Musim gugur segera berakhir dan musim dingin mengintai. Carlotta mengeratkan syal dan mantelnya untuk melawan hawa dingin. Pagi ini ia telah membeli makanan instan untuk kedua adiknya, dan memutuskan untuk mencari pekerjaan agar adik-adiknya bisa mendapatkan makanan yang lebih baik.
Kali ini, tujuannya adalah kantor suami baru ibunya. Demi Tuhan, ia amat membenci pria paruh baya yang telah menghancurkan keluarganya itu. Namun, ia tahu bahwa bukan pria itu satu-satunya yang harus disalahkan atas hubungan pernikahan kedua orang tuanya yang tidak harmonis.
Ayahnya abusif. Ibunya mendapatkan penawaran kehidupan yang lebih baik. Laki-laki yang memperlakukannya seperti ratu.
Carlotta membenci ibunya karena beliau tega meninggalkan anak-anaknya di tangan pria yang tidak mencintai siapapun selain dirinya sendiri seperti ayahnya. Carlotta memohon berkali-kali agar ibunya membawa dirinya pergi, tapi ibunya terlalu pengecut saat itu. Sang ibu khawatir akan melawan ayah mereka di pengadilan. Ia meninggalkan rumah tanpa membawa apa-apa. Dengan apakah ia bisa melawan ayah mereka?
Namun sekarang, keadaan sudah berbeda. Carlotta sudah dewasa. Ia tidak akan menuntut untuk dibiayai oleh ibunya. Paling tidak, ia bisa meminta bantuan tentang pekerjaan.
Pekerjaan apa saja yang tidak akan membuat namanya diinjak-injak seperti semalam.
Tukang fotokopi, mungkin? Atau tukang gulung kabel? Sesuatu yang sederhana, tapi bisa mencegahnya bertemu dengan kawan-kawannya di kalangan atas.
Benito Studios terletak di Roma. Ia naik kereta dari Verona Porta Nuova pada pukul 8 lewat 22 menit dan tiba di Roma Termini sebelum tengah hari.
"Ciao! Aku Carlotta Marinelli. Bisakah aku bertemu dengan Signor Benito? Atau ibuku?" Carlotta berusaha tampak percaya diri, meskipun tangan dan kakinya kedinginan. Matanya memerah karena terkena angin yang kering sepanjang jalan. Gadis itu menggigit bibir agar tak tampak gemetaran.
"Nona Marinelli?" Resepsionis di studio itu tampak sangsi.
Mana mungkin nona muda dari keluarga seterpandang Marinelli datang sendirian? Tanpa mobil dan pengawal pula. Sungguh mencurigakan.
Carlotta mengeluarkan kartu tanda pengenalnya dan menyerahkannya pada petugas itu.
Wanita cantik yang menjadi resepsionis tadi langsung memeriksa keaslian tanda pengenal milik Carlotta, dan lumayan terkejut ketika mengetahui bahwa yang berdiri di hadapannya adalah Carlotta asli.
"Maaf, Nona. Signor Benito dan istrinya sudah tidak tinggal di Roma."
Carlotta tidak terkejut. Ibunya memang suka berwisata. Bukan tidak mungkin bahwa ibunya memutuskan untuk tinggal sejauh mungkin dari mantan suaminya.
"Di mana mereka tinggal sekarang?" Gadis itu bertanya.
"New York."
Carlotta menggigit bibir semakin keras. Ia sudah hendak menyerah, namun memutuskan untuk berbalik dan mencoba sekali lagi. "Bisakah kau sambungkan aku dengan ibuku atau suaminya? Sudah lama aku tidak menghubungi mereka."
Sudah terlalu lama, bahkan tidak pernah, sebenarnya.
"Tentu saja, Nona." Resepsionis itu cepat-cepat menekan sebuah nomor internasional. "Signor Benito? Nona Marinelli datang ke kantor... Benar, yang paling besar... Putri yang pertama, namanya Carlotta Marinelli. Ia ingin berbicara dengan Anda atau ibunya... Baik, Signor."
Resepsionis berseragam merah menyala itu menyerahkan gagang teleponnya kepada Carlotta. "Signor Benito akan berbicara dengan Anda."
Carlotta menerimanya. "Ciao, Signor Benito. Saya Carlotta Marinelli. Jika tidak merepotkan, saya butuh bantuan Anda."
***
Signor Benito menawarinya untuk menjadi pemain figuran di salah satu film yang akan digarapnya mulai bulan depan. Carlotta merasa takut untuk menerimanya, tetapi ia tidak sanggup menerima uang tanpa bekerja. Dan menjadi aktris tampaknya akan cocok baginya, menurut Signor Benito.
