Ikhlas adalah kata yang mudah diucapkan namun sulit dilakukan. Begitupun dengan yang dijalani Gita. Tidak mau semakin terpuruk dan menyalahkan takdir, Gita berusaha ikhlas menerima takdirnya sebagai istri yang tidak diinginkan. Dia akan mengikuti kemana takdir akan membawanya.
Pagi ini Gita bangun lebih awal. Seperti biasa, dia akan mengerjakan pekerjaan rumah terlebih dahulu. Semalaman dia berfikir tentang masalah rumah tangganya. Bertanya tanya apakah dia harus mengkhiri semunya atau masih bertahan. Dan ikhlaslah jawaban yang dia putuskan. Dia tidak ingin menyerah, biarlah orang mengatakan dirinya bodoh. Gita akan berusaha meraih hati suaminya. Setidaknya, dia ingin dicintai walau sekali saja.
Satu hal yang Gita yakini, Allah tidak akan memberikan cobaan melebihi batas kemampuan hamba-Nya. Jika dia diberi cobaan seperti ini, artinya Allah menganggap Gita mampu. Langit tidak selamanya mendung, dan akan ada pelangi setelah hujan. Dia yakin, suatu saat kesabarannya akan membuahkan hasil. Lagipula, Allah menjanjikan surga bagi istri yang ikhlas di poligami.
Setelah membereskan seluruh rumah dan membuat sarapan makanan kesukaan Danar. Gita kembali ke kamarnya, untuk bersiap kerja.
*****
Setelah blous dengan celana kain, begitu pas dibadannya. Gita terlihat cantik, sayangnya, nasibnya tak secantik rupanya. Setelah merasa dirinya siap, Gita keluar kamar bertepatan dengan Danar dan Tari yang juga keluar kamar.
"Mas ..., aku sudah membuat sarapan makanan kesukaanmu!!", Danar bergeming. Dia menggandeng tangan Tari melewati Gita begitu saja.
Perempuan itu kembali menghela nafas, namun tak urung ikut turun ke bawah.
Danar dan Tari sedang menikmati sarapan buatannya. Keduanya sesekali saling melempar senyum dan mengabaikan keberadaannya.
"Mas ..., aku pamit kerja dulu!!", Gita hendak meraih tangan suaminya, namun langsung ditepis oleh Danar.
"Jangan pernah menyentuhku!!", Gita menatap suaminya sendu. Bahkan untuk mencium tangannyapun Danar tidak mengijinkannya.
Mencoba berbesar hati, Gita hanya bisa menatap suaminya.
"Satu lagi, mulai hari ini, kamarmu dibawah. Nanti aku akan menyuruh orang memindahkan barang-barangmu!!", Gita hanya mengangguk pasrah sementara Tari terlihat tersenyum mengejek kearahnya.
****
Mobil yang dikendarainya melaju membelah jalanan yang masih cukup lenggang. Pikiran wanita itu mengelana, cerita hidupnya mirip novel yang pernah dia baca. Bedanya, dinovel tersebut, tokoh wanita sudah memiliki empat putra. Sementara dirinya masih gadis yang belum tersentuh. Patutlah dia bersyukur, setidaknya, ceritanya tidak setragis novel yang dibacanya. Jalanan yang cukup lengan membuatnya tiba lebih cepat. Suasana kantor masih sepi, tentu saja karena jam masuk masih satu jam lagi.
Gita menaiki lift menuju lantai 10. Ruangannya berada didepan ruang CEO, lebih tepatnya. Didalam ruang CEO yang tersekat tembok kaca. Saat hendak duduk, Gita tak sengaja melihat Dirga sudah berada diruangannya. Entah jam berapa pria itu datang, bosnya tampak sibuk dengan beberapa tumpukan berkas. Melihat hal itu Gita berinisiatif menghampiri bosnya
"Anda datang lebih awal pak?", sapa Gita. Dirga hanya menoleh sekilas lalu kembali sibuk dengan berkasnya
"Apa anda mau saya buatkan kopi?", tawarnya lagi
"Sekalian buatkan aku sarapan. Aku belum memakan apapun!", jawabnya datar
Gita menatap Dirga, dia bertanya-tanya, apa setiap hari pria itu seperti ini. Entahlah, bukan urusannya juga.
"Kau datang sepagi ini, apa suamimu tidak masalah?", Gita menatap Dirga ," Maksudku, apa kau tidak melayani suamimu dirumah?",
"Itu masalah pribadi pak, dan saya tidak mau menjawabnya!", jawab Gita dengan nada tak suka
Dirga hanya mengangguk
"Saya permisi dulu pak!!", Gita akan keluar dari ruangan bosnya.
"Kau mau kemana?", tanya Dirga heran
Gita menaikkan sebelah alisnya, apa bosnya ini lupa telah memerintahkan dia apa.
"Bukankah anda meminta saya membuat sarapan?. Saya akan ke pantry!!", jawab Gita polos
Dirga tersenyum
"Kau lihat pintu itu?", Dirga menunjuk sebuah pintu yang berada disebelah ruangan Gita, "Kau bisa membacanya kan?"
