Chapter 5 : Tetangga

Kunjungan pertama bersama Pak Abraham, Ia mengajak Lisa dan ibunya ke rumah nomor dua yang dihuni keluarga Groundo, sebelum nya ibu sempat bertanya kepada pak Abraham mengapa tidak mengunjungi rumah yang ada di sebelah rumah mereka.

"Pak kenapa gak kerumah yang disebelah rumah saya dulu, kan lebih deket." tanya ibu.

"Itu kan rumah tujuh, kita harus mulai secara berurutan, kemarin kan kalian kerumah saya di nomor satu, maka selanjutnya kalian harus mengunjungi rumah nomor dua dan begitu seterusnya." ucap pak Abraham.

Ibu dan Lisa sedikit bingung dengan pola pikir Pak Abraham, namun mereka menurut saja karna pak Abraham lebih mengenal orang-orang itu.

Sampailah mereka di depan pintu Rumah nomor dua milik keluarga Groundo, pak Abraham mengetuk pintu rumah itu dan disambutlah mereka oleh seorang wanita cantik yang membukakan pintu.

"Hai Karen, semoga aku tidak mengganggu, aku ingin mengenalkan tetangga baru kita, mereka tinggal di rumah nomor delapan," ucap Pak Abraham.

"Oh aku sedang senggang, senang berkenalan dengan kalian, perkenalkan nama saya Karen gyus groundo, silahkan masuk!" ucap wanita itu.

Mereka pun masuk ke dalam rumah menuju ruang tamu, dan dari atas tangga muncul seorang pria tinggi yang datang kearah Lisa dan ibunya.

"Oh kalian pasti tetangga baru kami, perkenalkan saya Derek grat groundo, pemilik rumah ini, sangat senang menyambut kalian disini," ucap pria itu.

"Baiklah kalian duduk dulu, saya akan menyiapkan teh dan makan ringan," ucap Karen.

"Tidak perlu repot-repot, kami hanya ingin berkenalan saja agar akrab antar tetangga," ucap ibu.

"Tidak, kalian tamu spesial ku, sungguh keterlaluan jika aku dan istriku tidak menyambut kalian dengan baik," ucap Derek.

Karen pun pergi ke dapur untuk menyiapkan teh dan makanan ringan, sementara itu Derek terlihat sangat senang karna dikunjungi oleh ibu dan Lisa, rumah Derek sangat nyaman karna sepertinya ia seorang pecinta tanaman, rumahnya begitu sejuk karna banyak tanaman yang mengelilingi rumah mereka, bahkan didalam ruangan pun terlihat banyak tanaman yang membuat ruangan menjadi sangat segar.

"Derek ini seorang pecinta tanaman, dia sering menghabiskan banyak waktu dengan tanamannya" ucap pak Abraham.

"Wah hal yang sangat positive, pantas saja rumah anda terlihat sangat indah," ibu memuji.

"Iya saya dan istri saya sangat suka tanaman, bagi kami tanaman adalah kebaikan dari alam yang membuat mahluk hidup tetap hidup," ucap Derek.

Tak lama kemudian Karen muncul membawa teh dan beberapa toples cemilan,mereka pun mulai berbincang tentang banyak hal, Lisa yang terlihat tertarik dengan tanaman milik Derek mencoba melihat beberapa koleksinya, semua tanaman itu begitu indah, saat Lisa melihat bagian pot dari tiap tanaman yang ada di dala rumah, ada hal yang aneh yang membuatnya bertanya-tanya, karna yaitu adanya serangga yang mengering di pot itu, dan bukan hanya satu pot tapi hampir di semua potnya, seolah-olah serangga itu ditaburkan di tiap pot.

Karna rasa penasarannya, Lisa meciba bertanya pada Derek, "Pak Derek, mengapa banyak serangga mati di di pot ini?"

"Oh itu karna tanamanku sangat suka bentuk kehidupan," ucap Derek.

"Apa maksudnya itu?" tanya Lisa.

"Pada intinya tanamanku tetap hidup karna memakan sumber kehidupan lain," ucap Derek.

Lisa pun terdiam kebingungan, begitupun ibu yang menatap Derek dengan tatapan bingung karna tidak faham dengan apa yang Derek katakan.