Dengan wajah secantik ibunya, Signor Benito yakin, kelak ia bisa menjadi seorang aktris besar. Kesempatan seperti tidak datang dua kali. Carlotta harus mengakui bahwa jika dia bukan putri ibunya, dia bahkan tidak akan pernah mendapatkan kesempatan ini.
Jadi, ia menerimanya.
Dalam waktu sebulan menjelang persiapan debut aktingnya, Signor Benito mengatur sebuah apartemen khusus para pekerja untuk ditempati oleh Carlotta.
Apartemen yang ini jelas jauh lebih baik daripada apartemen kecil yang disewanya di pinggiran kota Verona. Melihat kesempatan emas, Carlotta membawa serta kedua adiknya ke ibukota negara.
Ciara dan Carina sangat senang dengan tempat tinggal baru mereka. Signor Benito baik sekali mengubah apartemen studio menjadi rumah tinggal bagi tiga anak gadis. Di ruangan utama, Signor Benito memerintahkan para tukangnya untuk memasang sebuah mezanin. Bagian atas ditempati oleh dua single bed untuk Ciara dan Carina. Sementara itu, di bagian bawah, Signor Benito mendesain agar ruangan itu ditempati single bed untuk Carlotta dan lemari pakaian bagi ketiga gadis itu. Di bagian ruangan yang bebas mezanine, terdapat satu set sofa dan televisi keluaran terbaru. Apartemen ini juga memiliki sebuah balkon. Ada sepasang kursi teras dan sebuah meja rotan di balkon. Mereka bertiga menggunakannya untuk minum teh di sore hari sembari menikmati matahari tenggelam di atas kota Roma.
"Apa kau sungguh akan menjadi aktris, Kak?" Ciara bertanya. "Kenapa repot-repot bekerja jika kau akan menjadi Nyonya Mancini suatu hari nanti?"
Carlotta tertawa. Ia telah mengambil kelas akting selama sebulan ini, demi mendalami peran yang akan dimainkannya nanti. Aktris adalah pilihan hidupnya sekarang. "Aku tidak akan menjadi Nyonya Mancini."
Ciara mendesah sedih. "Itu dia yang kupertanyakan. Kenapa kau memutuskan pertunanganmu dengan Roberto? Dia tampan, baik hati, mahasiswa cerdas di salah satu universitas paling bergengsi di dunia. Apa kurangnya dia?"
Carlotta menatap Ciara dengan curiga. "Bukankah selama ini kau tidak menyukai Roberto?"
Ciara mengangkat bahunya acuh. "Aku tidak bilang begitu."
Carlotta mengernyit. "Tapi kau selalu bertengkar dengannya dalam hal apapun."
Ciara mulai mengalihkan pandangan tak nyaman dari kakaknya. "Yah, bertengkar dengannya mengasyikkan."
"Jangan bilang kau naksir-"
"Tidak!" Ciara menjawab cepat. Terlalu cepat. "Maksudku, semua ini bagus." Gadis itu menunjuk apartemen baru mereka. "Tapi akan lebih bagus lagi jika kita tinggal di rumah keluarga Mancini yang mewah. Seperti rumah kita!"
Carlotta merangkul Ciara dengan penuh rasa sayang. "Maafkan aku. Kita jadi begini karena aku."
"Tidak, ini bukan salahmu. Ini salah Papa." Ciara berkata.
Carlotta hanya tersenyum masam menanggapinya. "Jangan dipikirkan lagi. Kita pasti akan baik-baik saja."
Ciara mengangguk. "Harus!"
Carlotta mengacak rambut keemasan adiknya dengan bangga. "Bersantailah dulu. Besok kau akan masuk di sekolah barumu."
"Aku suka sekolah baru. Paling tidak, di sini tidak akan ada yang mengejekku."
Carlotta mengangguk. "Kuharap juga begitu."
Ciara melenggang masuk kembali ke dalam apartemen, meninggalkan Carlotta yang masih menikmati waktu sore harinya di balkon.
"Omong-omong," Terdengar suara Ciara lagi dari dalam. "Bolehkah aku memakai bathtub-nya? Aku kangen sekali berendam air panas."
Carlotta tertawa. "Ya, tentu saja!"
Dan gadis itu sungguh-sungguh berharap mereka bertiga tidak akan kekurangan air panas lagi seumur hidupnya.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
farizyara rsfy
ni cewek keren mau usaha apapun demi adik2nya sekalipun dulunya dia seorang putri tpi g ngeluh dengan keadaan
2024-02-16
2
Baby_Miracles
asik dapat rumah dari papa tiri
2022-03-09
0
Pansy
Yg available tukang jilid, apa mau terima? 😅
2022-03-06
0