Carlotta berharap, mereka benar-benar bisa berbicara dengan privasi. Yang pada kenyataannya, jelas tidak mungkin. Kehadirannya sebagai waitress di pesta ini saja sudah menuai kontroversi. Teman-temannya dari kalangan atas beserta seluruh keluarga mereka tak henti-hentinya memandang dirinya. Pandangan yang penuh rasa penasaran, beserta sedikit cemoohan.
Belum lagi kedatangan pewaris keluarga Ferrara yang bagai guntur membelah bumi. Penampilan Alessandro sendiri sudah amat memukau. Ditambah lagi Gretta Mancini sudah menyebarkan rumor bahwa dulunya Alessandro merupakan tukang kebun keluarga Marinelli.
Kini, Carlotta yakin, semua mata tertuju pada kombinasi luar biasa mereka berdua.
"Carlotta." Alessandro memanggil namanya.
Bukan lagi panggilan sayang penuh rasa mendamba seperti dulu. Sekarang, namanya diucapkan dengan dingin. Carlotta sampai merinding mendengarnya.
Gadis itu mengangkat bahu acuh. "Apa yang ingin kau bicarakan?"
Alessandro tersenyum miring. "Begitukah caramu menyapa mantan pacarmu?"
Carlotta memelototinya. "Tadi kau bilang aku kawan lamamu."
"Sudahlah, itu tidak penting." Alessandro tertawa. "Apa tidak ada yang ingin kau katakan padaku? Permintaan maaf, mungkin?"
"Pergilah ke neraka!"
"Wow, santai sedikit, Nona. Kurasa neraka bukan tempat yang tepat untukku. Bukankah itu tempat yang tepat untuk kau dan keluargamu?"
Carlota mendesis. "Kau sudah menghancurkan keluargaku hingga kami tidak punya apa-apa lagi. Tidakkah itu cukup?"
"Tidak." Alessandro memandang kemarahan Carlotta dengan kesedihan yang dibuat-buat. "Aku menyukai penampilanku dan penampilanmu sekarang."
"Dasar brengs-" Carlota hendak memukul Alessandro, tetapi pria itu menangkap tangannya dengan mudah.
"Tenang, Nona manis. Jika kau tidak menyukai penampilanmu sekarang, aku bisa mengembalikan keadaan keluargamu seperti dulu lagi. Asal kau mau menuruti beberapa syarat dariku."
Carlotta berbalik dan hendak pergi. "Tidak perlu. Aku tidak butuh belas kasihanmu."
"Kau perlu mendengarkan ini jika ingin aku tidak mengganggumu lagi, Carlotta." Alessandro mengeluarkan nada yang rendah dan serius. Sebuah nada mengancam.
Carlotta berhenti berjalan.
"Putuskan pertunanganmu, jika kau tidak ingin aku menggulingkan keluarga Mancini juga."
Carlotta melangkah lagi.
"Bila kau berpikir aku main-main, maka kau salah. Tidak ada keluarga yang tidak memiliki hutang kepada keluarga Ferrara di seluruh Italia." Alessandro berkata lagi.
Carlotta berbalik. Gadis itu tertawa nyaring. "Kau pikir aku peduli? Lakukanlah semua semaumu saja, Alessandro. Dan jika aku memutuskan pertunanganku dengan Roberto, ingatlah bahwa itu bukan karena kau!"
Gadis itu melenggang pergi tanpa menoleh lagi.
***
Jeanne dan beberapa pelayan lain langsung mengerubungi Carlotta begitu gadis itu kembali ke dapur.
"Apa yang terjadi, Carlotta? Kau kenal dengan tuan muda tampan tadi?" Jeanne bertanya.
Pelayan lain menambahkan, "Apa yang kalian bicarakan?"
Pelayan lainnya lagi bertanya, "Apakah dia berlaku kurangajar padamu? Dasar orang kaya tidak tahu diri!"
Carlotta hanya tersenyum lemah kepada mereka semua. Kemarahan telah meninggalkannya. Sekarang yang tersisa hanya rasa takut. Tadi memang dia berhasil berpura-pura kuat. Namun, yang diinginkannya sekarang hanya duduk di lantai dan menangis.
Gadis itu tidak menyangka bahwa Alessandro-nya ternyata sanggup menjadi pria yang berbahaya. Sangat berbahaya. Ditambah lagi dengan kekuasaan dari nama belakang pria itu yang tersohor di seluruh negeri. Carlotta merasa ngeri jika Alessandro benar-benar bisa melakukan apapun.
Patrizia de Angelo dan Gretta Mancini memasuki dapur. Seluruh pelayan langsung membungkuk memberi hormat, serta menyingkir untuk memberi jalan.
"Apa yang terjadi, Carlotta? Alessandro Ferrara berderap pergi setelah bicara denganmu. Apa kau sengaja membuatnya marah? Sekarang dia adalah tamu penting di sini!" Hardik Patrizia.
Carlotta tidak mengindahkan gadis itu. Pandangannya tertuju pada Gretta Mancini.
"Tolong bilang pada Roberto, aku minta maaf." Carlotta mengeluarkan kalung yang ia sembunyikan di balik seragam waiter-nya. Sebuah cincin berlian besar menjadi liontinnya.
