Hari ini, lagi-lagi Mutia harus berlarian agar tidak terlambat di hari pertamanya. Gara-gara sang mama yang ngotot akan mengepang rambutnya, Mutia harus berlarian untuk menghindari wanita terkasihnya itu.
Bruuk!!
"Aaww ... kalau jalan pakai mata dong," omel Mutia sembari membersihkan bajunya dari kotoran.
"Selamat pagi, Mbak Mutia," sapa lelaki yang baru saja Mutia tabrak.
Merasa namanya dipanggil Mutia pun mendongak menatap ke arah sumber suara. Seketika itu dia menutup mulutnya.
Kenapa harus dia lagi? Rutuk Mutia dalam hatinya.
"Pa--pagi juga, Pak. Maaf, Pak. Saya tidak lihay, saya yang salah," ucapnya sembari tertunduk.
"Tidak masalah. Saya kira, saya bakal dapat reaksi yang sama seperti kemarin, ternyata tidak," balasnya lagi dengan senyum di bibir.
Aiiish ... itu senyum manis banget, gak kalah sama ikhlan syrup marjan. Lagi-lagi batin Mutia berontak.
"Ouw ... itu, saya yang salah, Pak. Saya minta maaf. Kemarin saya buru-buru, jadi tidak lihat bapak."
"Sudah, jangan minta maaf terus. Mungkin kita memang berjodoh, mangkanya ketemu terus," ucapnya sembari mengedipkan mata dan berlalu meninggalkan Mutia.
Mutia melongo mendapat perlakuan seperti itu. Tak disangka sifatnya berbeda 180 derajat dari kemarin. Kemarin dia begitu dingin dan angkuh, tapi sekarang di justru menunjukan sifat berbeda.
Dia kepribadian ganda mungkin, ya? Atau jangan-jangan dia ngincer perawan? Mutia bergidik ngeri dengan pemikirannya sendiri.
***
"Selamat pagi, Teman-teman. Seperti biasa sebelum kita melakukan aktifitas, kita akan melakukan briefing pagi. Di sini kita bisa sharing segala kendala yang teman-teman hadapi untuk dipecahkan bersama. Tak lupa pagi ini ada beberapa karyawan baru juga, kalian bisa kenalan nanti saja. Dan jangan lupa, untuk membantu mereka memahami bagian kerjaan mereka masing-masing, jangan bersikap sok senior. Di sini kita semua sama, hanya seorang pegawai yang mencari rejeki, jadi jangan sampai ada perbedaan antara senior dan junior, mengerti, ya, teman-teman?"
"Mengerti, Pak."
Pagi itu, Pak Rudi--SPV-- Memimpin briefing pagi. Setelah memberi para karyawan pengarahan, kini giliran para karyawan baru mendapatkan tugas pertamanya, termasuk Mutia.
Mutia mendapatkan tugas dibagian gudang, sebagai penghitung stok keluar masuk barang.
"Elaaah ... udah dandan cantik, eeh malah disimpen di gudang," lagi-lagi Mutia menggurutu.
Di gudang, Mutia ditemani dengan dua orang seniornya, ada Rani dan Bagas yang akan mengajarinya di hari pertama ini.
"Eh, tumben si bos pagi-pagi udah nangkring dimari," ucap Bagas mengawali pembicaraan.
"Ho'oh, gak biasanya. Ada anak baru yang ditaksir mungkin," jawab Rani menimpali.
"Masa? Orang juteknya gak ketulungan gitu, masa iya ada yang mau?" balas Bagas lagi yang mendapat tawaan dari Rani.
"Emang bosnya yang mana sih, Mbak?" Kali ini giliran Mutia yang bertanya.
"Kamu belum ketemu, Si bos? Lah kemarin imterview sama siapa?"
"Ya, ada orang laki-laki, sih. Om-om gitu mukanya."
"Om-om?" tanya Rani dan Bagas bersamaan. Mutia pun mengangguk, tapi Rani dan Bagas justru tertawa terbahak.
"Tapi Ganteng, kan?" tanya Rani setelah berhenti tertawa.
"Ganteng, sih, Mbak. Kayak Lee Min Ho." Mendengar jawaban polos Mutia, Bagas dan Rani pun tertawa lagi.