"Tenang saja aku yang memberikan serangga itu untuk tanamanku, karna kabarnya serangga yang mati bisa jadi pupuk alami untuk tumbuhan," ucap Derek.

Walaupun merasa aneh Lisa tidak mementingkan hal itu, karna ia tidak faham dengan tanaman, sepanjang mereka disana Karen terlihat tidak banyak bicara, mungkin karna memang dia tidak terlalu tertarik terhadap situasi itu, setelah hampir sejam berbincang, pak Abraham mengajak ibu untuk menuju ke rumah selanjutnya, mereka pun pamit dari rumah Derek dan Karen menuju rumah nomor tiga milik keluarga Stikfroust.

Saat di perjalanan pak Abraham memberi tahu ibu dan Lisa bahwa keluarga Stikfroust adalah pasangan ahli bedah yang pernah bekerja di rumah sakit terkenal, namun kini mereka lebih sering berada di rumah.

"Kalian harus tau keluaga Stikfroust adalah orang yang dingin, namun mereka cukup baik sebagai tetangga," ucap pak Abraham.

Sampailah mereka di halaman rumah keluarga Stikfroust yang terlihat rapi dan rumahnya juga terlihat tidak terlalu besar namun terlihat sangat nyaman, pak Abraham mengetuk pintu, namun sayangnya tak ada jawaban, dari samping rumah muncul seorang pria yang sedang membawa sekantung plastik sampah, pak Abraham pun menghampirinya.

" Hey Ivan, apa kau sedang sibuk, aku ingin berkunjung dan memperkenalkan tetangga baru kita," ucap pak Abraham.

Orang itu membisu selama beberapa detik, kemudian menaruh plastik sampahnya dan mendekat ke arah Lisa dan ibunya.

"Maaf jika aku tidak berpakaian dengan baik, kuharap aku bisa menyambut kalian lebih dari ini," ucap Ivan.

Ivan pun membuka pintu dan mempersilahkan mereka masuk.

"Dimana istrimu Ivan?" tanya pak Abraham.

"Sepertinya dia sedang bersih-bersih di atas, kami cukup sibuk hari ini," ucap Ivan.

"Maaf kalo kami menggangu waktu anda," ucap ibu.

"Oh..tentu tidak, sungguh senang ada yang berkunjung kesini," ucap Ivan.

Mereka pun duduk, dan Ivan meminta izin untuk mengganti pakaiannya, rumah Ivan sangat rapi namun ada hal yang membuat Lisa dan ibunya tidak nyaman, karna tercium aroma seperi di rumah sakit, baunya seperi obat dan alkohol, pak Abraham sepertinya sadar kami tidak nyaman karna bau itu.

"Kalian pasti menciumnya juga kan, wajar saja lah mereka kan seorang yang bekerja di rumah sakit," ucap pak Abraham dengan senyum kecil di bibirnya.

"Iya pak Abraham, kami tidak mempermasalahkannya," ucap ibu.

Tak lama kemudian, terdengan suara dari arah dapur mendekat ke arah mereka, ternyata itu istri Ivan yang bernama Jessie stikfroust.

"Selamat datang aku Jessie, istri dari Ivan, aku harap kalian akan suka tinggal di tempat ini," ucap wanita itu.

"Terima kasih jessie, aku Romaria dan ini Lisa anak ku, kuharap kedatangn kami tidak menggangu kamu dan suamimu," ucap ibu.

"Tidak..aku sedang senggang ,senang rasanya melihat tetangga baru," ucap Jessie

Dia pun duduk bersama kami dan mulai berbincang tentang banyak hal, tak lama kemudian ada anjing kecil yang terlihat mendekat ke arah Lisa, anjing itu sangat lucu dan tanpa ragu Lisa pun membelai anjing itu, namun ada bagian kasar di perutnya yang terasa kasar saat lisa menyentuhnya, Lisa pun melihatnya ternyata untuk mencari tau, ternyata ada bekas bekas jahitan yang ada di tubuh anjing itu, membuat Lisa sedikit kaget, sadar akan hal itu, Jessie memberitahu Lisa bahwa anjing itu habis melakukan operasi beberapa hari yang lalu karna punya masalah pada pencernaanya

"Aku menemukan anjing itu hampir mati karna masalah pencernaan, dan untung saja Ivan berhasil menyelamatkannya," ucap Jessie.

