Satu Cinta Terbagi Dua
Zanna Kirania wanita berusia 25 tahun mempunyai paras cantik, dan lemah lembut berambut panjang lurus berwarna hitam pekat dan kulit putih mulus.
Zanna memakai dres pendek berwarna hijau botol tengah duduk di ruang tengah, bersama Ibunya yang sama-sama berpakaian rapi sepertinya mereka akan menyambut kedatangan seseorang.
Ruang tengah itu tampak terlihat sedikit sempit hanya ada 2 sofa dan satu meja kaca panjang di depan sofa.
Zanna yang bingung ada apa dengan hari ini, bertanya pada ibunya kenapa dia menyuruhnya berpakaian seperti ini.
"Kenapa ibu menyuruhku berpakaian seperti ini, memangnya kita mau bertemu dengan siapa? " Ucapnya dengan lembut.
"Anakku sebentar lagi kamu pasti tau, kamu tidak perlu banyak bertanya." Ucapnya sambil tersenyum.
Wajah Ibu Zanna terlihat berseri-seri seperti akan ada kabar bahagia yang menghampiri mereka.
Tiba-tiba ada satu mobil mewah yang berhenti didepan rumah kecil mereka.
Dari mobil itu turun 2 orang wanita, satu wanita yang seumuran dengan Ibu Zanna dan satunya lagi wanita tua.
Dari pakaian yang mereka kenakan sudah menggambarkan kalau mereka bukanlah golongan status sosial yang sama seperti Zanna.
Wanita tua itu terlihat bahagia saat keluar dari mobilnya melihat rumah Zanna tapi tidak bagi menantu dari almarhum anaknya.
Wanita itu terlihat tidak senang mengerutkan dahinya saat turun dari mobil.
"Ibu, apa yang kita lakukan di tempat kumuh seperti ini." Ucapnya dengan raut wajah jijik melihat lingkungan rumah Zanna.
"Suut, diam kamu. Jangan sampe aku menampar mulutmu itu!" Ucapnya marah.
Wanita tua itu berjalan masuk ke dalam halaman rumah Zanna meninggalkan menantunya di depan pintu pagar.
Menatunya itu ikut mengejar mertuanya, kalau bukan karena mertuanya yang memintanya ikut dia tidak mungkin akan menginjakkan kakinya di tempat kumuh seperti ini.
Pintu rumah Zanna sudah terbuka lebar sebelum kedatangan mereka.
Ibu Zanna yang melihat kedatangan mereka, langsung berdiri menyambutnya.
"Silahkan masuk Nyonya." Ucapnya menjemput mereka di depan pintu dengan senyuman ramah.
Wanita tua itu membalas senyuman ibu Zanna sedang menantu wanita itu tampak cuek, dia langsung duduk di sofa dengan raut wajah sombongnya.
Wanita tua itu duduk di samping menantunya.
Wanita tua itu tiba-tiba tersenyum ke arah Zanna. Zanna membalas senyumnya dengan ramah.
Saat Ibu Zanna mau duduk tiba-tiba Wanita tua itu memuji kecantikan yang dimiliki Zanna.
"Aku tidak salah memilih calon menantu, putrimu memang sangat cantik." Ucapnya sambil tersenyum.
Mendengar hal itu, menantunya terkejut setengah mati.
"Calon menantu ibu bilang? Hahaha Ibu pasti bercanda kan." Ucapnya tertawa tidak percaya dengan ucapan mertuanya.
"Aku tidak bercanda, Zanna wanita paling cocok untuk mendampingi Arga." Ucapnya dengan nada serius.
"Ibu jangan bercanda, aku tidak setuju ibu menikahkan anakku dengan gadis kampung seperti dia." Ucapnya marah berdiri menunjuk Zanna.
Zanna yang tidak tau apa-apa menundukkan kepalanya dengan raut wajah yang takut.
"Aku tidak perlu persetujuanmu untuk menikahkan cucuku."
"Aku ibunya! Jelas aku punya hak untuk bicara disini. Aku tidak menyetujui pernikahan ini." Ucapnya marah keluar dari rumah Zanna.
Wanita tua itu berdiri menghampiri Zanna duduk disampingnya.
"Zanna, kau bersediakan menjadi menantu omah?" Ucapnya sambil memegang tangan Zanna.
Zanna yang bingung harus menjawab apa, menoleh ke arah ibunya yang duduk di sebelahnya.
Ibu Zanna menganggukkan kepalanya memberikan tanda bawa dia setuju akan pernikahan Zanna dan Arga.
Karena Ibunya memberikan isyarat itu akhirnya dia mengatakan "Iya, aku mau."
Wanita tua itu langsung memeluk Zanna dengan raut wajah gembira akhirnya dia bisa menepati janjinya pada putranya.
Sebelum putranya meninggal, Ayah Arga meminta pada ibunya untuk menjadikan Zanna sebagai menantunya kelak karena dia ingin membalas budi ke temannya yaitu Ayah Zanna yang sudah mengorbankan nyawanya untuk menyelamatkan Ayah Arga dalam kecelakaan yang menimpah mereka 22 tahun yang lalu.
Sebagai tanda persetujuan pernikahan Nenek Arga memberikan kotak cincin yang isinya adalah cincin berlian warna merah delima.
