Begitu dia masuk kamar, matanya langsung bersirobok dengan mata Calista. Untuk beberapa saat mereka saling menatap, sebelum akhirnya Calista menyerah dan langsung menundukkan kepalanya.
Tubuh Arick seketika panas dingin, melihat penampilan Calista yang menurutnya cukup berani dan bisa memancing libido seorang pria normal seperti dirinya. Bagaimana tidak, wanita yang kini sudah menjadi istrinya itu mengenakan lingerie berwarna kuning gading yang sangat kontras dengan kulitnya.
Arick menarik napas dalam-dalam berusaha menahan gejolak kelaki-lakiannya yang ingin menyergap tubuh Calista.
"Kenapa kamu menundukkan kepalamu?" Arick buka suara di sela-sela napasnya yang memburu.
Calista kembali mengangkat kepalanya menatap ke arah Arick, pria yang dia cintai dan kini sudah menjadi suaminya. Mengingat kata suami, senyum Calista langsung terbit menghiasi bibirnya.
"Tadi kamu menunduk sekarang kamu senyum-senyum. Apa otakmu sudah geser karena ditinggal kabur sama Arend?" Arick menduga-duga.
"Emm, nggak kok Kak. Aku justru senang kak Arend kabur, jadi aku bisa menikah dengan Kakak. Eh bukan kakak deh. Sekarang enaknya panggil apa ya? Mas, Sayang, Honey, bebeb, suamiku atau cinta? menurutmu apa?"
Mata Arick membesar dan mulut terbuka, melihat Calista yang sudah kembali ke karakter aslinya. Wanita itu kini terlihat heboh sendiri, memikirkan panggilan mereka.
Inilah dia Calista yang sebenarnya. Sikapnya perpaduan sikap Calvin dan Cantika orang tuanya.
"Emm, Sayang kenapa bengong? Calista cantik ya? baru tahu ya? Sayang aja yang gak sadar selama ini." Calista berbicara dengan begitu riangnya dan penuh percaya diri.
Arick tidak menjawab sama sekali. Pria itu hanya menggelengkan kepalanya, sambil melangkah menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.
Selepas Arick masuk ke dalam kamar mandi, air mata wanita itu, langsung menetes membasahi pipinya. Dia merasa sedih ketika dengan jelas dia mendengar apa yang dibicarakan oleh Arick dan Arend. Arick berkata dengan jelas kalau dia tidak mencintainya sama sekali.
"Ihh, aku tidak boleh menangis. Aku seharusnya bahagia kan sekarang. Hmm sebaiknya aku menata ulang, ranjang itu. " Calista, dengan sigap, membentuk pola hati dengan kelopak bunga mawar yang sudah tidak jelas bentuknya itu.
"Wah, capek juga ternyata." gumamnya ketika dia berhasil menata kembali. Setelah itu, dia turun dari atas ranjang, untuk bisa melihat lebih jelas hasil yang dia kerjakan.
"Kok miring begitu sih? Lebih tinggi sebelah sini. Hmm, bentuknya seperti rasa cintaku dan Kak Arick. Yang bengkokannya lebih tinggi itu rasa yang ku punya, dan yang lebih rendah itu, rasa cinta kak Arick." gumam Calista, terkekeh sendiri dengan pemikiran yang dia buat sendiri.
"Hmm, harusnya yang lebih rendah itu, warna kelopak mawarnya putih dan dicat hitam. Kan Kak Arick tidak ada rasa untukku." Calista kembali berbicara pada dirinya sendiri, dan tidak menyadari kalau apa yang dari tadi dia katakan didengar oleh Arick yang sudah berdiri di belakangnya.
"Ehem!" Arick berdeham, membuat Calista tersentak kaget dan langsung memutar tubuhnya.
Mata Calista membola melihat Arick yang berdiri di belakangnya dengan tubuh yang hanya berbalut seutas handuk saja, hingga membuat roti sobek pria itu terlihat seksi di mata Calista.
"Hei, kenapa kamu bengong aja? pakaianku mana?" sentak Arick, menyadarkan Calista dari keterpanaannya.
"Pa-pakaian? buat apa?" tanya Calista dengan polosnya.
"Ya buat dipakai lah. Tidak mungkin kan, aku semalaman tidak berpakaian?"
