I Am Supreme Teacher
Ah, seandainya Sistem masih berada di sini, aku rela bahkan jika dia memarahiku setiap hari. Sistem, apa kamu akan kembali lagi?
Di Tian menghirup udara dalam, hidungnya terasa masam ketika mengenang beberapa momen bersama Sistem di masa lalu. Di tangannya, ada sebuah lencana berbentuk lingkaran dengan kilau keemasan sebesar telapak tangan dan memiliki beberapa ukiran rune kuno di kedua sisinya. Di Tian secara alami memahami tulisan kuno tersebut, membuat dirinya tersenyum kemudian membacanya dengan suara pelan, "Dunia adalah seni."
Masih tercetak dengan jelas di ingatannya, dua puluh tahun yang lalu, dia bereinkarnasi ke dunia ini. Saat berpindah dunia, dia terikat dengan Sistem yang disebut Divine Art Book, sebuah Sistem tak tertandingi yang berjalan di jalur seni.
Melihat lencana itu Di Tian merasa rumit di dalam hati. Selama belasan tahun hidup bersama, dia sudah menganggap Divine Art Book seperti keluarga terkait darah. Lencana yang dipegangnya itu disebut Art Hermit Badge, sebuah bukti bahwa Di Tian telah menguasai berbagai jenis bidang seni. Di sisi lain, lencana tersebut juga merupakan salah satu dari dua hal terakhir yang diterimanya dari Sistem.
"Guru, makan siang sudah disiapkan."
Suara merdu seorang gadis muda memasuki telinga Di Tian, membangunkannya dari lamunan sentimental. Gadis itu bernama Xu Xianying, seorang iblis rubah yang didapatkannya dari Sistem sebagai hadiah kelulusan di bidang seni melukis. Bentuk manusia Xu Xianying berada di usia sembilan belas tahun. Kulitnya putih halus seperti salju, rambut hitam legam yang lurus hingga ke punggung, wajah cantik tiada tara yang selalu memasang ekspresi ramah, dan lekuk tubuh mempesona khas ras iblis rubah.
"Aku akan segera ke sana. Ah, Xianying, panggil Ye Shen juga, mari kita makan siang bersama."
"Baik," jawab Xu Xianying dari balik pintu kamar.
Menyimpan Art Hermit Badge ke dalam sakunya, Di Tian menghela napas. Meski ditinggalkan oleh Sistem yang juga dia anggap sebagai teman dan mentor, Di Tian tidak merasa sedih. Mungkin sedikit, namun sebagian besar adalah rasa sepi. Bagaimanapun juga Divine Art Book telah memberitahunya di awal bahwa dia akan melepaskan diri dari Host saat Host berhasil lulus semua bidang seni. Seni lukis, seni guqin (kecapi), seni pahat, seni sastra, seni bercocok tanam, seni kaligrafi, dan seterusnya dengan pengecualian seni vokal.
"Saatnya makan siang," gumamnya halus, kemudian beranjak menuju ruang makan.
Setelah kepergian Sistem, Di Tian bisa dikatakan cukup bisa menjalani hidup. Hari-harinya diisi dengan bercocok tanam, memancing, melukis, bermain guqin, atau bermain catur. Lama kelamaan Di Tian bosan akan rutinitas ini. Untungnya dia memiliki dua pelayan setia sehingga Di Tian tidak jarang bercanda dengan mereka untuk melewati waktu yang selalu luang.
Tiba di ruang makan, Di Tian melihat Xu Xianying sedang mengupas kulit buah dan begitu dia duduk, suara langkah kaki memasuki telinga Di Tian. Pemilik suara itu adalah Ye Shen, seorang iblis harimau yang juga didapatkan Di Tian dari Sistem. Ye Shen memiliki fitur manusia yang berada di usia awal dua puluhan. Fisiknya tegap dan sedikit lebih tinggi dari Di Tian. Wajahnya cukup tampan, namun yang paling menonjol di tubuhnya tentu otot kekar yang bersembunyi di balik jubahnya.
"Ada apa dengan raut wajahmu itu?" tanya Di Tian setelah melihat Ye Shen memasang muka masam.
