"Sharma, Tante kangen sekali sama kamu"
Zahro langsung menyambut Sharma dengan pelukan saat gadis itu datang dengan Roger. Sharma hanya membalas pelukan Zahro, dan Roger yang melihatnya juga hanya tersenyum
"Sharma juga kangen sama Tante" Ucapnya setelah pelukan mereka terlepas
"Bagaimana tadi di jalan, macet, kok kalian lama sekali" Sahutnya sambil menuntun Sharma untuk duduk di sofa ruang tamu. Nampak asisten rumah tangga menyuguhkan minum untuk tamu majikannya itu
Roger berlalu ke kamarnya tanpa pamit, membiarkan Sharma mengobrol banyak dengan Mama nya
"Tadi mampir di masjid sebentar Tante. Salat zuhur"
"Loh, kan bisa disini"
"Takut keburu sore" Sharma menyahut dengan tersenyum
Siang itu, mereka mengobrol banyak sekali. Membahas apa saja yang menarik bagi perempuan, karena kebetulan Zahro adalah seorang desainer, dia juga memiliki butiq yang banyak menjual pakaian muslim
Jika sudah mendesain gamis, Zahro pasti akan meminta pendapat Sharma tentang gambat buatannya
"Cantik Tante, terlihat elegant, tapi sederhana" Sahut Sharma saat Zahro memperlihatkan sebuah sketsa gambar gamis untuk acara kondangan
"Sama. Tante juga berfikir kaya gitu. Mm, bagaimana kalau warnanya perpaduan antara nude dengan maroon?"
"Setuju Tan" Sharma menyahut antusias
"Sharma suka warna maroon"
Kedua wanita itu asik mengobrol dengan dunianya. Sementara Roger yang sudah beganti pakaian, sedari tadi ia yang memperhatikan keduanya hanya tersenyum saja. Lalu menghampirinya dan duduk di single sofa di dekat Sharma
"Bagaimana kalau ngobrolnya di lanjut nanti setelah makan siang" Timbrungnya yang membuat dua wanita itu saling berpandangan dan kemudian mengangguk
Ketiganya berjalan menuju meja makan, dimana berbagai makanan sudah tersaji disana. Zahro menggandeng Sharma untuk duduk di kursi yang bersebrangan dengan Roger, bersikap layaknya Sharma adalah menantunya, membuat gadis itu sedikit canggung di buatnya karena sang Dokter disana terus menatap padanya
"Ayo Sharma makan, jangan sungkan" Zahro setengah tertawa
"Iya Tante. Kan Sharma udah sering makan disini"
"Kalau mau lebih sering lagi, ya jadi istrinya Dokter Roger"
Roger sejenak menghentikan makannya. Sementara Sharma hanya tersenyum, untunglah ia sudah hafal dengan hal ini, sehingga ia tidak terkejut, apalagi tersedak
"Roger sudah dewasa, tapi masih belum mengenalkan calon menantu sama Tante"
"Sekalinya bawa kamu, cocok. Ehh, malah cuma temenan aja"
Lagi, Sharma hanya membalasnya dengan tersenyum
"Gimana menurut kamu?" Sambungnya kemudian
"Gimanana apanya maksud tante?"
"Anak Tante"
Sharma mengangkat pandangannya, melihat Roger yang menikmati makannya dengan tenang
Roger adalah laki laki yang baik, ia dewasa dan bertanggung jawab. Ia juga tampan dan sudah mapan. Dia adalah sosok yang potensial untuk dijadikan suami idaman. Tapi sayangnya, Sharma tidak mengukur dalam hal itu. Sekalipun kedekatannya dengan Dokter tampan itu sudah terjalin lama, Sharma merasa tidak ada cinta diantara mereka. Mereka lebih cocok untuk berteman saja
"Ma, tidak baik berbicara saat makan" Sahut Roger, yang membuat Sharma terbebas dari pertanyaan Zahro yang membingungkannya
*
Reyhan melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, sesudah mengobrol dengan Amar, ia merasa sedikit tenang dan ringan
Saat ini, sedang tidak ada beban dikepalanya. Sesekali ia bersiul riang ketika melewati jalanan sepi, sampai kemudian ia terkesiap begitu melihat seorang pria paruh baya yang tengah di hadang oleh dua orang pria berbadan tegap
Dari yang Reyhan lihat, nampaknya pria paruh baya itu menolak untuk memberikan harta bendanya pada dua orang yang menghadangnya
Lantas dengan cepat Reyhan turun dari mobil saat salah satu dari pria itu menodongkan senjata tajam
"Hey"
Dua pria itu menoleh pada Reyhan
"Jangan ikut campur!" Sahut orang yang memegang senjata tajam
Reyhan hanya tersenyum smirik menanggapi orang orang so jago dihadapannya. Merasa terancam, dua orang itu lantas menyerang Reyhan secara tiba tiba
Reyhan sudah melakukan persiapan, sehingga ia bisa menghindar dengan mudah dari serangan secara tiba tiba itu
Ketika Reyhan lengah, salah satu dari mereka hampir saja menusuk pria paruh baya tersebut dengan pisau. Reyhan menepis, sehingga lengannya sedikit tersayat
Tapi dengan secepat kilat Reyhan kembali menyerang dua orang itu, sampai mereka kelimpungan dan melarikan diri. Reyhan melihat tangannya, darah segar mengalir disana. Untung tidak menyayat urat nadinya
Reyhan sedikit meringis dan menutup luka itu dengan jasnya
"Nak, kamu tidak apa apa?" Pria paruh baya itu menghampiri dan melihat luka ditangan Reyhan
"Tidak Pak. Saya tidak apa apa. Bapak sendiri?"