"Ini adalah cincin turun-temurun dari keluarga kami." Ucapnya sambil memasangkan cincin itu ke jari manis Zanna.
Zanna tampak tak enak mendapat pemberian cincin mewah dari nenek Arga.
"Wah cincinnya terlihat lebih cantik saat ada dijarimu." Ucapnya tersenyum lebar.
Zanna dan Ibunya juga ikut tersenyum.
"Apa aku pantas menerimanya?" Ucapnya merasa dirinya tidak pantas memakai cincin turun-temurun dari keluarga Arga.
"Kamu pantas memakainya karena kamu calon yang Oma pilih."
Zanna hanya mengangguk sambil tersenyum terpaksa.
Setelah mengobrol cukup lama Nenek Arga pun izin pamit pada Zanna dan Ibunya.
"Omah permisi dulu yah, jangan lupa jam 8 supir omah akan datang menjemput kamu."
"Iya Omah."
Nenek Arga pun pergi meninggalkan rumah Zanna bersama Ibu Arga yang duduk di dalam mobil menunggu.
Malam pun tiba di rumah kediaman besar keluarga Arga.
Tampak para pelayan yang sedang sibuk menyiapkan hidangan makan malam di meja makan.
Di ruangan tamu ada Nenek Arga yang sedang duduk santai.
Tiba-tiba ada seorang wanita cantik berambut panjang pirang mengenakan celana jeans pendek di atas lutut dan baju kaos putih lengan panjang di atas perut datang duduk di samping Nenek Arga.
"Omah ngapain disini ?"
"Omah lagi nungguin kakakmu."
"Kakak! Memangnya kakak mau kesini."
"Iya kakakmu mau datang makan malam berasama kita. Omah yang panggil."
Wanita yang duduk bersama Nenek Arga adalah anak ketiga dari putranya.
Wanita ini dikenal dengan sebutan Sherlyn Lioni Tomo mempunyai sifat yang sama seperti ibunya arogan dan sombong selalu merendahkan orang yang berbeda status dengan dirinya.
Pintu yang setengah terbuka, tiba-tiba muncul sosok pria tinggi bertubuh kekar mengenakan jas abu-abu casual dipadukan dengan kemeja hitam.
Pria yang datang itu adalah Arga Yuanda Tomo, pria ini dikenal dengan sifatnya tertutup, cuek terhadap lingkungnya dan mempunyai sifat dingin.
Arga Yuanda Tomo adalah direktur utama perusahaan Ernomous yang bergerak dibidang properti, sebelumnya dijalankan oleh Ayahnya tapi setelah kepergiaan Ayahnya 10 tahun yang lalu neneknya mempercayakan perusahaan itu pada Arga.
Arga langsung masuk menghampiri neneknya sudah menunggu dari tadi.
"Malam oma." Ucapnya salim mencium tangan neneknya.
Arga duduk di sofa yang terpisah dari Nenek dan Adiknya.
"Bagaimana pekerjaanmu hari ini?" Ucap nenek Arga.
"Lancar kok Omah, kemarin lalu perusahaan baru saja berhasil memenangkan tender proyek besar."
"Wah hebat, tidak sia-sia omah mempercayakan perusahaan itu padamu."
"Iya Omah." Ucapnya tersenyum.
Sherlyn tiba-tiba menyenlah pembicaraan Omah dan Kakaknya.
"Yuk kita makan Omah aku sudah lapar, Lagi pula Kakak sudah datang!" Ucapnya sambil berdiri Arga pun beranjak berdiri.
"Tunggu sebentar, Omah masih menunggu seseorang."
"Emangnya Omah nunggu siapa lagi?"
"Sudah, duduk saja dulu. Nanti juga kalian tau."
Sherlyn dan Arga kembali duduk.
Sementara menunggu kedatangan tamu omah, Arga menanyakan ibunya yang tidak muncul pada Sherlyn.
"Ibu ke mana?" Ucapnya menatap adiknya.
"Ibu ada di kamar, semenjak pulang bersama omah tadi siang Ibu belum keluar dari kamar."
"Omah bertengkar lagi sama Ibu?" Tanya Arga.
"Biasalah, Ibumu selalu saja tidak pernah bersependapat dengan Omah." Ucapnya kesal.
Arka yang sudah sering mendengar pertengkaran Ibu dan Omahnya, hanya bisa mengerutkan dahinya.
Arka tidak mungkin membela salah satunya, karena dia sangat menyayangi ibu dan Omahnya.
Setelah menunggu cukup lama akhirnya Zanna datang mengenakan dress putih brokat lebar di atas lutut dengan sepatu datar berwarna hitam dan rambut lurus yang terurai ke belakang.
Zanna datang bersama supir pribadi Nenek Arga.
"Assalamualaikum." Ucap Zanna berdiri didepan pintu.
"Waalaikumsalam, Akhirnya kamu datang juga." Ucap Nenek Arga beranjak berdiri menghampiri Zanna.
Arga dan Sherlyn tampak bingung melihat Zanna, karena ini adalah pertemuan pertama mereka.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Tri Widayanti
Hadir dengan Like dan ♥️
Semoga sesuai ekspektasi😘
2022-01-28
0