Lima tahun sejak peristiwa mengerikan itu, Carlotta merayakan ulang tahun yang ke-21. Sebuah acara mewah di sebuah hotel kenamaan di Verona. Acara itu diharapkan berakhir dengan pertuanangan antara Carlotta Marinelli dengan Roberto Mancini.
Carlotta masih memikirkan Alessandro hingga detik itu. Pesta ulang tahun mewahnya tampak tak berarti dibandingkan kebersamaannya dengan si pemuda yang hanya beberapa bulan. Semua dekorasi mewah, ucapan selamat dari teman-temannya, tak satupun mengena di hatinya.
Ketika saat potong kue tiba, Carlotta memberikan kue pertama kepada adiknya, Ciara, dan kue kedua kepada adiknya yang satu lagi, Carina. Tak satu potong kue lagi pun ia berikan kepada orang lain, termasuk ayahnya atau pun calon tunangannya, Roberto.
Mengingat acara itu diliput oleh banyak media, Carlotta masih harus menjaga nama baik keluarganya dengan cara terus tersenyum. Ia benar-benar terus tersenyum hingga bibirnya terasa kaku. Tentu saja tak ada satu orang pun yang menyadarinya. Tak ada seorang pun yang mengenalnya sebaik Alessandro.
"Tiup lilinnya, Kak!" Ciara berseru riang.
Roberto memelototi Ciara. "Jangan dengarkan adikmu, Carlotta! Kau harus membuat permohonan terlebih dulu."
Gretta memutar bola matanya malas. "Kenapa kalian berisik sekali? Cepat tiup saja lilinnya dan akhiri acara membosankan ini."
Ayah Gretta, Tuan Mancini, mencubit putrinya keras-keras. Gretta mengaduh dengan lengkingan.
Ayah Carlotta hanya tertawa. "Tidak apa-apa, Signor Mancini. Anak-anak memang suka bercanda."
Gretta berada di atas angin karena mendapat pembelaan dari ayah Carlotta. "Tuh kan, Papa. Aku cuma bercanda. Papanya Carlotta saja tahu."
Carlotta tidak memedulikan itu semua. Raganya berada di situ, tetapi tidak dengan pikirannya. Pikirannya selalu berkelana ke tempat yang jauh. Ke masa lalu di mana ia duduk berdua dengan Alessandro di kebun belakang rumahnya yang luas.
Oh, betapa Carlotta sangat merindukan saat-saat itu.
"Apa kau sudah selesai membuat permohonan?" Roberto bertanya.
Carlotta tersenyum dan menggeleng. Ia cepat-cepat menutup matanya dan memikirkan sesuatu untuk diminta.
Namun, apa? Apa yang harus dimintanya? Ia bahkan tidak punya keinginan untuk dirinya sendiri sekarang. Ia sudah kehilangan harapan akan bersatunya kembali ayah dan ibunya. Ia juga telah kehilangan harapan untuk hidup bahagia dengan Alessandro.
Pada akhirnya, Carlotta hanya berkata di dalam hati, "Semoga Alessandro hidup bahagia, di mana pun ia berada. Dan semoga suatu saat nanti ia bisa memaafkan aku."
***
Ketika pesta hampir berakhir, Roberto meminta waktu untuk mengambil alih jalannya acara. Dia berlutut dengan satu kaki dan mempersembahkan sebuah cincin berlian besar kepada Carlotta.
"Dear Carlotta Marinelli, maukah kau menjadi tunanganku? Jika kita menikah nanti, aku akan membuatmu jadi pengantin paling bahagia di dunia. Aku akan melakukan apapun untuk membuatmu bahagia."
Carlotta panik. Ia tidak siap. Lebih tepatnya, ia tidak mau.
Melihat gelagat penolakan akan terucap dari bibir putrinya, ayah Carlotta segera memberikan isyarat agar Carlotta menerima lamaran itu. Semua orang yang hadir di sana juga bersorak sorai mendukung Carlotta untuk menerima lamaran Roberto.
Carlotta kemudian sadar akan satu hal. Pernikahannya nanti tidak akan pernah tentang dirinya sendiri. Ini semua tentang bisnis ayahnya. Tentang hubungan kekerabatan antara raksasa-raksasa bisnis di Italia.
Mungkin begitu juga dengan pernikahan adik-adiknya kelak.
Carlotta tidak mungkin berlaku egois. Lagipula meskipun ia menolak Roberto, dia tidak akan mungkin bersatu dengan cinta masa mudanya. Ia harus realistis untuk saat ini. Demi masa depan keluarganya.
Maka, Carlotta mengangguk dan tanpa sadar air mata menetes di pipinya. Semua orang bersorak-sorai menyambut jawaban Carlotta. Air mata gadis itu diartikan sebagai air mata haru yang penuh dengan rasa syukur.
Keesokan harinya, seluruh media di Italia memuat tentang berita pertunangan Carlotta dan Roberto.
***
Alessandro Ferrara mendidih di tempatnya berada. Dilemparkannya sebuah surat kabar yang memuat tentang berita pertunangan Carlotta ke atas meja kerja. Alessandro melarikan kedua tangannya untuk mengacak rambutnya sendiri dengan frustasi. Ia pikir saat ini tidak akan pernah datang.
Lima tahun lalu, Carlotta memang bilang bahwa ia akan bertunangan dengan Roberto Mancini. Namun, saat pertunangan itu tidak pernah terlaksana. Hingga malam tadi.