"Sungguh beruntung anjing itu bisa betemu orang sebaik kalian," ucap ibu.

Kemudian anjing itu menjauh dari Lisa, setelah cukup lama berbincang dengan Jessie, namun Ivan tidak juga muncul, padahal dia bilang hanya ingin mengganti pakaiananya, Abraham punbertanya pada Jessie.

"Jessie mengapa suamimu tidak juga muncul, dia bilang hanya mau mengganti pakaiannya?"tanya pak Abraham.

"Sepertinya dia sedang memperbaiki sesuatu, dan tidak bisa bergabung bersama kita untuk sementara waktu," jawab Jessie.

Karna hal itu ibu merasa bahwa mereka mungkin sedang sibuk, ibu berbisik ke arah pak Abraham untuk segera melanjutkan kunjungan ke rumah selanjutnya, mereka pun pamit dan menuju rumah selanjutnya.

Merekapun berlanjut ke rumah selanjutnya, rumah nomor empat, pak Abraham bilang bahwa rumah itu hanya di huni oleh satu orang bernama Andrew van delien, seorang pria muda yang berprovesi sebagai seorang Perancang busana, sampailah mereka di depan pintu rumah nomor empat, kemudian pak Abraham mulai mengetuk pintu rumah itu, tak lama seseorang membukakan pintu itu.

"Hay Andrew bagaimana kabarmu?" Sapa pak Abraham.

"Aku sibuk apa maumu?" ucap Andrew dengan sinis dan muka yang terlihat kesal.

"Aku hanya ingin mengajak tetangga baru kita berkunjung untuk bertemu denganmu, kita tinggal di satu lingkungan yang hanya ada delapan rumah, kufikir saling mengenal akan membuat semua baik," ucap pak Abraham.

Andrew pun menatap ke arah ibu dan Lisa.

"Aku Andrew, senang bertemu kalian," ucap Andrew dengan suara yang datar.

"Perkenalkan aku Romaria dan ini anakku...."

belum selesai ibu berbicara, " DUARRRR..." Andrew membanting pintu dengan kerasnya, membuat mereka kaget dan terhentak, pak Abraham pun merasa tidak enak pada ibu dan Lisa.

"Tolong jangan dimasukan kehati, Andrew memang orang yang tidak suka membaur," ucap pak Abraham.

"Tidak apa-apa, mungkin memang dia sedang sibuk, dan kedatangan kami kurang tepat," ucap ibu.

Mereka pun beranjak dari Rumah andrew dan melanjutkan kunjungan menuju rumah selanjutnya, namun sebelum sampai di rumah nomor lima, ibu meminta pak Abraham untuk melakukannya kunjungan di esok hari, karna ibu merasa tidak enak setelah kejadian di rumah Abraham.

"Pak Abraham apa bisa kita melanjutkannya besok, saya sedikit tidak bersemangat," ucap ibu.

"Kamu hanya kaget bukan, karna perlakuan Andrew tadi, kamu tenang saya jamin hal seperti itu tidak akan terjadi lagi, kita harus melanjutkannya hingga selesai, karna mereka pasti sudah menantikan kedatangan kalian," ucap pak Abraham.

"Baiklah kalo begitu, namun saya harap saya tidak merepotkan bapak," ucap ibu.

"Saya sangat senang melakukannya, tolong jangan difikirkan," ucap pak Abraham.

Sampailah mereka di rumah nomor lima, belum sempat pak Abraham mengetuk pintu, seseorang sudah membukanya lebih dulu.

"Vanova bagaimana kabarmu?" tanya pak Abraham.

Wanita itupun memeluk pak Abraham, terlihat ramah dan menyenangkan.

"Abraham sudah lama sekali kau tidak berkunjuk ke sini" ucap wanita itu yang terlihat sangat baik dan ramah

Wanita itu pun mengalihkan tatapannya ke arah lisa dan ibu, sambil melepaskan pelukannya dari pak Abraham, ia mendekat ke arah Lisa dan ibunya.

