Revengeful Billionaire
Sudah sepuluh tahun sejak terakhir kali melihatnya, namun pria itu masih melekat di ingatan Carlotta. Tumbuh sebagai gadis kelas atas, Carlotta tidak pernah kekurangan pria tampan dan kaya raya di sekelilingnya. Namun, entah mengapa, hanya satu pria yang bisa menarik hatinya. Pria itu bahkan bukan dari kalangan berada. Dia hanya seorang tukang kebun di salah satu mansion keluarga Carlotta di Verona.
Saat berumur enam belas, Carlotta jatuh cinta kepada bunga. Dia betah berlama-lama di kebun milik mendiang neneknya. Banyak mawar tumbuh subur di sana. Juga daisy dan lily of the valley. Semua bebungaan cantik itu membuat hidupnya tak terlalu terasa menyesakkan.
Tuntutan menjadi nona muda yang sempurna dari keluarga Marinelli yang terpandang di seluruh Italia membuat Carlotta tidak bebas menjadi diri sendiri. Penampilannya tak boleh bercela. Perilakunya harus sempurna. Kelakuannya tidak diperkenankan melenceng dari tata krama. Nilainya di sekolah harus tinggi. Teman-temannya tak boleh mendengarnya mengeluh. Dan yang paling penting, ia harus bisa menjadi teladan bagi kedua adik perempuannya, Ciara dan Carina.
Pada waktu itulah, seseorang menghampirinya di kebun.
"Apakah Anda tahu makna-makna bunga, Nona?"
Carlotta mendongak. Seorang pemuda berambut cokelat gelap berbicara kepadanya. Wajahnya lebih indah daripada patung marmer dewa-dewa Yunani yang terukir di pintu gerbang mansionnya. Si pemuda mengenakan pakaian lusuh. Sebuah kemeja putih longgar yang terbuka hingga kancing ketiga. Tanpa merek. Dan sebuah celana jeans yang sobek betulan di beberapa tempat. Herannya, semua itu tidak mengganggu kemenawanan si pemuda di mata Carlotta.
Jantung gadis itu berdegup kencang. Pipinya merona. Ia berusaha menjawab dengan terbata-bata, seperti gadis gagap yang tidak pernah belajar sopan santun. Otaknya membeku. Tak satu kata pun keluar dari mulutnya.
"Kalau mau, aku bisa mengantarmu berkeliling kebun sambil menjelaskan tentang makna bunga-bunga ini." Pemuda itu berkata lagi.
Tanpa menunggu apapun, Carlotta menerima uluran tangan pemuda itu.
Genggaman tangan si pemuda begitu hangat dan menentramkan. Tangannya besar dan kuat. Begitu juga badannya yang termasuk kekar untuk ukuran remaja berusia delapan belas tahun. Karena tuntutan pekerjaan mungkin, pikir Carlotta, sembari berusaha menormalkan napasnya yang selalu memburu di samping pemuda itu.
"Apakah kau bekerja di sini?" Carlotta bertanya ketika akhirnya berhasil menemukan kembali suaranya.
Pemuda itu tertawa sembari memandang Carlotta ganjil. "Tentu saja, Nona. Saya sudah bekerja di sini sejak Anda berumur delapan tahun. Mungkin Anda tidak mengenal saya, tapi saya sangat mengenal Anda."
Carlotta menganga tak percaya. Ada seorang pemuda tampan yang tinggal di rumahnya sendiri sejak delapan tahun lalu, tapi gadis itu tidak pernah tahu! Betapa sia-sianya.
"Siapa namamu?" Carlotta bertanya.
"Alessandro Ferrara, siap melayani Anda." Si pemuda menjawab santun, sembari membungkukkan badannya sedikit.
"Ferrara? Seperti nama keluarga miliuner Ferrara?"
Alessandro tertawa. "Bukan, Nona. Hanya kebetulan saja namanya sama."
Carlotta mengangguk percaya. Tidak mungkin keluarga Ferrara yang terkenal itu membiarkan salah satu anaknya bekerja sebagai tukang kebun, kan?
***
Sejak saat itu, Carlotta semakin sering bermain di kebun. Ia selalu bersemangat pulang ke rumah seusai sekolah. Teman-temannya sering mengajaknya nongkrong atau sekedar pergi ke kedai kopi, tetapi Carlotta lebih senang menghabiskan waktunya di kebun belakang mansion. Bersama dengan Alessandro.
