Disalahkan.

"Alhamdulillah ..." ucap syukur keluar dari bibir Khadija ketika adzan Magrib berkumandang.

Hafiz yang sedari siang hanya rebahan di tempat tidur, terkulai lemas tak berdaya untuk sekedar menegakan tubuhnya. Mengharuskan Khadija membawakan hidangan berbuka untuk suaminya itu masuk ke dalam kamar.

"Mas waktunya berbuka. Ayo bangun, ini minum dulu?" Khadija menepuk-nepuk punggung suaminya. Berusaha membangunkan pria yang sedang tidur dengan posisi tengkurap.

Perlahan Hafiz membalikan tubuhnya, ketika mendengar seruan berbuka puasa telah tiba. Kemudian pria itu bangkit dengan posisi duduk, tanganya meraih teh hangat yang di berikan Khadija.

Setelah menenggak minuman pembuka hingga tersisa setengah gelas, Hafiz pun kembali menyerahkannya pada Khadija.

"Ya udah yuk, makan dulu. Itu udah aku bawain makanan," ajak Khadija, yang di angguki oleh Hafiz.

Setelah mendaratkan tubuhnya di sofa, dengan mata berbinar Hafiz melihat makanan yang tersaji di atas meja.

Tanpa berbasa-basi Hafiz segera meraih sendok dan garpu yang terletak di tepi kanan dan kiri piringnya.

"Eits ..." Khadija mencegah pergerakan tangan Hafiz ketika siap menyendok makananya.

"Kenapa lagi?" kata Hafiz menoleh ke arah Khadija dengan menautkan kedua alisnya.

"Berdoa dulu toh Mas?" ujar Khadija mengingatkan. Hafiz pun mendengus sebal, karena ia sudah tidak tahan lagi menahan rasa laparnya.

Dengan hati terpaksa, Hafiz mengikuti arahan Khadija dengan wajah memberengut.

"Sekarang silahkan di makan." ucap Khadija mempersilahkan Hafiz melanjutkan kegiatan yang baru saja tertunda setelah membaca doa.

"Kamu mau ke mana?" tanya Hafiz dengan sendok yang tertahan di depan wajahnya, mendongak ke arah Khadija yang sudah berdiri membelakanginya.

Khadija menoleh, "Ya mau buka puasa juga lah Mas? Masa aku suruh lihatin kamu makan?"

"Sini makan bareng aja sama aku?" tawar Hafiz sambil menyuapkan kembali makanan ke dalam mulutnya.

"Sepiring berdua?" tanya Khadija heran.

"Hhmmm ..." gumam Hafiz mengangguk sambil mengunyah makananya.

"Duuuhhh Manise?" ucap Khadija sambil nyengir dengan ekspresi yang dibuat-buat, "Tapi Dija gak kenyang makan segitu," tukasnya sambil berlalu. Tanpa memperdulikan lagi Hafiz yang tengah asyik dengan makananya, Khadija segera pergi keluar dari kamar karena cacing-cacing di perutnya sudah meronta ingin segera dimanja.

Setelah selesai dengan acara berbuka puasa dengan para Asisten rumah tangga, kemudian yang di lanjutkan sholat magrib berjamaah dengan sang suami di kamar, sejenak Khadija duduk bersantai di balkon sembari menunggu waktu isya' datang.

"Dija, kamu kenapa?" tanya Hafiz mendapati Khadija yang sedang duduk melamun di hiasi kristal bening yang siap meluncur dari sudut mata. Hafiz pun mengambil posisi duduk di samping Khadija.

Khadija tersadar dari lamunanya, "Ndak papa kok Mas, cuma kangen Ibu sama adek di kampung?" Khadija menengadahkan wajahnya, menahan air mata agar tidak lolos jatuh kebawah.

"Apa kamu mau, saya antar pulang?" tawar Hafiz tidak tega melihat perempuan di sebelahnya itu bersedih.

"Ndak usah Mas, Dija belum siap ngadepin Bapak. Mungkin lebaran kali ini Dija gak akan pulang," ujar Khadija, menggeleng pelan.

Khadija masih belum siap bertemu sang Ayah yang terus memaksanya untuk menerima perjodohan yang telah direncanakan.

Meskipun hutang-hutangnya sudah di bayarkan oleh Hafiz atas kesepakatan pernikahan yang di lakukan Khadija, tidak lantas membuat sang Ayah membatalkan rencana perjodohanya tersebut.

