Arend kembali masuk ke dalam kamarnya setelah Kama sepupu sekaligus sahabatnya, pulang.
Pria itu menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang , berbaring telentang dengan mata yang menerawang ke langit-langit kamarnya. Ya, kalau boleh jujur, ada rasa nyeri yang menghampiri hatinya, kalau mengingat gadis yang dia harapkan selama ini bisa membalas perasaan, kini telah menikah dengan saudara kembarnya. Arend tersenyum tipis mengingat bagaimana dia merencanakan semua agar Calista dan Arick bisa menikah.
Flashback on
Arend begitu bahagia, begitu tanggal pernikahannya dan Calista sudah ditetapkan. Yang paling membuat dia bahagia adalah ketika gadis pujaannya dari kecil itu menyetujui untuk menikah dengannya,. walaupun dia tahu kalau perasaan Calista masih untuk Arick saudara kembarnya.
Ada satu hal yang mengganjal di dalam hatinya ketika mengingat hubungannya dengan Arick, sangat jauh belakangan ini, karena dia merasa Arick sangat kejam pada Calista. Arick selalu dingin pada Calista, dan selalu mengeluarkan kata-kata yang membuat Calista sedih dan tidak jarang sampai membuat wanita itu menangis.
"Kamu bisa gak jauh-jauh dariku? aku benar-benar risih kalau kamu terus-menerus mendekatiku. Kamu sadar gak sih, kalau kamu sudah membuat hari-hariku seperti punya hutang banyak, dan dikejar-kejar oleh debt kolektor? benar-benar merasa tidak nyaman tahu. Tolong menjauh lah dariku, dan jangan pernah berharap bisa menikah denganku karena aku tidak akan pernah mau menikah denganmu, aku tidak suka dengan perempuan sepertimu yang tidak punya malu, " itulah sebagian kata-kata menyakitkan yang terlontar dari mulut Arick pada Calista yang membuat dirinya marah dan bahkan sering kali hampir memukul Arick.
"Aku sudah mau menikah dengan Calista sebaiknya aku tidak boleh marahan lagi dengan Arick. Aku harus mengajaknya untuk berdamai," batin Arend seraya mengangguk-anggukan kepalanya.
Dengan langkah yang pasti dia berjalan menuju kamar Arick yang dia tahu pasti berada di dalam sana. Begitu dekat dengan kamar saudara kembarnya itu, lamat-lamat dia mendengar ada suara yang sedang berbincang di dalam sana, karena kebetulan pintu kamarnya tidak tertutup sepenuhnya. Arend awalnya mau langsung masuk, tapi dia menyurutkan langkahnya ketika dia mendengar mereka menyebut namanya.
"Rick, sebentar lagi Arend dan Calista akan menikah, apa kamu benar-benar gak merasa sedih?" dari suaranya , Arend tahu kalau itu adalah suara Kama. Kama yang usianya satu tahun di bawah mereka, tapi tidak pernah memanggil dirinya dan Arick, Kakak.
"Sedih? buat apa aku sedih? justru aku sangat senang Arend akhirnya bisa menikahi Calista," jawab Arick.
"Apa kamu yakin? kenapa aku merasa sepertinya kamu sedih ya? kamu juga mencintai Calista kan?" tebak Kama to the point.
"Tidak! dugaan kamu salah. Aku tidak mencintainya sama sekali." Arick membantah dugaan Kama.
"Kamu bohong, Rick. Kita sudah saling mengenal dari kita kecil dan aku bisa lihat dari matamu kalau sebenarnya kamu memiliki perasaan pada Calista. Iya kan?" desak Kama, meminta Arick untuk jujur.
"Iya, aku memang mencintainya, tapi aku bisa apa? Arend juga mencintainya, kan? Bukannya sebagai seorang kakak, aku itu harus mengalah? aku tidak mau, melihat adikku sendiri sedih di tengah kebahagiaanku."
Karena Kama yang terus mendesak, akhirnya Arick secara tidak sadar, mengungkapkan isi hatinya.
"Kamu tahu, setiap aku bersikap dingin dan ketus pada Calista, aku merasa sangat bersalah, Kam. Tapi aku berpikir, hanya dengan cara seperti itulah supaya Calista menjauhiku dan sadar, hanya Arend yang ada untuknya." tutur Arick dengan wajah sendu. Arend bisa melihat dengan jelas, raut wajah sedih Arick dari tempat dia berdiri.
"Tapi, apa kamu pikir sikap yang kamu tunjukkan selama ini, bisa merubah perasaan Calista? aku rasa tidak. Dia tetap mencintaimu, Rick.
Arick tersenyum tipis. Pria itu terlihat menarik napas dalam-dalam, kemudian mengembuskan nya kembali ke udara dengan cukup panjang.
"Aku tahu itu. Karena itu aku memutuskan, setelah mereka menikah, aku akan pindah ke luar negri untuk beberapa saat, agar aku tidak pernah bertemu dengan mereka berdua. Supaya mereka berdua bisa menghabiskan waktu berdua, dan Calista bisa belajar mencintai Arend. Karena setelah aku pikir, jika aku masih bisa bertemu dengan mereka berdua, Calista akan sulit untuk membuka hatinya pada Arend, Kam."
Arend tercenung, berdiri terpaku di tempatnya. Ada rasa bersalah yang muncul ketika dia mengingat bagaimana dia marah-marah pada Arick, mengumpatinya dengan kata kasar, setiap kali dia, melihat Calista menangis karena saudara kembarnya itu.
"Ternyata inilah alasan kenapa kamu tidak pernah membalas umpatanku, Rick. Ternyata kamu sengaja melakukan hal jahat pada Calista, untuk mendekatkanku dengan dia. Kamu mengorbankan perasaanmu, demi melihatku bahagia. Ternyata akulah yang menjadi penghalang kalian untuk bersatu selama ini." batin Arend sambil memutar tubuhnya, melangkah meninggalkan kamar Arick.
Tbc
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
C2nunik987
rumit ternyata dua duanya mencintai Calista dan Calista mencintai Arick ......jd arend dan Arick saling berkorban sbnrnya utk kebahagiaan saudara kembar 😍😍😍
2024-06-27
0
Sani Srimulyani
nah kan bener dugaanku.
2023-12-21
0
Siti Nurjanah
oh ternyata begitu ceritanya arend meninggalkan hari pernikahan nya. dan tau kalau arick juga mencintai Calista
2022-07-28
0