"Oh..kalian pasti penghuni baru disini, aku sangat senang mempunyai tetangga baru, perkenalkan namaku Vanova regirates" ucap wanita itu dengan senyum yang sangat indah.

"Perkenalkan saya Romaria dan ini anak saya Lisa, senang bertemu dengan anda," ucap ibu.

Vanova pun merangkul ibu dan Lisa untuk di persilahkan masuk ke rumahnya.

"Ayolah rumahku sudah menunggu kalian," ucap Vanova.

Mereka pun masuk ke dalam, saat Vanova ingin menyiapkan teh namun ibu menolak dan memberitahunya bahwa mereka sudah banyak minum sebelumnya, akhirnya mereka pun mulai berbincang tentang banyak hal, Vanova memberitahu mereka bahwa dia adalah seorang pembuat cermin, dan tidak heran kalau di rumahnya banyak sekali cermin yang terpajang, karna ingin cepat selesai melakukan kunjungan ke semua tetangganya, ibu berpamitan karna harus kengunjungi tetangga lainnya.

"Vanova sepetinya saya harus berpamitan karna harus mengunjungi rumah lainnya," ucap ibu.

"Baiklah, sebenarnya aku ingin kalian disini lebih lama, tapi tunggulah sebentar aku punya sesuatu..." ucap Vanova yang beranjak dari duduk nya dan mengambil sesuatu.

Vanova mengambil cermin kecil berwarna merah dan memberikannya pada Lisa.

"Anak cantik aku ingin kamu menerima ini," ucap Vanova.

"Gak usah bu, saya gak mau merepotkan," ucap Lisa.

"Terima saja, saya akan sangat senang kalau kamu mau menyimpan dan menjaganya," ucap Vanova.

"Kalo begitu saya terima, terima!kasih dan maaf sudah merepotkan," ucap Lisa.

Vanova pun memeberikan pelukan hangat untuk ibu ibu sambil berkata, "Detanglah kapan pun kau butuh teman."

"Terima kasih, kau sungguh orang yang baik," ucap ibu.

Lalu mereka keluar dan mulai berjalan menuju rumah sekanjutnya diiringi lambaian tangan Vanova di depan pintu, Lisa merasa sangat senang dengan cermin yang di berikan Vanova, berjalan menuju rumah selanjutnya, pak Abraham memberitahu kami bahwa rumah nomor enam dihuni oleh seorang bernama Roland san diego seorang pria tua yang tinggal seorang diri, ia adalah seorang pensiunan tentara.

Saat tiba di halamnnya ternyata Roland terlihat sedang bersantai di kursi goyangnya.

"Pak Roland.." ucap Pak Abraham.

Roland pun memalingkan pandangannya ke arah mereka lau berdiri dari kursi goyangnya

Bukannya menyambut, pria tua itu terlihat tidak senang saat mereka mendekat ke arah rumahnya.

"Apa yang kembuat kalian datang kesini!" ucap Roland.

"Aku hanya ingin mengantar tetangga baru kita berkenalan," ucap Abraham.

"Sayangnya aku tidak tertarik dengan hal itu," ucap Roland.

"Ayolah apa kau tidak ingin punya teman," ucap pak Abraham.

Lalu dengan tatapan dingin ia berkata, "Aku tidak butuh siapapun, pergilah!!!"

Karna tidak ingin membuat situasi menjadi semakin rumit mereka meninggalkan rumah nomor enam dan pergi kerumah terakhir, situasinya benar-benar membuat ibu dan Lisa jadi tak karuan, namun mereka harus tahan karna tinggal satu rumah lagi yang hatus mereka kunjungi dan mereka bisa menyelesaikan semua ini.

"Orang itu memang brengsek! pantas saja dia hidup sendiri, kalian jangan hiraukan dia," ucap pak Abraham.

"Sudahlah pak Abraham, kita tidak tau apa yang dialaminya sampai dia bersikap seperti itu, saya tidak mau ambil pusing," ucap ibu.

Sampailah mereka di rumah terakhir, rumah nomor tujuh milik seorang pria bernama William degrafft.

pak Abraham mengetuk pintu beberapa kali, namun tidak ada jawaban, sempat mengira tak ada orang di rumahdan berniat untuk menyelesaikan kunjungan ini namun tepat di belakang mereka seorang pria muncul.