Perbincangan mereka pun terhenti ketika suara Adzan Isya' berkumandang.

"Ya sudah Mas, Dija mau siap-siap dulu mau ke masjid." Khadija bangkit dari tempat duduknya hendak kembali masuk ke kamar.

"Tumben gak ngajak-ngajak," sindir Hafiz mendongakkan wajahnya.

"Capek ngajak terus. Udah tua gitu masa harus di komando terus?" ledek Khadija, menoleh lagi kebelakang, sedikit menundukkan wajah, sebelum kembali melanjutkan langkah.

Skip

Selesai menjalankan ibadah Sholat isya', di lanjutkan dengan Sholat Tarawih berjamaah, Khadija, Hafiz dan para ART pun kembali pulang.

"Kamu kenapa Mas? Jalanya mringis-mringis gitu?" tanya Khadija berjalan beriringan dengan Hafiz disebelahnya.

"Sumpah ya Ja, ini pinggangku kayaknya keseleo deh?" keluh Hafiz memegang pinggang dengan satu tangan.

"Lho kenapa?" tanya Khadija dengan dahi berkerut .

"Ya, secara Raka'at Sholatnya banyak banget," jawab Hafiz. Khadija dan yang lainya menyambut dengan gelak tawa. Meski begitu, mereka semua menyadari karena ini adalah pengalaman Hafiz untuk pertama kali.

***

Hari kedua berpuasa, masih sama dengan hari pertama berpuasa, hanya saja pagi ini ada yang berbeda dengan Hafiz.

"Huuueeeekkkk ..." Dengan cepat Hafiz berlari ke kamar mandi, merasakan sesuatu yang ada di dalam perut hendak keluar dari mulut.

Khadija yang tengah menyiapkan keperluan suaminya itu, seketika ikut berlari mengikuti pria tersebut.

Khadija panik saat menunggu Hafiz keluar dari kamar mandi.

Ceklek,

"Kamu ndak papa Mas?" tanya Khadija gusar saat Hafiz baru keluar dari kamar mandi.

"Gak papa Ja?" jawab Hafiz sambil memegang perutnya.

"Tapi muka kamu pucet gitu, mending ndak usah berangkat kerja dulu," Khadija menggiring Hafiz duduk di sofa.

"Aku pagi ini ada jadwal operasi Ja, jadi aku harus ke rumah sakit,"

"Ya sudah terserah kamu saja, tapi nanti kalau masih sakit, batalin saja puasanya, ndak papa," ujar Khadija sambil memasangkan sepatu suaminya bak anak TK yang di pasangkan sepatu oleh Ibunya.

Hafiz mengangguk pelan menanggapi. Segera pria itu beranjak pergi,

jadwal oprasi tengah menunggu kehadiranya saat ini.

***

"KHADIJA ... KHADIJA!!" teriak seseorang dari arah pintu utama, berjalan cepat mencari keberadaan Khadija.

Dengan langkah cepat Khadija menghampiri seseorang yang memanggilnya.

"PLAAKK ..." belum sempat Khadija menjawab penggilan dari seseorang yang tengah memanggilnya, sebuah tamparan keras melayang terlebih dahulu di pipi mulus sebelah kanan perempuan itu. Hingga wajah gadis itu terlempar ke samping kiri.

Lalu siapakah pelakunya?

"Jangan pernah mempengaruhi Carel dengan hal-hal tidak berguna!" seru orang itu dengan wajah bengis, tatapanya penuh amarah.

Khadija menunduk takut, menahan rasa panas yang menjalar di area pipinya. Khadija menggigit bibir bawahnya sangat dalam agar suara isak tangisnya tidak lolos keluar dari bibir tipis itu, "Maafkan Dija Pak?" ucap Khadija lirih.

"Cih! Apa dengan maaf kamu akan membuat anak saya baik-baik saja. Huh!" bentak Ayah Hafiz tepat di depan wajah Khadija.

Apa yang terjadi dengan Mas Dokter? batin Khadija.

"Kamu tau perempuan kampung, gara-gara pengaruh buruk kamu, anak saya sekarang hampir sekarat!" Amarah Ayah Hafiz semakin berapi-api. Di balik sikap kasarnya, pria paru baya itu sangatlah sayang terhadap putra semata wayangnya.