"Guru, belakangan ini situasi di seberang penghalang semakin ramai. Saya takut hal ini menimbulkan ketidaknyamanan bagi Guru. Mohon izinkan Ye ini merawat mereka."
Mata Di Tian menyipit. Belakangan ini dia memang mendengar cerita dari kedua pelayannya bahwa banyak orang mulai mendatangi tirai penghalang dan beberapa diantaranya bahkan telah mencoba untuk menerobos secara paksa.
"Xianying, bagaimana menurutmu?"
Xu Xianying meletakkan pisau buahnya, "Guru, Xianying juga sependapat dengan kakak Ye. Setidaknya biarkan kakak menghampiri mereka, mengabarkan bahwa Gunung Tiandi telah memiliki pemilik dan orang luar yang dengan sengaja mencoba menerobos akan dihukum."
Mendengar pendapat kompak dari kedua pelayannya, Di Tian menggeleng tipis. Meskipun Divine Art Book tidak mengajarkan apapun mengenai teknik pertempuran, Di Tian tidak mengeluh karena gunung tempatnya tinggal merupakan sebuah dunia kecil yang terpisah dari dunia luar dan hanya penghuni asli gunung yang memiliki akses untuk keluar masuk dengan bebas. Gunung ini dia beri nama Gunung Tiandi.
Di Tian juga tidak takut akan ancaman dari luar selama dia tidak melangkah keluar dari Gunung Tiandi. Sistem telah memberitahu bahwa gunung ini tidak mudah terlacak oleh dunia luar. Namun seandainya ada beberapa tokoh tangguh yang mampu mendeteksi, mereka tetap tidak akan mampu untuk menerobos penghalang yang mengelilingi seluruh kaki gunung. Di Tian merasa lega setelah mendengar hal itu karena inilah yang dia inginkan, hari-hari penuh kedamaian.
Memang, selama tahun-tahun ini Di Tian beberapa kali turun gunung dan berhenti tepat di depan penghalang. Dia bisa mendengar dan melihat apa yang terjadi di luar penghalang yang berwujud seperti tirai plastik tembus pandang meskipun pemandangan di luar tidak begitu jelas karena pembiasan cahaya dari tirai tersebut. Sistem juga mengatakan bahwa penghalang tersebut memiliki ketinggian sembilan puluh ribu meter, hampir setinggi atmosfer lapis pertama di Nine Heavens.
Selama ini Di Tian tidak pernah meninggalkan Gunung Tiandi dan dia memiliki alasan bagus untuk itu. Nine Heavens merupakan dunia kultivasi, sebuah dunia yang dia ketahui bahwa yang kuat akan mendominasi yang lemah. Akan sedikit berbeda jika si lemah memiliki beberapa latar belakang menakjubkan atau memiliki lapisan koneksi yang kuat. Di Tian tidak memiliki kedua syarat itu. Dia hanyalah seorang seniman tanpa keahlian tempur sama sekali, apa yang bisa dilakukannya?
Selama acara makan siang, Di Tian yang sedari tadi memikirkan perkataan Xu Xianying akhirnya membuka pembicaraan, "Kalian berdua pasti mengetahui bahwa Nine Heavens adalah dunia yang penuh dengan kekerasan. Aku tahu kalian cukup kuat, namun bagaimana perbandingan antara kekuatan kalian dengan mereka yang berada di luar penghalang? Selanjutnya, kita tidak tahu apakah mereka termasuk pembudidaya lemah atau tidak. Lebih jauh lagi, bagaimana jika mereka memiliki latar belakang yang cukup mengesankan? Kita tidak boleh gegabah. Setidaknya di gunung ini kita tetap aman."
Setelah meletakkan sumpit dan menyeka bibirnya, Di Tian melanjutkan, "Akan tetapi jika mereka bersikeras untuk melakukannya, maka yakinlah bahwa Gunung Tiandi bukanlah tempat yang mudah untuk digertak!"
Saudaraku sesama rekan Taois, jangan lupa tinggalkan jejak Qi kalian di bawah ya.
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
Zoelf 212 🛡⚡🔱
mampir
2024-11-24
0
Ocincin
lanjutin thor 😔
2022-04-23
1
Sandy Zy
Ru mampir nih
2022-03-02
0