"Ada yang bisa saya bantu?" ucap pria itu.

Lisa dan ibunya pun dibuat kaget dengan kehadiran pria itu di belakangnya, pria itu berdiri tegak dan badannya sangat kaku.

"Maaf jika aku mengagetkan kalian, nama aku William degrafft," ucap pria itu.

"Hey will tetangga barumu ingin menyapa, kau tau rumah kalian sangat dekat bukan?" Ucap pak Abraham.

"Oh.. tentu aku sangat senang kalian disini" ucap William.

"Perkenalkan saya Romaria dan ini anak saya Lisa, senang bertemu dengan mu," ucap ibu.

"Aku sungguh ingin menyambut kalian secara layak, namun sayangnya aku punya pekerjaan yang harus kuselesaikan," ucap William.

"Oh tidak apa-apa kami hanya ingin mengenal tetangga kami, maaf menggangu waktumu," ucap ibu.

"Baiklah sampai jumpa" ucap William sambil berjalan masuk kerumah nya.

Lisa sedikit takut dengan William karna cara berjalan nya pun terlihat aneh dengan senyum kecil yang tak pernah hilang dari wajahnya.

Akhirnya mereka sudah menyapa semua tetangganya, walaupun tidak berjalan terlalu baik namun Lisa dan ibunya cukup senang karna beberapa tetangganya adalah orang yang baik.

"Bu Romaria saya harus segera pulang," ucap pak Abraham.

"Baiklah pak Abraham, terima kasih banyak atas ketersediaan anda mengantar kami, saya dan anak saya sangat senang hari ini," ucap ibu.

"Oh saya senang mendengarnya, hubungi saya jika kalian butuh sesuatu," ucap pak Abraham.

Ibu dan lisa pun masuk ke dalam rumah, lalu Lisa memasang cermin pemberian Vanova di kamarnya, Lisa sangat senang karna cermin itu punya ukiran yang bagus di frame nya, saat sedang bercermin Lisa teralihkan oleh suara gongongan anjing dari luar rumah, ia pun melihat dari jendela ternyata ada William yang sedang berjalan menuju ke arah danau, jalannya sangat aneh dan membuat Lisa sangat takut melihatnya, tak lama kemudian William berhenti dan membalik tubuhnya, sepertinya ia sadar sedang di perhatikan oleh Lisa, saat melihat wajahnya Lisa sangat kaget karna senyumnya sangat menyeramkan sampai-sampai matanya hampir tertutup oleh senyumnya yang sangat lebar, Lisa bersembunyi karna William sepertinya sadar sedang di perhatikan, Lisa pun memberanikan diri untuk melihanya lagi namun Willliam sudah tidak ada disana.

Setelah itu Lisa pergi ke kamar ibu dan bersiap-siap untuk pergi tidur.

"Lisa besok ibu mau pergi ke luar beli charger ya, kamu mau ikut?" tanya Ibu.

"Iya bu,Lisa ikut, sumpek dirumah terus ibu sekalian mau belanja bahan pokok bukan?" ucap Lisa.

Ibu terdiam sejenak tidak menjawab ucapan Lisa

"Ibu kenapa?" tanya Lisa.

"Iya Lisa, ada yang aneh!" hawab ibu.

"Aneh? Apa yang aneh bu?" tanya Lisa.

"Kamu inget kan kita kesini gak bawa makanan apapun, dan kulkas kita udah penuh dengan bahan makanan."

"Iya bu, Terus kenapa?"

"Stok makanan di kulkas gak habis-habis selalu penuh tiap ibu liat," ucap ibu

Lisa merasa bingung harus bilang apa, tapi mana mungkin hal itu bisa terjadi, namun ibu meyakinkan Lisa bahwa kulkas mereka selalu terisi penuh tak peduli seberapa banyak pun ibu mengambilnya.

"Ko bisa gitu ya bu?"

"Ibu juga gak tau, padahal hari pertama aja ibu masak banyak banget dan bahan makannya di kulkas tinggal nyisa seberapa, tapi besoknya udah penuh lagi," ucap ibu.

"Aneh ya bu, tapi perasaan juga semenjak Lisa tinggal disini ko jadi gampang lapar ya bu," ucap Lisa.