Dia tidak akan membiarkan satu orang pun ada yang menyakitinya. Walau tanpa sadar Sang Ayah lah yang sering menyakiti hati Hafiz dengan perlakuan kasar sang Ayah terhadap ibunya.

Khadija terkesiap mendengar ucapan sang Ayah mertua.

"Saya harap jangan pernah dekati anak saya lagi! Camkan itu!" lanjut Ayah Hafiz dengan jari telunjuk menunjuk lurus di depan mata Khadija.

Setelah sang Ayah mertua pergi, segera Sari dan Bik Onah menghampiri Khadija yang masih diam tercekat di tempatnya.

Air matanya sudah jatuh menggenangi pipi mulusnya.

"Sabar ya, Mbak Dija?" Sari memeluk Khadija, berusaha menenangkan.

"Mas Dokter kenapa toh, Sar?" tanya Khadija di sela isak tangisnya.

"Tuan muda itu punya riwayat sakit Maag Mbak Dija. Saya tadi sempat mendengar Nyoya di telepon pihak rumah sakit kalau Tuan Muda kondisinya drop," Jelas Bik Onah.

Khadija melepaskan pelukanya Sari, "Aku harus ketemu sama Mas Dokter, Dija harus minta Maaf, Bik, Sar?" Khadija menatap Bik Onah dan Sari bergantian. Terlihat jelas kekhawatiran dari wajah ayu Khadija.

"Eh ... Eh ... Jangan Mbak," Bik Onah mencekal lengan Khadija, "Mbak Dija lupa? kalau Tuan besar melarang Mbak Dija Ketumu Tuan Muda? Bisa bahaya Mbak kalau Mbak Dija sampai ketahuan!" sambung Bik Onah mencegah Khadija. Sang ART senior tersebut khawatir hal buruk menimpa istri sang Tuan muda. Ia hafal dengan watak sang Tuan Besar di rumah itu tidak pernah main-main dengan ucapanya.

"Tenang Bik, Dija punya cara. Tolong doain Dija," Tanpa menunggu jawaban dari Sari dan Bik Onah, Khadija segera berlari menuju kamarnya, entah apa yang akan Khadija lakukan.

***

Diruang Kamar yang khusus untuk sang Direktur sekaligus Pemilik Rumah Sakit, disini lah Hafiz di rawat, kamar yang di penuhi fasilitas bak Hotel Bintang Lima.

"Siapa kamu?!" Hafiz terkejut dengan kedatangan seseorang, yang memakai topi dan masker secara misterius.

"Dija?" Hafiz pun merasa lega ketika orang misterius itu adalah Khadija, "Kok, kamu berpenampilan seperti itu?"

"Iya, takut ketahuan Mas,"

"Kok kamu tahu ruangan aku?"

"Iya tadi aku tanya sama Leni."

" Ja, itu pipi kamu biru kenapa?" Khadija terkejut dan reflek memegang pipi kananya. Hafiz ternyata menyadari ada keanehan pada wajah Khadija.

"Ndak papa kok Mas?" Khadija menggelengkan pipinya kuat. " Mas, maafin Dija yo? Gara-gara Dija, Mas Dokter jadi kaya gini."

Ceklek...

Belum sempat Hafiz menjawab ternyata ada seseorang yang datang membuka pintu.

Mendadak wajah Khadija dan Hafiz menjadi panik, "Gimana ini Mas?" Tanya Khadija sambil bingung mencari tempat persembunyian, sebelum seseorang yang memutar handle pintu itu masuk.

"Hay, sayang gimana keadaan kamu?" tanya Alina, tidak lupa dengan kebiasaan pembuka ketika sepasang kekasih tersebut bertemu. Apalagi Hafiz yang sudah membatalkan puasa karena sakit Maag yang dideritanya kambuh.

Lalu dimana Khadija bersembunyi? Dikamar mandi atau di balik Hordeng?

"Udah agak mendingan kok yank?" Hafiz bahagia melihat kekasihnya datang.

"Kamu sih sok-sok'an puasa segala. Kalo gini aku juga yang sedih kan?" omel Alina.

"Iya aku minta maaf Sayang, udah bikin kamu sedih?" ucap Hafiz manja dengan posisi setengah duduk bersandar sambil mengelus-elus pipi sang kekasih yang duduk di sebelah kiri brankar.

Alina tiba-tiba mendekatkan wajahnya pada Hafiz. Tanpa aba-aba lagi perempuan itu mendaratkan ciumanya di bibir tipis sang kekasih yang masih tampak pucat.

