Alessandro tidak pernah mengenal keluarganya. Ia hanya dibesarkan oleh ibunya yang seorang tukang kebun. Ibunya tidak punya keluarga. Namun, ada seseorang yang sudah dianggapnya sebagai keluarga sendiri. Bibi Valentina.
Dulu, Bibi Valentina juga bekerja di mansion keluarga Marinelli. Sekarang, wanita itu sudah pensiun. Rumahnya berada di pinggiran kota Verona. Dalam keadaan sekarang, terusir dan tidak punya uang sepeser pun, hal pertama yang bisa dilakukan Alessandro hanya pergi ke rumah Bibi Valentina.
Alessandro bersumpah, ia tidak akan melupakan hari terkutuk ini untuk selamanya. Musim dingin datang dengan temperatur yang menggigit. Gajinya bulan ini tidak diberikan. Gajinya bulan-bulan sebelumnya dibekukan. Tanpa pakaian tebal yang semestinya, Alessandro berjalan dengan wajah lebam dan tubuh yang ngilu setelah dipukul membabi buta oleh mantan majikannya.
Sebetulnya, Alessandro sanggup menahan semua itu. Hal yang paling menyakitkan baginya adalah mendengar Carlotta mengusirnya. Carlotta berkata bahwa Alessandro tidak tahu malu dan amat tidak pantas untuk gadis seperti Carlotta.
Malam itu, Carlotta menemuinya di teras. Disaksikan oleh seluruh orang di mansion itu, termasuk ayah dan adik-adik Carlotta, beserta semua pelayan. Malam semakin gelap. Hujan mulai turun. Perlahan, kemudian berubah menjadi butiran besar yang menghantam wajah Alessandro. Menambah rasa sakit di beberapa bagian tubuhnya yang lebam.
Carlotta tampak secantik bulan. Andai saja Alessandro tidak terpesona kepada kecantikan nona mudanya itu. Alessandro selalu menganggap Carlotta adalah karunia. Sebuah keajaiban untuk hidupnya yang tanpa tujuan.
Alessandro lebih suka ketika Carlotta bicara berdua saja dengannya seperti biasa. Bukan disaksikan banyak orang begini.
"Aku akan bertunangan dengan Roberto. Dia sepadan untukku. Aku harap kita tidak akan bertemu lagi selamanya. Jangan pernah menggangguku lagi, Tukang Kebun Miskin! Aku membencimu!" Carlotta melemparkan segelas cokelat panas kepada Alessandro.
"Carlotta, Sayang, apa yang terjadi sebenarnya? Aku tahu ini bukan kemauanmu. Ceritakan padaku, Sayang." Alessandro berusaha membujuk. Pemuda itu mengabaikan rasa panas membakar di lengan kanannya.
Luka bakar akibat cokelat panas mendidih yang dilemparkan Carlotta padanya.
Carlotta tertawa seperti kesetanan. "Kau mau tahu? Tentu saja karena aku sudah muak denganmu. Sudah saatnya aku berhenti bermain-main dengan pemuda rendahan sepertimu."
"Kau tidak pernah menganggap rendah status sosial orang lain, Carlotta. Aku tahu itu!" Alessandro membalas dengan tak kalah ngotot.
"Kau pikir kau mengenalku? Kau salah! Kau tidak tahu apa-apa tentang aku."
"Itu tidak benar..."
"Tentu saja itu benar! Kubur mimpi-mimpi menjijikkanmu untuk bersanding denganku itu. Tidak bisakah kau lihat kalau posisi kita bagaikan langit dan bumi? Dasar tidak tahu diri!"
"Carlotta..."
"Jangan berani-beraninya menyebut namaku dengan mulut kotormu itu!"
Alessandro tidak akan pernah melupakan semua hinaan Carlotta kepadanya. Ketika memandang ayah Carlotta dan menemukan sebuah senyum penuh kemenangan di sana, amarah Alessandro memuncak. Satu-satunya harapan hidup yang dimilikinya adalah untuk membalas dendam kepada Carlotta dan keluarganya. Suatu saat nanti.
***
Rumah Bibi Valentina berada di daerah suburban. Hanya berupa sepetak kecil tanah dengan pagar kayu yang telah lapuk termakan jaman. Pekarangannya dipenuhi barang-barang bekas yang menumpuk. Rumah mungil itu ditumbuhi bunga bugenvil yang merambat sampai ke akar. Alessandro ingat, dulu ibunya sering mengajaknya berkujung kemari. Keadaan tidak banyak berubah. Malah faktanya, rumah itu adalah satu-satunya rumah yang tidak berubah di antara semua rumah di kawasan yang sama.