"Ibu kira cuma ibu aja yang ngerasain kaya gitu, ternyata kamu juga ya, udah lah gak usah difikirin yang penting sekarang kita masih bisa tetap hidup dan punya tempat tinggal," ucap ibu.

"Apa mungkin ada yang salah sama perut kita bu," tanya Lisa.

"Ngga mungkin Lisa, buktinya kita sehat-sehat aja, udah deh kita tidur, jangan mikirin macem-macem,"

"Iya bu lisa mau ambil minum dulu."

Lisa pun keluar dari kamar ibu menuju dapur, saat melewati kamarnya yang kini kosong tiba terdengar seperti sesuatu terjatuh di ruangan itu, karna penasaran ia pun masuk untuk memeriksa, namun cermin yang di berikan Vanova terlihat ada di lantai, padahal Lisa ingat berul sudah menggantungnya di dinding, Lisa pun mendekat dan meletakan cermin itu di meja, namun karna meletakan dengan posisi yang tak sesuai cermin itu jatuh dan terbanting ke lantai hingga pecah, secara bersamaan terdengar teriakan yang sangat keras dari luar rumah, suaranya memecah keheningan malam, ibu pun terbangun mendengar suara teriakan itu dan menghampiri Lisa yang sedang merapikan cermin yang pecah.

"Lisa kamu denger orang teriak gak?" tanya Ibu.

"Iya bu deger, keras banget suaranya," ucap Lisa.

Ibu pun melihat lisa yang sedang menyapu cermin uang berserakan di lantai, "Kenapa cermin kamu?"

"Tadi jatuh bu dari atas meja, padahal lisa suka banget sama cermin ini," ucap Lisa.

"Aduh.. kamu gak hati-hati sih, kalau Vanova tanya kan gak enak jadinya," ucap ibu.

"Iya bu gimana dong bu lisa jadi gak enak"

"Yaudah gpp kamu rapihin pecahan cerminnya, jangan sampai kena tangan," ucap ibu.

Lisa pun membereskan pecahan cermin itu dan pergi menuju dapur untuk mengambil minum, sesampai di dapur terdengar ketukan dari pintu depan, Lisa bertanya-tanya siapa yang bertamu di malam hari, namun karna penasaran Lisa berusaha memberanikan diri untuk membuka pintu dan saat pintu di buka ternyata Vanova yang datang mengunjungi mereka.

"Bu vanova, ada apa ya?" Ucap Lisa.

Vanova tak menjawab pertanyaan Lisa, dari wajahnya sepertinya dia sedang tidak baik-baik saja, terlihat begitu kesal dan nafasnya pun terengah-engah.

"Dimana cerminku!!!" ucap Vanova dengan wajah yang sedikit terangkat.

"Cermin ..itu....ada ko..." ucap lisa yang terbata-bata.

"PEMBOHONG!!! KAU MENGHANCURKANNYA BUKAN!!!"

Walau merasa bingung bagaimana Vanova bisa mengetahuinya, Lisa berusaha meminta maaf, "Maaf bu vanova saya tidak sengaja memecahkannya,"

"KAU ANAK BODOH! JIWA MU KOTOR DAN HARUS DI SUCIKAN DI NERAKA!"

Lisa yang merasa mulai sedikit ketakutan menjauh dari pintu dan tak terima dengan ucapan Vanova lisa mencoba membela diri.

"Kau tidak pantas berkata seperi itu, kau bukan tuhan!" ucap Lisa.

Vanova pun tersenyum sambil berkata, "Tau apa kau tentang tuhan? Dia tidak akan melindungimu dari keburukan yang akan datang kepadamu,"

Karna mulai merasa sangat ketakutan Lisa pun memanggil ibu, "Ibuuuuu......buuuuuu...."

Ibu pun berlari menuju ke arah Lisa.

"Ada apa Lisa, kamu kenapa?liat ibu!" ucap ibu yang panik.

"Bu Vanova datang, dia marah,"ucap Lisa sambil menunjuk ke arah pintu.

Namun ternyata tidak ada siapaun di depan pintu, dan ibu berusaha menenangkan Lisa.