"Saya tidak apa apa. Kamu menjadi perantara untuk menyelamatkan nyawa saya"
Reyhan hanya tersenyum
"Rumah Bapak dimana. Biar saya antar"
"Tidak usah".
"Tidak apa apa"
Pria paruh baya itu terdiam, mobilnya memang sedang dalam keadaan mogok. Dan dua pria tadi datang untuk meminta bayaran padanya karena berhenti di kawasan kekuasaannya. Padahal setiap hari ia lewat di tempat itu tidak pernah ada kejadian macam tadi. Ini adalah yang pertama kali
"Begini saja, saya ikut, mmm, siapa namanya?"
"Reyhan"
"Nak Reyhan, kebetulan rumah Bapak dekat sini, biar Bapak yang menyetir mobil nak Reyhan"
Reyhan hanya mampu mengiyakan tawaran pria yang ditolongnya tadi. Toh ia memang tidak bisa menyetir dengan kondisi tangannya yang sedang terluka
"Ayo"
Keduanya berjalan menuju mobil Reyhan yang terparkir sedikit jauh dari lokasi kejadian. Kemudian mobil melaju dengan pria tadi yang menyetir, Reyhan duduk tenang di kursi penumpang
Hanya memakan waktu 15 menit, mobil Reyhan yang di kemudikan oleh pria paruh baya itu memasuki sebuah pekarangan rumah bercat putih
"Ini rumah Bapak. Mari turun sebentar"
"Tidak usah Pak"
"Tidak apa apa. Saya berhutang nyawa pada kamu"
Reyhan diam
"Mampir sebentar, biar lukanya di obati dulu. Ayo" Bujuknya dengan lembut
"Kamu tidak mungkin menyetir dalam keadaan begini" Sambungnya yang membuat Reyhan akhirnya mengangguk
Ia turun dari mobil dan dipersilahkan masuk ke rumah pria itu, di persilahkan duduk di sofa ruang tamu
"Silahkan duduk. Tunggu sebentar ya"
"Bunda" Pria itu setengah berteriak, tak lama munculah perempaun setengah baya dengan gamis rumahan dan kerudung blouse yang menutupi sebagian badannya
"Kenapa Yah. Ayah pulangnya malam begini, sudah salat?" Tanya Salamah dengan beruntun, ia khawatir. Husaen melihat jam dinding yang berada di ruangan tersebut. Pukul 18.30, biasanya ia akan pulang sebelum magrib dan salat berjamaah di masjid. Itulah sebabnya Salamah bertanya begitu
Untunglah tadi ia sudah salat magrib di masjid yang dekat dengan tokonya
"Sudah Bun. Ini, Ayah kedapatan musibah dijalan. Untunglah ada nak Reyhan, tangannya terluka. Tolong ambilkan kotak P3K" Pintanya sambil melihat luka ditangan Reyhan, Salamah mengangguk dan kemudian berlalu. Tak lama ia datang dengan kotak P3K
"Apa perlu dibawa ke rumah sakit?" Tanya Husaen kemudian
"Tidak usah Pak, ini tidak terlalu parah"
Husaen memberi betadine di luka Reyhan, membuat pria itu sedikit meringis karena merasakan perih
"Loh, Bun kain kasanya dimana?"
"Astagfirullah, sepertinya di kamar putri kita Yah, bekas Nazwa kemarin"
"Panggil putri kita"
"Nak..."
Setengah berteriak Salamah memanggil sang putri
"Iya Bunda" Anaknya menyahut dari dalam kamar
"Bawakan kain kasa kemari, cepat"
Sharma yang sedang melihat Al-Quran di ponselnya selepas salat magrib tadi, bergegas saat mendengar sang Bunda memanggil dan menyuruhnya untuk buru buru
Dengan cepat ia mengenakan sandal setelah mengambil kain kasa yang berada di laci mejanya, kemudian bergegas keluar. Ia bahkan belum membuka mukenanya karena buru buru
"Ini Bunda"
Salamah menerima dan memberikannya pada sang suami, sementara Reyhan yang melihat Sharma hanya mampu melongo
"Sharma?" Lirihnya
Sharma juga sempat mematung. Ia kaget melihat sang Bos ada di rumahnya dengan tangan yang terluka
"Sharma. Tolong ambilkan minum yah nak" Pinta Husaen pada putrinya
"I_ Iya Ayah"
Sharma tersenyum. Kemudian berlalu untuk mengambil minum. Sedangkan Reyhan hanya menatapnya sampai gadis itu menghilang di belokan menuju dapur
Ia tidak menyangka jika pria paruh baya yang ditolongnya adalah Ayah Sharma. Diam diam Reyhan tersenyum, entahlah ia harus beryukur atau bagaimana karena tangannya yang terluka, tetapi mempertemukan dirinya dengan Sharma
Mungkin ia harus bersyukur. Karena dengan begitu, ia dapat bertemu dengan Sharma. Bahkan tanpa sengaja, tanpa rencana
Ini murni, berjalan dengan begitu saja. Sesuai jalan yang sudah di tentukan oleh yang maha kuasa
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
Kim Reyaa
ini jodoh , , ,di sini jodoh di tangan author hhhh....kk Eva emang keren
2023-01-28
0
Fay
marathon baca nih
2022-08-17
0
Lylo
eva yulian emang the best ilope yu 😘😘😘
q suka smua karyamu beb
2020-04-29
4