Gita bengong sambil menatap tulisan pantry didepannya. Ish, kenapa dia tidak menyadaei hal itu. Sungguh dirinya malu sekali.
"Saya memang akan kesana pak!", ucapnya langsung pergi,
"Dia pasti malu sekali!", ucap Dirga berbicara sendiri
****
Tari mengantar Danar hingga ke teras,
"Maafkan aku mas, siang ini aku tidak bisa mengantar makan siang untukmu. Mama datang mengunjungiku!", ucapnya manja
"Tidak apa sayang ..., sampaikan salamku pada mama. Berapa lama dia di Indonesia?",
"Mungkin dua sampai tiga hari. Papa sedang keluar Negeri, jadi mama menyempatkanndiri kenemuiku!", jawab Tari
"Baiklah, pergilah bersama mama. Kaunpasti merindukannya kan?",
"Kau memang suami pengertian. Aku semakin mencintaimu!!", Tari mengecup pipi suaminya
"Tidak ada yang gratis. Nanti malam kau harus melayaniku sepuasnya!", jawab Danar tersenyum
"Kau memang pamrih!!", Tari mencolek hidung suaminya
"Karena kau terlalu sayang untuk dianggurkan!!",
Tari bergelayut manja dilengan suaminya. Tak lupa memberikan kecupan dibibir pria tampan tersebut.
"Kau pasti menginginkan sesuatu kan?", tanya Danar yang hafal gelagat istri mudanya
"Sudah lama aku ingin membuka butik. Sayangnya, modalnya kurang. Jika ....!",
"Aku akan segera menyiapkannya!", potong Danar cepat, tentu saja wajah Tari langsung berseri. Danar selalu memberikan apa yang dia mau, sebulan lalu saja Danar baru membelikannya satu set berlian limited edition dengan harga hampir 3M.
"Terima kasih sayang ..., aku semakin, semakin mencintaimu!", ucapnya senang,
"Nanti aku carikan tempat untuk butikmu. Dan untuk modalnya, tinggal kamu sebutkan saja. Aku akan mentransfernya nanti!",
Selain tampan dan royal, Danar adalah pria idaman banyak wanita. Sungguh beruntung Tari menjadi istrinya. Menjadi satu-satunya wanita yang dicintai Danar. Bahkan kehadiran Gita sebagai istri pertama tak berperngaruh apapun untuknya.
"Kamu selalu menjadi yang terbaik. Terima kasih sudah menjadikanku wanita paling beruntung didunia ini!",
"Aku akan selalu membahagiakanmu. Karena kau wanita yang aku cintai!!",
Dua insan itu berpelukan, hingga akhirnya Danar masuk kedalam mobil lalu menjauh pergi.
****
"Masakanmu enak. Suamimu sangat beruntung bisa menikmatinya setiap hari. Dan tentunya juga beruntung memiliki istri sepertimu!", puji Dirga
"Terima kasih pujiannya pak. Tapi kalau bisa, jangan selalu menyebut suami saya. Kita berada di kantor jangan mengaitkan dengan masalah pribadi!!", sahut Gita tegas
"Maaf kalau kau risih dengan ucapanku!", Gita hanya mengangguk
Dirga kembali tersenyum,
"Apa hidupmu bahagia?", ucap Dirga disela kunyahannya
"Anda mengatakan sesuatu??", tanya Gita
"Tidak..., kau boleh keruanganmu sekarang. Semua tugasmu sudah ku taruh di meja. Tolong atur ulang jadwalku, kosongkan untuk lusa!", perintah Dirga. Gita mengangguk lalu kembali ke ruangannya.
****
Jam sudah menunjukkan pukul lima sore, artinya jam kerja telah usai. Gita segera menutup laptopnya dan bersiap untuk pulang. Dirga telah meninggalkan kantor setelah pertemuannya dengan klien tadi siang. Jadi Gita tak harus pulang terlambat karena menunggu pekerjaan bosnya selesai. Karena sesuai perjanjian kerja yang sudah dia tanda tangani. Gita tidak diperkenankan pulang sebelum Dirga pulang. Sepertinya peraturan itu baru, sebab Gita baru mengetahuinya. Entahlah, Gita tak mau memusingkan itu. Toh dirinya pulang atau tidak, sama saja bagi Danar.
Wanita cantik itu mengemudikan mobilnya menuju rumah. Walau sebagai istri yang tidak dianggap, dia tetap akan menjalankan kewajibannya. Gita tidak sabar untuk memasak makan malam kesukaan suaminya.
****
"Sayang pelan ih ...!", racau Tari
Gita membeku, baru saja sampai di rumah, dia langsung disuguhi pemandangan hot suami dan madunya. Lagi-lagi menghela nafas dalam, Gita melangkah pelan tanpa menghiraukan dua insan yang bajunya sudah berantakan itu.
"Git, tidak usah memasak untuk makan malam. Kami akan dinner diluar!", ucap Tari disela ciumannya dengan Danar. Gita hanya mengangguk pelan.