Alessandro baru saja lulus sekolah. Carlotta tidak menyangka, bahwa selain amat tampan, Alessandro rupanya juga seorang siswa yang cerdas. Setiap hari, selama berbulan-bulan, Carlotta mengadakan piknik sore di kebun. Terkadang, Alessandro mengajarinya aljabar. Jika tidak sedang ingin belajar, Alessandro akan memetik gitar dan memainkan lagu-lagu indah untuknya.
"Bukankah hari ini kau ada les piano?" Suatu sore Alessandro mengingatkan.
Carlotta mendesah malas. "Aku tidak suka gurunya, Alessandro."
"Kenapa?"
"Dia pria genit yang berusaha merayuku." Carlotta mendesah lagi.
Raut wajah Alessandro berubah pekat. "Bagaimana jika aku ikut dalam pelajaran pianomu? Dia tidak akan berani macam-macam jika kalian tidak dibiarkan berdua saja, bukan?"
Carlotta tersenyum manis. Lalu, senyumnya berubah menjadi tawa riang. "Wah, ada apa ini? Apa kau cemburu, Alessandro?"
Alessandro terperanjat "Ap-apa maksudmu? Mana mungkin aku-"
"Tidak apa-apa." Carlotta tampak geli sekali melihat wajah Alessandro yang sudah semerah kepiting rebus.
"Tidak apa-apa apanya?"
"Tidak apa-apa kalau kau ingin menemaniku les piano." Balas Carlotta tenang.
Alessandro mengangguk. Ia segera membereskan peralatan piknik mereka dengan cekatan. Kain selimut, keranjang rotan berisi makanan, juga botol-botol jus buah segar. Piano bukan hal baru baginya. Di sekolah, dia sering diam-diam menyelinap belajar piano di kelas-kelas musik.
"Dan tidak apa-apa jika kau cemburu padaku." Carlotta berkata lagi. Kali ini, kalimatnya sukses membuat Alessandro menjatuhkan botol-botol di tangannya.
***
Kedekatan Carlotta dengan Alessandro semakin intens. Rasa sakit hati dan kesepian akibat ditinggal pergi ibunya yang menikah lagi dengan seorang produser film membuat Carlotta membutuhkan sesosok teman. Ia tidak bisa melepaskan Alessandro yang amat memahami dirinya.
Dan ia tidak bisa melepaskan Alessandro, karena ia sadar bahwa ia telah jatuh cinta kepada pemuda itu. Perasaannya begitu kuat sehingga ia tidak peduli orang lain mau berkata apa.
Hubungannya dengan Alessandro pertama diendus oleh musuh bebuyutannya, Gretta Mancini. Di sekolah, Gretta mendatangi Carlotta terang-terangan dan memojokkan gadis itu.
"Di depan semua teman-teman, coba katakan, apakah kau punya pacar?" Gretta memancing Carlotta.
Carlotta terdiam dan menunduk. Ia tidak memilih ini. Ia tidak mau bermusuhan dengan Gretta hanya karena keluarganya terlibat dalam persaingan bisnis dengan keluarga Gretta.
"Kudengar kau berpacaran dengan tukang kebunmu sendiri, Carlotta. Apa itu benar?"
Carlotta terkejut, tapi tetap bungkam.
Kebungkaman Carlotta menegaskan kebenaran hal itu. Gosip langsung menyebar luas dan sampai ke telinga Robert Mancini, kakak laki-laki Gretta yang rencananya akan dijodohkan dengan Carlotta untuk mempererat hubungan kedua keluarga. Robert tidak terima dan mengadu ke ayahnya. Kemudian keadaan menjadi tak terkendali ketika ayah Robert mengadu pada ayah Carlotta.
Malam itu, Carlotta dipukul habis-habisan oleh ayahnya. Tak berhenti sampai di situ, ayahnya juga mengancam akan memukul adik-adiknya jika Carlotta tidak mau putus dengan Alessandro. Alessandro dipecat, tetapi ia tidak mau pergi. Dahulu, sebelum meninggal, ibunya bekerja di mansion ini. Mansion milik keluarga Marinelli merupakan rumah bagi Alessandro. Dia tidak bisa meninggalkan semua kenangan ibunya di sini.
Dan ia juga tidak bisa meninggalkan Carlotta yang manis.
Oleh karena itu, ayah Carlotta memberikan ultimatum bagi Carlotta. "Jika kau tidak berhasil mengusir anak sialan itu pergi dari sini untuk selamanya, aku akan menghabisinya. Camkan itu, Carlotta!"
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Bee RasyieQah
masih awal aku ud yakin bakal seru.. 🥰🥰
2023-08-03
0
Nyai Aluh
ka lana
2023-04-01
1
Riechie
🙂
2023-03-08
0