"Ya, itu Pak Denis, bos yang kata kamu kayak Lee Min Ho," jawab Bagas masih dengan tawanya. Mutia hanya bisa menggaruk kepalanya yang tak gatal sembari nyengir tanpa dosa.
Waktu kian berlalu, tanpa terasa waktu sudah menunjukan jam istirahat. Mutia bersyukur, Rani dan Bagas memperlakukannya dengan baik, mereka juga sangat telaten mengajari Mutia. Belum lagi, Bagas adalah orang yang gemar bercanda, itu membuat hari mereka berlalu tanpa terasa.
"Ran, kamu ajak Mutia istirahat dulu aja, deh. Dia pasti belum tau makanan enak di sini. Aku nanti aja pas jam kedua," ucap Bagas yang mendapat anggukan oleh Rani.
Di sini, sistem istirahat memanglah bergantian. Sebagai toko pakaian yang cukup besar, toko ini jarang sekali sepi, itulah sebabnya tidak semua karyawan istirahat bersamaan.
"Mut, doyan mie ayam gak? Kalau mau kita makan di depan sana, tapi kalau gak mau mie, di sana juga ada nasi kok, kamu tinggal pilih aja," ucap Rani sembari menunjuk ke deretan kaki lima depan toko.
"Aku mah, pemakan segala, Mbak. Yang penting halal," jawab Mutia yang mendapat senyuman dari Rani.
Seusai makan siang, Mutia berpamitan untuk melakukan salat duhur.
"Mau kemana, Mbak Mut?" Sapaan di belakang membuat Mutia melonjak kaget.
"Eeh ... mau salat, Pak. Tapi saya gak tau di mana mushollanya," jawab Mutia dengan tertunduk.
"Mau saya antar?"
"Gak usah, Pak. Bapak tinggal tunjukin arahnya saja."
"Sayangnya, saya cuman tau arah ke KUA, mau ikut gak?" jawab Denis dengan senyum mengembang. Sekilas Mutia terbengong mendengar penuturan bosnya itu.
"Ehh ... anu, Pak. Eh saya ...," Mutia mendadak gugup mendapatkan pernyataan yang tiba-tiba. Denis makin tertawa melihat tingkah Mutia.
"Kamu lucu kalau salting gitu, Musholla ada dilantai tiga, kamu naik aja. Sayangnya aku baru aja salat, tau gitu kita barengan tadi, sekalian belajar buat jadi imam kamu nanti," jawab Denis lagi yang membuat Mutia nyengir dan buru-buru meninggalkannya tanpa mengucapkan terima kasih.
Dasar sinting. Sudah om-om gitu masih aja ganjen. Untung ganteng. Eeh ... tapi biarpun gitu ogah juga digombalin sama dia, emang aku cewek apaan? Mutia terus saja menggerutu hingga ia menemukan musholla yang ia cari.
Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh kurang lima belas menit. Semua karyawan sudah bersiap-siap untuk tutup toko. Sebelum pulang pun ada briefing malam yang harus mereka ikuti. Hingga kini saatnya seluruh karyawan pulang ke rumahnya masing-masing.
Mutia yang baru sekali merasakan bekerja merasakan tubuhnya remuk redam. Meskipum ia hanya duduk dan menghitung stok, tapi tak ayal kerjaannya itu membuat punggungnya meronta. Dia berjalan lunglai menuju parkiran motor, hingga suara sapaan mengaggetkanya.
"Mau pulang, Mbak Mut? Mau saya antar?"
Mutia memutar bola matanya malas, untuk sekarang ini dia ingin segera pulang tanpa mendengar gombalan yang membuat perutnya akan semakin lapar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Mata Air
aduh pak bos.... kok Ndak ada wibawa wibawanya.....
2022-01-30
0
ᶜʙ♂️T𝔢R⃟𝖊𖽑𝆧Ṉᵎ𝖊š🌱🐛ᵇᵖ☄
jiahhhhhh senyum2 sendiri nih ky orang gila 😃😃😃
2021-04-27
4
Tari Nikinabigh
sudah ada tanfa tanda nie kaysknya...
2021-04-23
1