"Kau bisa langsung istirahat. Barang-barangmu sudah ada dikamar tamu?!", ucap Danar dingin
Gita menatap Danar sendu. Bibir pria itu agak bengkak juga terdapat beberapa kissmark dilehernya. Hatinya nyeri, tentu saja. Jika saja Danar bisa adil, pasti Gita tak akan sesakit ini. Sayangnya ..., dunia dan cinta Danar hanya untuk Mentari.
"Sayang ..., masih ada waktu. Ayo kita kekamar, aku akan memuaskanmu!!", Tentu saja Danar langsung mengiyakan. Setelah membenahi pakaiannya, dia menggendong Tari dan melewati Gita begitu saja.
Gita tertawa miris, salahkan jika dia iri melihat kemesraan mereka?. Salahkan jika dia juga ingin dicintai dan disayangi. Tapi sepertinya itu mustahil, Gita hanya bisa berdoa dan yakin suatu suatu saat Danar akan memperlakukannya sama dengan Tari.
Dia memilih masuk kedalam kamar, lalu merebahkan dirinya. Sepertinya tidur akan sedikit mengurangi luka bathinnya.
****
Gita mengerjapkan mata, kamarnya terlihat gelap. Dia menekan lampu kamar dan melihat jam yang ternyata sudah menunjukkan pukul depalan. Perempuan itu bangun lalu berjalan kekamar mandi untuk membersihkan diri.
Badannya sudah terasa lebih segar, tak lupa dia mengoleskan body lotion di tubuhnya. Perutnya mulai berdemo, Gita ingat jika dia belum.makan malam. Dengan memakai baju rumahan, dia berjalan kedapur. Karena malas memasak, Gita mengambil mi instan dirak atas.
"Jangan hanya melamun sayang ....!",
Gita menoleh dan terkejut melihat kedatangan mertuanya.
"Ma-mama ....!", ucap Gita gugup
Anisa berjalan mendekat lalu memeluk menantunya dengan lembut.
"Apa kabar sayang?", tanya Anisa
"Baik ma!", jawab Gita membalas pelukan mertuanya
"Kamu belum makan malam?", Gita menjawab pertanyaan mertuanya dengan anggukan
"Mama membawakanku makam malam. Jangan makan mi instan, tidak baik untuk kesehatanmu!!",
Anisa menuntun Gita untuk duduk di meja makan. Lalu membuka rantang yang dia bawa.
"Makanlah ..., mama memasak ini khusus untukmu!!", Gita mengangguk lalu memakan masakan mertuanya dengan lahap. Anisa memperhatikan menantunya, jujur dia merasa bersalah karena menikahkan Gita dengan putranya.
"Maafkan mama!", ucap Anisa menyesal
Gita menghentikan makannya lalu menatap sang mertuanya, ada raut bersalah dan kecewa disana.
"Ma ....!",
"Maafkan perbuatan Danar. Mama sangat menyayangkan apa yang dia lakukan. Tapi semua diluar kendali mama, jika saja ....!",
"Ma ..., semua bukan salah mama. Ini sudah takdir yang harus Gita jalani. Mungkin sekarang mas Danar masih belum membuka hatinya untukku. Tapi aku yakin, suatu saat dia akan menyayangiku!", potong Gita ,
"Kau memang wanita berhati mulya nak. Tidak salah mama memilihmu sebagai menantu. Mama yakin Danar akan menyesal telah menyia-nyiakan istri sebaik dirimu!. Mama hanya bisa mendoakanmu dan meminta kamu tetap kuat. Mama akan selalu ada untukmu, mama akan selalu mendukungmu. Ceritakan apapun yang kamu lalui pada mama. Mulai sekarang, jangan merasa sendirian lagi. Jangan pendam sakitmu sendiri, berbagilah pada mama.", pinta Anisa. Gita tersenyum lembut,
"Aku masih bisa mengatasi semuanya ma. Ini hanya masalah waktu, aku yakin suatu saat mas Danar akan berubah!", jawabnya yakin. Anisa menggenggam tangan menantunya
"Ya ..., semoga saja. Mama yakin hanya kamu yang terbaik untuk putra mama. Bukan perempuan itu!", Gita tersenyum lalu menggeleng
"Ma, aku tahu mama menyayangiku, tapi mama tidak bisa mengingkari jika istri mas Danar bukan hanya aku. Sepertinya Tari wanita yang baik. Dia juga menantu mama, jadi mama juga harus menyayangi dia seperti mama menyayangiku!", ucap Gita lembut
"SAMPAI KAPANPUN, MAMA TIDAK AKAN MENGANGGAP DIA SEBAGAI MENANTU MAMA!!!",
Deg
*****
maaf baru up, masih nunggu feedback editor.
selamat membaca, jangan lupa like dan komennya
makasih
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
vie-cha
gita masih pngen d erlakukan sprti itu?emnang gak jijik?wlau suatu saat Danar bisa mencintai gita tapi gita udah liat dg mata kpla sndiri gmn suami ny bercinta dg tari,kok klo aq jijik y.mending pisah sblm d sentuh
2022-12-10
0
Upik Zuraidah Pasaribu
klo aq mah tinggal sama mamanya Danar aja, ngapain tinggal sama Danar, cuma makan ati
2022-03-17
0
Nova Lasari
semangat thor sukses
2022-02-19
0