunia entertainment."
Carlotta tertawa. "Aku tidak punya manajer."
Marco tersedak. "Apa??"
"Sungguh, aku tidak bohong. Selama ini aku menghandle semuanya sendiri. Tidak ada yang cukup kupercaya di sini."
Marco duduk tegak sekarang. "Bagaimana denganku? Apa kau ingin aku jadi manajermu?"
Carlotta mengamati Marco dengan serius. "Biar kutebak, kau sedang bercanda, kan?"
"Tidak."
"Kau pasti bercanda."
Marco tertawa. "Tidak, Sayang. Aku baru lulus dari kuliah manajemen. Kurasa aku bisa menangani karirmu."
"Di mana kau berkuliah selama ini?"
"Sapienza."
Carlotta terkejut, tapi senang. "Kau pasti anak pintar!"
Marco masih serius. "Aku bersumpah akan mencarikanmu penawaran-penawaran terbaik yang akan memberikan banyak uang bagi kita, jika kau menerimaku. Bagaimana?"
Carlotta berpikir sesaat. Ia memang membutuhkan seorang manajer. Jadwalnya mulai tumpang tindih dan sedikit berantakan. Dia jarang punya waktu untuk dirinya sendiri karena terlalu banyak mengambil job, terkadang bukan job yang besar. Ia kesulitan mengatur pekerjaannya yang mulai bervariasi.
"Baiklah." Carlotta berkata pada akhirnya. "Kau diterima."
Marco Bruni langsung melonjak gembira. Ia memeluk Carlotta erat-erat. "Kau tidak akan menyesali ini, Mia Bella! Kapan aku mulai bekerja?"
Carlotta tertawa. Kebahagiaan Marco memang menular. "Sekarang?"
***
Marco Bruni tidak main-main dengan janjinya. Pria yang menjuluki dirinya Best Gay Bestfriend-nya Carlotta itu telah berhasil mendapatkan banyak peran yang semakin melambungkan nama Carlotta di dunia hiburan. Dalam dua tahun ia bekerja, ia menempatkan Carlotta sebagai kandidat pemeran utama dalam film besutan sutradara ternama.
Di usia ke-26, Carlotta akhirnya mendapatkan tawaran menjadi pemeran utama. Bukan sekedar film biasa. Film yang akan dibintanginya ini digadang-gadang akan menjadi Movie of The Year, dan dijagokan ssbagai salah satu nominasi festival film Cannes.
Malam ini, Carlotta, Marco Bruni, Ciara, dan Carina merayakan pencapaian itu di sebuah hotel bintang lima. Mereka menyewa sebuah suite dan memesan sampanye paling mahal.
"Bersulang untuk keberhasilan kita!" Marco mengangkat gelasnya. Gadis-gadis dari keluarga Marinelli menyambutnya meriah.
"Bersulang untuk usaha yang tidak pernah mengkhianati hasil." Carlotta juga mengangkat gelasnya.
Ciara tertawa bahagia. Ia hampir lupa rasanya menjadi gadis kaya raya. "Bersulang untuk apartemen penthouse. Kau akan membelinya setelah menyelesaikan film kali ini, kan, Kak?"
Carlotta tertawa. "Semoga saja."
"Bersulang untuk sebuah perjalanan dengan kapal pesiar menuju Yunani." Carina, si bungsu, mengangkat gelasnya juga.
Carlotta mengerling pada Marco, lalu memutar bola matanya. "Aku butuh uang yang banyak untuk menyenangkan gadis-gadis ini."
Marco menanggapinya dengan tertawa renyah. "Uang akan mendatangi kita, Mia Bella. Aku berjanji akan mencarikanmu banyak uang."
Carlotta menanggapinya sambil lalu saja. Ia kembali berpesta dengan adik-adiknya. Mereka menyalakan TV dan mulai memutar musik keras-keras.
Ponsel Marco berdering nyaring. Karena tidak mungkin menerima panggilan telepon dalam ruangan yang serba bising ini, Marco melangkah menuju balkon.
Sebuah nomor tidak dikenal.
"Dengan Marco Bruni, manajer dari aktris Carlotta Marinelli di sini. Ada yang bisa saya bantu?" Marco menutup pintu kaca yang menghubungkan kamar suite dengan balkon, agar suara gadis-gadis itu tidak mengganggu.
"Saya Alessandro Ferrara dari Ferrara Group. Saya punya penawaran menarik untuk Anda, Signor Bruni." Sebuah suara menjawab di seberang sana.
Marco terdiam sejenak, tidak begitu mempercayai pendengarannya sendiri. Ferrara. Dia tidak salah dengar, kan? Ferrara yang merupakan keluarga milyuner kelas kakap di Italia? Marco bahkan sempat menyangka keluarga itu diam-diam memiliki kaitan dengan mafia.
Pada akhirnya, Marco berbicara perlahan, berusaha terdengar sopan dan jangan sampai menyinggung. "Signor Ferrara? Apa yang mungkin bisa dilakukan orang seperti saya untuk Anda?"
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
farizyara rsfy
mulai mndekat lg
2024-02-16
0
Baby_Miracles
masih cinta, wkwkwk tau gw
2022-03-09
0
~🌹eveliniq🌹~
mampir untuk nyicil lg
2022-01-23
0