Ketika menemukan rumah Bibi Valentina, Alessandro sudah basah kuyup karena hujan. Badannya menggigil dan ia demam tinggi. Tangannya penuh luka bakar yang melepuh.
"Apa yang terjadi, Nak? Astaga!" Bibi Valentina tergopoh-gopoh menyambut Alessandro dan segera menyuruh pemuda itu masuk.
Alessandro menceritakan semua yang terjadi. Dan menutupnya dengan kalimat, "Aku tidak punya keluarga yang tersisa, Bibi Valentina. Aku tidak punya uang dan atap untuk berteduh."
Bibi Valentina merawat luka-luka Alessandro dengan penuh belas kasih. Beberapa kali matanya berkaca-kaca melihat betapa memilukan putra dari sahabatnya yang telah tiada itu.
Hingga akhirnya, Bibi Valentina berkata, "Kau salah, Alessandro. Sebenarnya kau punya keluarga. Sebuah keluarga besar. Aku telah berjanji kepada ibumu untuk tidak memberitahumu apapun. Namun, sekarang kurasa aku tidak bisa lagi menepati janji itu."
"Aku punya keluarga?" Alessandro memandang Bibi Valentina tak percaya.
"Ya, Nak. Kau punya keluarga. Keluarga Ferrara." Bibi Valentina tersenyum hangat padanya. "Keluarga Ferrara yang 'itu'." Bibi Valentina melanjutkan lagi.
Alessandro hampir tidak mempercayai informasi ini jika bukan Bibi Valentina yang mengatakannya. Keluarga Ferrara yang 'itu'. Ya Tuhan. Ternyata dia adalah putra dari keluarga paling terpandang di Italia!
"Bibi tidak bohong, kan, Bi?" Alessandro bertanya. Matanya berbinar-binar penuh semangat.
"Aku bersumpah." Bibi Valentina kemudian menceritakan kisah kelam ibunda Alessandro dahulu kala.
Menurut cerita Bibi Valentina, ibu Alessandro adalah pelayan di rumah Ferrara. Ia terlibat hubungan terlarang dengan putra satu-satunya keluarga Ferrara. Ketika mengetahui bahwa ia hamil, ia diusir dari kota Roma.
"Ayahmu bahkan tidak tahu bahwa ibumu hamil. Ibumu tidak sempat bilang apa-apa ketika pergi."
"Kenapa, Bibi? Kenapa ibuku pergi begitu saja?"
Bibi Valentina mendesah panjang. "Bukankah kau juga mengalaminya? Kau tahu betapa berpengaruhnya keluarga-keluarga berada itu, kan? Orang-orang seperti kita ini tidak punya kesempatan untuk melawan, Nak."
Alessandro menangis mendengarnya. Sungguh menyayat hati ketika menyadari bahwa ia dan ibunya memiliki kisah yang sama. Sama-sama diusir dari rumah keluarga kaya.
"Jika kau ingin pergi menemui keluarga mendiang ayahmu, Nak, kau bisa pergi ke Roma. Aku punya alamatnya."
"Baik, Bibi." Alessandro segera menghapus air mata frustasinya.
"Dan aku punya sedikit uang untuk bekal perjalananmu, Nak. Tidak banyak, tapi kuharap bisa membantu." Bibi Valentina membuka sebuah kotak penyimpanan usang dan mengeluarkan beberapa lembar uang kertas.
Alessandro menerimanya dengan penuh rasa syukur. "Aku akan membalas kebaikan Bibi. Aku berjanji."
Bibi Valentina tersenyum dan menggeleng. "Kau tidak perlu membalas apa-apa, Nak. Hiduplah dengan bahagia mulai sekarang."
Kali ini, Alessandro tidak akan menyerah. Ia adalah seorang anak laki-laki yang kuat. Ia tidak seperti ibunya. Ia bertekad untuk membalikkan keadaan, apapun caranya.
Keesokan paginya, Alessandro bertolak ke pusat kota Roma. Dengan sedikit uang yang diberikan oleh Bibi Valentina, ia membeli sebuah tiket one way. Ia pergi ke kediaman keluarga Ferrara dan tidak akan menerima penolakan begitu saja. Jika cerita Bibi Valentina benar, dan ia yakin wanita itu tidak berbohong, Alessandro tidak akan melepaskan haknya sebagai pewaris Ferrara. Dan ia bersumpah tidak akan kembali ke Verona kecuali telah berhasil membalikkan keadaan dengan keluarga Marinelli yang terkutuk.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
farizyara rsfy
yg penting dia masih hidup walau harus d benci pun tak apa😢
2024-02-16
0
Nino Ndut
naif bgt yak
2024-01-08
0
Dee2
aq mampir ksini 😀 ksian bgt carlota...dia pst lbh sedih hrs kpaksa jahat sama org yg dia suja
2022-12-16
1