"Tadi bu Vanova datang bu dia tau cerminnya pecah, dia bilang Lisa bodoh, katanya jiwa Lisa kotor," ucap Lisa sambil menangis.

"Ya ampun, kalau memang bener Vanova mengatakan hal seperti itu, ibu akan menemui dia besok, dan mengganti kaca yang pecah, keterlaluan!" ucap ibu.

Walaupun ibu merasa bingung mengapa Vanova bisa tau cerminya pecah, namun ibu terlanjur kesal karna ucapannya benar-benar kasar, setalah itu ibupun menutup pintu dan mereka pun bersiap untuk tidur, Lisa yang masih terbayang dengan ucapan Vanova dan ters memikirkannya, hal itu membuatnya sulit untuk memejamkan matanya, Lisa merasa bahwa tak seharusnya Vanova berkata seperti itu hanya karna sebuah cermin yang dipecahkan secara tidak sengaja, lagipula itu hanya cermin.

Pagi pun tiba, di pagi hari saat Lisa belum bangun ibu berniat untuk menemui Vanova, untuk menanyakan perihal apa yang kisa katakan, pergilah ibu kerumah Vannova, sesampainya di depan rumahnya, ibu mulai mengetuk pintunya, namun tidak ada jawaban sama sekali, saat ibu berpaling dan berniat untuk pulang pintu pun terbuka, ibu menyapanya dan mulai mebicarakan masalah yang Lisa katakan.

"Hey Vanova aku ingin bertanya apakah kau kerumahku tadi malam dan mengatakan sesuatu pada anak ku?" tanya ibu.

Vanova tidak menjawab, wajahnya sangat kesal dan itu membuat ibu sedikit jengkel terhadapnya.

"Dengar, aku ingin bertanya kenapa kamu bisa tau kalau cermin yang kau berikan pada anaku pecah?" Tanya ibu.

Vanova tetap terdiam membisu dengan tatapan yang sangat kesal.

"Aku tak punya waktu untuk ini, biarkan aku mengganti cermin yang kau berikan pada anakku, tega-teganya kau mengatakan hal yang tidak pantas terhadap anakku, itu hanya sebuah cermin!!!" ucap ibu sambil mengambil uang.

Vanova pun mulai berbicara "Cermin itu adalah bagian dari ku, kau dan anakmu sama kotornya, kalian layak membusuk di neraka!!!" ucap Vanova dengan mata yang melotot.

"Beraninya kau berkata seperti itu hanya karna sebuah cermin, ambil uang ku berapa yang kau mau!!!" ucap ibu sambil memegang uang.

"BAYAR DENGAN JIWAMU!!!!!!!!!!!" Ucap Vanova lalu membating pintu dengan kerasnya.

Ibu sedikit terguncang karna kejadian itu, ibu oun berjalan kembali kerumah dengan keadaan sangat kesal, saat sampai dirumah Lisa sedang berada di ruang tamu.

"Ibu dari mana, tadi bu Vanova datang, dia minta pecahan cermin dan frame nya dikembalikan," ucap Lisa.

Ibu pun merasa bingung dengan apa yang dikatakan Lisa.

"Vanova? Maksud kamu apa?" tannya ibu.

"Bu Vanova kesini, mukanya masih kesel kayanya, dia minta frame dan pecahan cermin nya dikembalikan untuk di bawa pulang," ucap Lisa.

"Lisa maksud kamu apa? Ibubaru saja menemui Vanova di rumahnya, mana mungkin dia kesini saat ibu berbincang dengan dia disana," ucap ibu.

Lisa pun terdiam merasa aneh dengan ucapan ibu.

"Tapi bu..."

"Udah jangan bahas wanita itu lagi, ibu gak mau kenal orang itu, dia wanita yang jahat," ucap ibu.

Mereka pun bersiap-siap untuk pergi, mencoba melupakan semua yang terjadi, karna jika terus di fikirkan hanya akan membawa rasa kesal di kepala mereka, sebelum berangkat mereka berharap fikiran mereka jadi lebih baik setelah pergi jalan-jalan.

Terpopuler

Comments

Maryani

Maryani

waaaah seyeeeem. nih komplek isinya iblis semua kali yaaak.

2021-12-30

1

indri yani

indri yani

Dah mulai menakutkan...

2021-12-29

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!