"Kenapa tidak mungkin? kan seharusnya memang begitu, Kak."
"Otak kamu sepertinya benar-benar geser deh! aku semalaman tanpa pakaian, aku bisa masuk angin tahu!"
"Otak kakak yang sepertinya sudah geser. Masa gadis secantik aku dianggurin. Kakak gak normal ya?"
Arick mendelik tajam ke arah Calista, tapi bukan Calista namanya kalau takut, justru wanita itu ikut-ikutan menatap tajam suaminya itu . Dia ingat pesan mamanya, kalau laki-laki itu gengsinya gede, seperti papanya dulu. Jadi sebagai perempuan harus cerdik. Kalau Cantika memilih bermain cantik dengan membuat Calvin cemburu, kalau Calista lebih ke arah berani.
Arick akhirnya mengalah. Dia memutus tatapan mereka pertama kali dan melangkah ke arah koper untuk mengambil pakaiannya.
"Benar-benar tidak normal!" celetuk Calista, yang membuat Arick mengurungkan langkahnya dan kembali berbalik ke arahnya.
"Kenapa dari tadi kamu bilang aku tidak normal, hah?!"
"Ya iyalah. Tadi aku udah coba pancing kamu, buat bukain resleting gaunku. Aku kirain kamu langsung menyergapku kaya di novel-novel. Eh, malah gak ada reaksi. Sekarang __"
"Tunggu- tunggu! jadi tadi sebenarnya kamu bisa buka sendiri resleting gaunnya?" Arick menyela ucapan Calista dengan mengusap wajahnya dengan kasar
"Bisalah! aku sengaja tadi. Tapi kamu memang benar-benar tidak ada reaksi. Hmm sekarang aku pakai pakaian seperti ini kamu juga tidak ada reaksi. Jadi, tidak salah kan kalau aku mengatakan kamu itu tidak normal?"
"Kami nantangin aku ya? kamu mau lihat bagaimana aku menyerangmu. Kalau aku menyerangmu, aku pastikan kamu sendiri yang akan memohon untuk berhenti." ucap Arick yang sudah terpancing dengan ucapan mengejek dari Calista. Dia merasa kalau sekarang gadis itu tengah meledeknya.
"Ihh, takuttt! mana coba, kalau berani!" Calista semakin menantang.
Arick tersenyum miring. Dia pun dengan langkah perlahan mendekat ke arah Calista.
Calista yang sebenarnya tidak benar-benar siap itu, mundur perlahan ke belakang. Wanita itu sekarang terlihat kesusahan untuk menelan ludahnya sendiri.
"Kenapa mundur? apa sekarang kamu yang takut?" ejek Arick.
Mendengar ucapan Arick yang mengandung ejekan, membuat Calista kembali tertantang. Dia langsung berhenti bergerak dan menunjukkan wajah yang menantang ke arah Arick.
"Siapa takut? ayo mendekat, Sayang! Come to mama!" ucap Calista dengan nada sensual yang dibuat-buat . Padahal terdengar jelas nada suara yang gemetar dari mulut wanita yang sok berani itu.
Arick ingin sekali tertawa terbahak-bahak, melihat ekspresi Calista, tapi dia berusaha menahannya.
"Ok, sekarang handuknya aku buka ya? biar kamu bisa lihat, betapa sialnya dia sekarang untuk menyerang. Nah lihat ini!" Arick mengayunkan tangannya, seperti hendak membuka handuk yang melilit di pinggangnya.
"Aaaaaa!" Calista sontak menutup matanya dan tubuhnya terbentur ke arah ranjang, hingga membuat wanita itu, jatuh terlentang ke atas ranjang, dan menghancurkan kembali kelopak bunga mawar yang sudah susah payah dia bentuk tadi
Tbc
Segini dulu ya guys. Nanti kalau sempat aku tulis lagi. Anakku yang paling kecil lagi demam dari tadi malam. Thank you
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
C2nunik987
GWS boy cakep anaknya thorrr 😍😍🍼.....akankah seorang Calista bisa bikin Arick jth cinta dan bucin akut kepadanya 😂😂😂
2024-06-27
0
Sani Srimulyani
lucu juga.
2023-12-21
0
epifania rendo
benar perpaduan calvin dan cantika
2023-06-24
0