Alessandro sempat memikirkan beberapa kemungkinan. Pertama, apakah saat itu Carlotta hanya diancam untuk putus dengannya? Kedua, apakah sebenarnya Carlotta masih mencintainya hingga tidak ingin bertunangan dengan orang lain? Ketiga, apakah Carlotta sebenarnya tidak menyukai Roberto dan hanya menggunakan nama pria itu sebagai tameng?
Dan hari ini, semua kemungkinan tadi sudah terbukti tidak benar. Alessandro memang hanya pria rendahan yang tidak layak di mata Carlotta. Buktinya? Carlotta telah resmi bertunangan dengan Robert Mancini.
Seseorang mengetuk pintu ruang kerjanya.
"Masuk." Alessandro menjawab.
Neneknya, Nyonya Ferrara, masuk dengan sebaki minuman hangat dan biskuit. "Kau belum sarapan, Cucuku."
Alessandro tersenyum hangat. "Terima kasih, Nek."
Saat pertama kali datang ke Roma, neneknya adalah orang yang langsung percaya kepadanya. Neneknya bilang, mukanya mirip sekali dengan ayahnya sewaktu muda. Sementara itu, kakeknya menuntut untuk tes DNA. Sembari menunggu hasil tes DNA yang membuktikan 100% kecocokan keluar, neneknya bercerita tentang semua yang terjadi.
Kakeknya mengusir ibu Alessandro dari rumah. Akan tetapi, tak satu orang pun di rumah itu tahu bahwa ibunya sedang mengandung Alessandro. Seandainya saja mereka tahu, mungkin Alessandro akan tumbuh besar dalam kemewahan dan kasih sayang dari keluarga Ferrara.
Neneknya juga bercerita tentang tragedi kecelakaan yacht ayah Alessandro. Ayahnya tidak mau menikah dengan orang lain. Dia hanya sibuk berpesta dan minum alkohol setiap hari. Hingga akhirnya, suatu malam, ayah Alessandro mabuk dan terjatuh ke laut dari yacht-nya. Tidak ada yang menyadari bahwa ayah Alessandro menghilang. Mayat ayah Alessandro baru diketemukan beberapa hari kemudian.
"Kami sangat bersyukur kau mau datang kepada kami, Nak. Kami kira kami sudah tidak memiliki pewaris lagi." Kata neneknya saat itu. Alessandro dipeluk dan luka-lukanya diobati dengan baik. Kecuali luka bakar di tangannya. Alessandro tidak mau yang satu itu dirawat.
Sejak saat itu, Alessandro hidup dalam keluarga Ferrara. Di usia dua puluh tiga tahun ini, ia telah berhasil mengembangkan bisnis kakeknya hingga taraf internasional. Keuntungan bisnisnya bertambah tujuh kali lipat. Ferrara Group pada akhirnya berhasil mengukuhkan posisi menjadi perusahaan multinasional paling besar di Italia. Semua berkat kerja keras Alessandro.
"Apa ada yang mengganggu pikiranmu, Nak? Kau tampak gelisah." Neneknya bertanya.
Alessandro menggeleng dan tersenyum. "Tidak apa-apa, Nek."
"Apakah ini masalah pekerjaan? Kau sudah melakukan yang terbaik, Nak. Jika kau lelah, kau bisa beristirahat sekarang."
Alessandro menggeleng sekali lagi. "Bukan, Nek."
"Apakah masalah percintaan? Nenek berjanji tidak akan mengulang kesalahan di masa lalu. Kami akan membiarkanmu memilih sendiri calon istrimu, tidak peduli siapa dia."
Alessandro tersenyum sedih. "Maafkan aku, Nek. Tolong jangan berharap banyak kepadaku tentang pernikahan. Kurasa aku tidak akan menikah."
Neneknya terkejut, namun berhasil menguasai diri dengan cepat. "Kau masih muda, Nak. Ada banyak kesempatan di depan."
Alessandro tidak menjawab.
"Kalau begitu, Nenek akan meninggalkanmu untuk mengurus pekerjaan. Nenek tidak akan mengganggumu lagi. Jangan lupa dimakan, Nak." Nenek Ferrara menunjuk biskuit dan minuman hangat yang tadi dibawanya.
Ketika neneknya sudah keluar dari ruang kerjanya, Alessandro memanggil orang kepercayaannya, Lombardi, masuk. Pria yang usianya hanya terpaut tujuh tahun dari Alessandro itu sudah bekerja lama di perusahaan Ferrara. Dia gesit, kejam dalam melibas bisnis orang lain, dan yang paling penting, setia kepada Ferrara. Lombardi merupakan anak yang dibesarkan di panti asuhan milik keluarga Ferrara dan sudah bersumpah akan melayani Ferrara seumur hidup. Alessandro banyak terbantu dengan kehadiran Lombardi.
"Signor memanggil saya?" Lombardi masuk dengan cepat.
"Kau tahu tentang rencana yang telah kususun bertahun-tahun lalu?" Alessandro bertanya tanpa basa-basi.
"Rencana tentang penghancuran bisnis keluarga Marinelli?" Lombardi memastikan. Ia merasa agak heran kenapa rencana yang telah disusun lama itu tak jua dilaksanakan. Padahal, tuan barunya ini selalu cekatan dalam melakukan segala rencana yang telah disusun dengan matang.
Alessandro mengangguk. "Aku mau kau menambahkan penyitaan seluruh aset mereka."
"Baik, Signor."
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
farizyara rsfy
y ampun jdi salah paham
2024-02-16
0
Almira Haniya Azzahra
karya Alana Nourah di NT cuma ini ya?
2023-08-29
0
Ambar Trias Trias
Semua novel authorized lana bakalan selalu ada aja kejutan nya.. balik ke NT krn tahu author Alana punya novel jg disini
2023-05-07
1