Hafiz tak bisa menolak, ia pun menikmati serangan dari kekasihnya itu. Terdengar cecapan dari kedua insan yang tengah bertukar saliva di bulan Puasa.

Khadija yang mendengar kemesraan antara Hafiz dan Alina pun memasang tampang ingin muntah.

Mbok ya di tahan dulu Pak De, Mbok De! Bulan puasa, woy ...! Khadija mendumal dalam hati sambil menahan nafas.

Aktifitas Hafiz dan Alina terhenti ketika mendengar suara seseorang mengetuk pintu.

"Weits ... Yang lagi berbuka dengan yang manis-manis?" Suara Aslan ketika sudah masuk ke dalam ruang perawatan Khusus untuk Hafiz.

Aslan juga mengetahui jika Hafiz mulai berpuasa sehingga menyebabkan Maag sahabatnya itu kambuh.

"Kayanya kita ngeganggu ni Lan?" sindir Dio, berjalan mendekat ke arah Hafiz dan Alina.

Ya Alloh, tolong Dija ... Dija udah engap ini Ya Alloh! Hati Khadija meracau di dalam persembunyianya.

"Apa'an sih kalian. Orang kita juga gak lagi ngapa-ngapain kok!" elak Hafiz, Alina hanya tersenyum menanggapi.

Bohong! Teriak Khadija tanpa suara.

"Kok kayanya lo duduk gak nyaman gitu? kaya ada yang ngeganjel, gw perhatiin?" Aslan menautkan kedua alisnya memperhatikan posisi duduk Hafiz yang tampak tidak nyaman.

"Ya iyalah ada yang ngeganjel? Orang ada Alina di samping Hafiz, iya gak Lin?" timpal Dio, memanuver pertanyaan pada Alina.

"Ada-ada aja deh Mas Dio?" Alina tersipu malu.

Seiring berjalanya waktu Alina pun mulai akrab dengan kedua sahabat kekasihnya tersebut.

"Ya udah yuk Lan, mending kita keluar dulu. Ntar kalo Alina udah pulang, kita ke sini lagi," ajak Dio merangkul pundak Aslan. Kemudian berlalu keluar.

Dasar konco sableng, bukanya mengingatkan eh malah ngasih kesempatan! Khadija menggelengkan kepalanya pelan.

Setelah Dio dan Aslan pergi, hanya tinggal Hafiz dan Alina, tapi jangan lupakan ada Khadija yang masih betah di dalam persembunyianya.

Alina adalah type cewek yang Agresif, jadi bukan hal yang sulit buat Alina memancing gairah Hafiz yang masih tergolong polos. Karena Hafiz memanglah tidak pernah merasakan yang namanya pacaran sebelumnya.

Entah sudah berapa kali Hafiz dan Alina berciuman, dan itu sekaligus menjadi candu baru bagi Hafiz. Ternyata Hafiz sudah lupa dengan pesan dari Khadija.

Mungkin menurut Hafiz, dia akan jaga jarak dengan Alina sewaktu menjalankan ibadah puasa saja. Dan kebetulan hari ini Hafiz telah batal berpuasa, jadi Hafiz menyingkirkan sejenak batas jarak diantara dia dan Alina.

Ya Gusti...Dija bisa batal puasa, kalau seperti ini caranya?! Khadija mengerjapkan matanya melihat sesuatu yang ada di depan matanya.

.

.

.

.

.

.

.

Bersambung...

*Lalu di manakah Khadija?"

Jangan lupa Like dan Komenya ya...🙏🙏🙏*

Terpopuler

Comments

Yani

Yani

Ko jadi aku yang keselnya sama kelakuan tu dua manusia

2022-12-29

0

Uswatun Khasanah

Uswatun Khasanah

Konco. gila bin sabaleng GA ingetiin deket2 nyosor terus cwek y jijik ak. Lihat y. sabar bgt km dija