Carlotta menyerahkan cincin itu pada Gretta.
"Apa maksudnya ini?" Gretta bertanya.
"Aku ingin memutuskan pertunanganku dengan kakakmu, Roberto Mancini."
Karena saat ini Roberto sedang menempuh pendidikan hukum di Universitas Oxford, Inggris, Carlotta jelas tidak mungkin terbang ke sana hanya untuk mengembalikan cincin itu. Jalan terbaik memang menitipkannya pada Gretta.
Gretta terperanjat. "Apa kau sudah gila?"
Para pelayan di sekitar mereka langsung berbisik-bisik penuh spekulasi.
Patrizia berkacak pinggang. "Sekarang setelah mantan pacarmu sukses dan jauh lebih kaya daripada keluarga Gretta, kau jadi ingin memutuskan pertunangan dengan Roberto. Begitu?"
Carlotta tahu, tidak ada gunanya berdebat dengan Patrizia dan Gretta sekarang. Ia mengemasi tasnya dan bersiap-siap pergi. "Aku akan mengembalikan seragam waiter-mu ini besok."
Patrizia mencebik. "Tidak perlu. Lagipula seragam itu cocok denganmu."
Carlotta mengangguk. Tanpa berkata apa-apa lagi, ia pergi meninggalkan pesta mengerikan itu.
***
Alessandro meregangkan tubuh di sisi barat kolam renangnya di Verona. Luca Lombardi mendatangkan beberapa wanita untuk menemani tuannya berenang. Alessandro tidak menyukai mereka semua, tapi juga tidak sampai hati untuk mengusir.
Para wanita seksi itu berenang nyaris tanpa pakaian. Bikini yang mereka kenakan agaknya tidak menutupi apa-apa. Beberapa di antara mereka ada yang terang-terangan, tetapi Alessandro hanya menanggapinya dengan senyuman.
Yang ada di pikirannya hanya Carlotta Marinelli.
"Bagaimana perkembangan gadis itu?" Ia bertanya kepada Luca Lombardi.
"Kemarin Nona Carlotta pergi meninggalkan pesta setelah memutuskan pertunangannya dengan Roberto Mancini."
Alessandro tertawa puas. "Benarkah?"
"Benar, Signor." Lombardi menjawab.
Seketika, perasaan Alessandro membaik. Hatinya menjadi tanpa beban. "Baguslah kalau begitu. Kita tidak perlu repot-repot mengotori tangan dengan keluarga Mancini."
"Iya, Signor. Anda benar."
Alessandro melilitkan handuk besar di pinggangnya, memutuskan bahwa waktu berenangnya telah usai. "Berikan bayaran besar pada wanita-wanita ini. Mereka telah menemaniku dengan baik."
"T-tapi, Signor, mereka bahkan belum melakukan apapun."
Alessandro mengibaskan tangannya. "Tidak apa-apa, Lombardi. Hari ini aku sedang senang."
Tanpa bertanya lagi, Lombardi segera mengatur agar para wanita cantik itu cepat-cepat meninggalkan kediaman tuannya. Pekerjaan mereka telah selesai.
"Ada yang bisa saya lakukan lagi, Signor?" Lombardi menemui Alessandro di selasar, tepat setelah tuannya mandi dan berganti pakaian.
"Ada banyak hal dalam pikiranku." Ucap Alessandro lambat-lambat. "Tapi karena Carlotta sudah melakukan apa yang kuinginkan, kita tidak akan mengganggunya lagi."
"Anda akan membiarkannya hidup dalam kemiskinan?" Lombardi menggeleng tak percaya. Ia memang pria yang tak punya hati dan tidak pernah jatuh cinta. Namun, tidak demikian dengan tuannya. "Tapi bukankah Anda mencintai Nona Carlotta?"
Alessandro berjalan santai menuju ruang tengah yang menghadap taman rindang. Bunga-bungaan selalu mengingatkannya pada gadis itu. "Cinta itu telah mati, Lombardi. Bahkan aku tidak berharap kau akan merasakannya. Bukan sebuah sensasi yang menyenangkan."
Lombardi segera mengisi gelas di tangan Alessandro dengan wiski. Sungguh aneh karena tidak biasanya tuannya minum minuman yang terlalu keras di siang bolong.
"Untuk sementara, aku akan membiarkannya hidup tenang. Kita akan kembali ke Roma, mungkin untuk selamanya."
Lombardi mengangguk cepat. "Lalu, bagaimana dengan rumah keluarga Nona Carlotta yang telah kita sita?"
"Hancurkan. Bangun ulang. Lakukan apapun agar bentuknya tak lagi sama. Aku benar-benar benci tempat itu."
"Baik, Signor."
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
farizyara rsfy
jadi saling benci y🥺
2024-02-16
0
Sulis Tiyono
belagu sekarang klu ingat masa lalunya harus jadi bertambah Arif dan bijak sana bantu bratas kemikinan
2023-02-14
0
Baby_Miracles
masih, cinta. ketahuan. sakitnya tuh di sini 💗
2022-03-09
0