2020-08-25

1

bungalyly

bungalyly

konco sableng 😂

2020-06-28

2

lihat semua
Episodes
1 Perkenalan Tokoh
2 Serba kebetulan.
3 Diterima Kerja
4 Diterima Kerja 2
5 Akrab
6 Gelisah
7 Bertemu
8 Hari Pertama
9 Reuni
10 Tumben perhatian
11 Teman masa kecil
12 Ketegangan Pagi Hari
13 Menghabiskan waktu akhir pekan
14 Semakin Manis
15 Isi hati
16 Mengungkapkan
17 Perubahan yang Positif
18 Disalahkan.
19 Keluar dari persembunyian
20 Di temani Belanja
21 Di temani Belanja 2
22 Untung ada Nio
23 Terjadi...
24 Double kehilangan
25 Perjodohan
26 Kegalauan Aslan
27 Pernikahan suamiku
28 Kehidupan yang baru
29 Teringat masalalu
30 Semua rindu Khadija
31 Kakak, Adik bertemu
32 Cerita Aslan dan Aisyah
33 Pertemuan tak terduga.
34 Terungkapnya Rahasia
35 Duren VS Jamu
36 Hafiz dan Rumah tangganya
37 Gak mau di tinggal
38 Kebimbangan Hafiz
39 Ikut pulang Kampung
40 Ikut pulang kampung 2
41 Rasa ini
42 Senjata makan Tuan
43 Jalan_Jalan
44 Ketiga kalinya
45 Dia datang
46 Reuni 2
47 Kekacauan Hafiz
48 Perasaan yang terpendam
49 Dio menjadi Provokator
50 Misi Hafiz
51 Kekacauan Hafiz 2
52 Hari yang menegangkan
53 Pengantin dadakan
54 Malam pertama?
55 Ke Pasar
56 Cemburu
57 Kado Ulang tahun
58 Kabar Bahagia
59 Rencana
60 Meminta restu
61 Kedatangan Ibu
62 Suamiku Absurd
63 Ketemu mantan yang diakhiri pertumpahan darah
64 Menjenguk
65 Gara-gara Tauge
66 Di tolak
67 Oh...Ternyata
68 Gara-gara Lipstik
69 Rumah Tangga Tiga serangkai
70 Kabar tak terduga
71 Kabar tak terduga 2
72 Kejutan
73 Memberi Penjelasan
74 Ngidam
75 Ngidam 2
76 Rindu
77 Kang cilok dadakan
78 Teringat kembali
79 Sebuah jawaban
80 Sebuah jawaban 2
81 Woro-woro
82 Pilihan yang sulit
83 Datang
84 Poligami
85 Keluarga baru
86 Kumpul bersama keluarga
87 Duka Alina
88 Ikut pulang
89 Usaha Alina
90 Usaha Alina 2.
91 Kemarahan Hafiz
92 Salah Paham
93 Salah paham 2
94 Bertemu seseorang
95 Bertemu sahabat lama
96 Teman baru Zahra
97 Grand Opening
98 Perempuan Misterius
99 Malam jum'at
100 Hafiz juga merasakan
101 Membuka mata batin
102 Berkenalan
103 Curhat
104 Rencana Liburan
105 Rencana Liburan 2
106 Liburan
107 Kemarahan Khadija
108 PENGUMUMAN
109 Drama pagi hari
110 Dunia Haikal dan Alina
111 Harapan di akhir cerita
112 EXCHAP
113 Visual Cast
114 EXCHAP 2
115 EXCHAP 3
116 EXCHAP 4
117 KCK - S2 Di tinggal nikah
118 KCK - S2 Di tinggal nikah 2
119 KCK - S2
120 KCK - S2 Berkunjung
121 Flashback
122 KCK - S2 Kepernikahan mantan
123 KCK - S2 Pura-pura pacaran
124 KCK - S2 Perjuangan Zahra
125 KCK - S2 Perjuangan Zahra 2
126 KCK - S2 Berusaha mengelak
127 KCK - S2 Si misterius itu ternyata ...
128 KCK - S2 Mulai tumbuh rasa ...
129 KCK - S2 Perang dingin
130 KCK - S2 Dunia Dion
131 KCK - S2 Membuatnya Cemburu
132 KCK - S2 Hari yang berkesan
133 KCK - S2 Terkejut
134 KCK - S2 Hari yang berkesan 2
135 KCK - 2 Bertamu
136 KCK -S2 Di fitnah
137 KCK - S2 Bertemu Amanda
138 KCK - S2 Saling Usil
139 KCK - S2 Masak bareng
140 KCK - S2 Membuat Kesepakatan
Episodes

Updated 140 Episodes

1
Perkenalan Tokoh
2
Serba kebetulan.
3
Diterima Kerja
4
Diterima Kerja 2
5
Akrab
6
Gelisah
7
Bertemu
8
Hari Pertama
9
Reuni
10
Tumben perhatian
11
Teman masa kecil
12
Ketegangan Pagi Hari
13
Menghabiskan waktu akhir pekan
14
Semakin Manis
15
Isi hati
16
Mengungkapkan
17
Perubahan yang Positif
18
Disalahkan.
19
Keluar dari persembunyian
20
Di temani Belanja
21
Di temani Belanja 2
22
Untung ada Nio
23
Terjadi...
24
Double kehilangan
25
Perjodohan
26
Kegalauan Aslan
27
Pernikahan suamiku
28
Kehidupan yang baru
29
Teringat masalalu
30
Semua rindu Khadija
31
Kakak, Adik bertemu
32
Cerita Aslan dan Aisyah
33
Pertemuan tak terduga.
34
Terungkapnya Rahasia
35
Duren VS Jamu
36
Hafiz dan Rumah tangganya
37
Gak mau di tinggal
38
Kebimbangan Hafiz
39
Ikut pulang Kampung
40
Ikut pulang kampung 2
41
Rasa ini
42
Senjata makan Tuan
43
Jalan_Jalan
44
Ketiga kalinya
45
Dia datang
46
Reuni 2
47
Kekacauan Hafiz
48
Perasaan yang terpendam
49
Dio menjadi Provokator
50
Misi Hafiz
51
Kekacauan Hafiz 2
52
Hari yang menegangkan
53
Pengantin dadakan
54
Malam pertama?
55
Ke Pasar
56
Cemburu
57
Kado Ulang tahun
58
Kabar Bahagia
59
Rencana
60
Meminta restu
61
Kedatangan Ibu
62
Suamiku Absurd
63
Ketemu mantan yang diakhiri pertumpahan darah
64
Menjenguk
65
Gara-gara Tauge
66
Di tolak
67
Oh...Ternyata
68
Gara-gara Lipstik
69
Rumah Tangga Tiga serangkai
70
Kabar tak terduga
71
Kabar tak terduga 2
72
Kejutan
73
Memberi Penjelasan
74
Ngidam
75
Ngidam 2
76
Rindu
77
Kang cilok dadakan
78
Teringat kembali
79
Sebuah jawaban
80
Sebuah jawaban 2
81
Woro-woro
82
Pilihan yang sulit
83
Datang
84
Poligami
85
Keluarga baru
86
Kumpul bersama keluarga
87
Duka Alina
88
Ikut pulang
89
Usaha Alina
90
Usaha Alina 2.
91
Kemarahan Hafiz
92
Salah Paham
93
Salah paham 2
94
Bertemu seseorang
95
Bertemu sahabat lama
96
Teman baru Zahra
97
Grand Opening
98
Perempuan Misterius
99
Malam jum'at
100
Hafiz juga merasakan
101
Membuka mata batin
102
Berkenalan
103
Curhat
104
Rencana Liburan
105
Rencana Liburan 2
106
Liburan
107
Kemarahan Khadija
108
PENGUMUMAN
109
Drama pagi hari
110
Dunia Haikal dan Alina
111
Harapan di akhir cerita
112
EXCHAP
113
Visual Cast
114
EXCHAP 2
115
EXCHAP 3
116
EXCHAP 4
117
KCK - S2 Di tinggal nikah
118
KCK - S2 Di tinggal nikah 2
119
KCK - S2
120
KCK - S2 Berkunjung
121
Flashback
122
KCK - S2 Kepernikahan mantan
123
KCK - S2 Pura-pura pacaran
124
KCK - S2 Perjuangan Zahra
125
KCK - S2 Perjuangan Zahra 2
126
KCK - S2 Berusaha mengelak
127
KCK - S2 Si misterius itu ternyata ...
128
KCK - S2 Mulai tumbuh rasa ...
129
KCK - S2 Perang dingin
130
KCK - S2 Dunia Dion
131
KCK - S2 Membuatnya Cemburu
132
KCK - S2 Hari yang berkesan
133
KCK - S2 Terkejut
134
KCK - S2 Hari yang berkesan 2
135
KCK - 2 Bertamu
136
KCK -S2 Di fitnah
137
KCK - S2 Bertemu Amanda
138
KCK - S2 Saling Usil
139
KCK - S2 Masak bareng
140
KCK - S2 Membuat Kesepakatan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!