Selepas rapat selesai, Reyhan kembali ke ruangannya. Dengan Sharma yang juga kembali ke tempatnya.
"Sharma" Panggilnya saat sudah cukup lama duduk ditempatnya
Sharma yang berada di ruangannya lantas segera beranjak dan menghadap pada sang Bos yang memanggilnya
"Iya Pak"
"Bukankah jadwal saya hari ini tidak sampai sore?" Tanyanya
"Iya Pak. Setelah ini Bapak hanya harus menandatangani beberapa berkas saja"
Reyhan diam sebentar, kemudian
"Baik. Kamu boleh pulang cepat untuk hari ini, saya ada keperluan pribadi" Reyhan menjeda kalimatnya, sementara Sharma hanya diam, menunggu sang Bos meneruskan apa yang ingin dibicarakannya
"Mm, kalau kamu mau ikut juga boleh" Reyhan menopang dagunya. Sementara Sharma tersenyum kecut. Ia bertanya tanya apakah Bosnya ini sedang bermain main atau tidak
"Sharma"
Reyhan menegur saat Sharma hanya mematung saja
"Ahh. Iya Pak"
"Bagaimana?"
"Mmm. Tidak usah Pak, saya juga ada urusan jika memang boleh pulang cepat" Sahut Sharma tanpa mengurangi rasa hormatnya, sementara Reyhan hanya diam mempertimbangkan sesuatu. Sharma mengernyit, berharap harap cemas dengan apa keputusan sang Bos
"Mm, yasudah"
Sharma bernafas lega dan tersenyum. Yang tak luput dari perhatian Reyhan
"Terimakasih Pak, saya permisi"
Reyhan mengangguk, menatap Sharma sampai gadis itu masuk ke ruangannya. Reyhan menatapnya, memperhatikan wajah Sharma yang nampak berbinar bahagia. Sampai gadis itu mengambil ponselnya dan nampak mengetikan sesuatu
"Sharma" Reyhan mendesah pelan, ia seperti dapat menebak apa yang menyebabkana Sharma sesenang itu. Baiklah, kali ini Reyhan akan membiarkannya
Sharma
Asalamualaikum Pak Dokter
Sepertinya Sharma ada waktu untuk memenuhi undangan Ibu Zahro
Roger hanya tersenyum, saat ia membaca pesan dari Sharma, ia kemudian memasukan ponsel ke saku jas putih yang dikenakannya, bersiap untuk pulang dan menjemput Sharma nanti
"Permisi Dok"
Roger menengadah saat seseorang masuk ke ruangannya, ia tersenyum begitu mendapati Dinar, Dokter obgyn sekaligus teman dekatnya
"Dinar, ada apa?"
Dinar setengah tertawa
"Cuma ingin berkunjung ke ruangan Pak Dokter" Candanya
"Kamu ini, ada ada saja"
Dinar hanya mengangguk anggukan kepalanya, memperhatikan Roger yang tengah merapihkan mejanya
"Kamu mau kemana?" Tanyanya sesaat kemudian
"Pulang"
"Tidak ada pasien?"
"Tidak. Jadwal ku sudah beres. Aku akan menjemput Sharma"
Dinar terdiam, ia amat kenal dengan Sharma meski ia baru bertemu dengannya satu kali saat ikut pulang dengan Roger, dan Roger menjemput Sharma di kantor tempatnya bekerja. Mengingat Roger yang sering menyebut nyebut Sharma, rasanya Dinar merasa sudah akrab dengan gadis yang membuat Dokter tampan seperti Roger itu jatuh hati
"Kamu masih ingin di ruanganku?" Tanya Roger setelah ia selesai merapihkan mejanya, spontan Dinar menggeleng
"Aku ke luar saja" Pamitnya sambil melambaikan tangan. Tujuannya datang ke ruangan Roger adalah untuk mengajaknya makan siang. Tapi sepertinya Roger sedang tidak ada waktu
*
"Udah mau pulang Shar?" Tanya Indah saat ia berpapasam dengan Sharma di loby kantor
"Ehh, iya Mbak. Pak Reyhan ada keperluan pribadi, dia tidak mewajibkan Sharma untuk ikut dengannya" Tutur Sharma
"Ibu Bos harusnya selalu ada sama Pak Bos dong" Syifa menggoda
"Nggak papa, Pak Bosnya lagi pengen sendiri" Sharma tertawa
"Yasudah, Mbak. Syifa, Sharma duluan yah"
"Ada janji sama Pak Dokter?" Lagi lagi Syifa menggoda. Sharma hanya memegang tangan gadis itu sambil menggeleng, kemudian pamit pergi seraya mengucapkan salam
"Udah lama?" Tanya Sharma saat ia menghampiri Roger, pasalanya tadi Sharma menunggu Bosnya untuk berangkat lebih dulu sehingga kemungkinan besar, Roger pasti sudah lama menunggunya
"Nunggu seribu tahun juga tidak apa apa Sharma. Saya sanggup"
Sharma setengah tertawa
"Sharma rasa, Dokter tidak cocok menggombal seperti itu" Sahut Sharma yang kemudian masuk kedalam mobil saat Roger sudah membukakannya pintu.
Sementara Roger hanya menggaruk tengkuknya. Ternyata ia sudah salah berbicara pada Sharma. Mana mungkin Sharma tertarik dengan gombalan receh yang di dapatnya dari quotes di beranda media sosialnya
Mobil melaju meninggalkan perusahaan Reyhan. Sementara Sharma hanya duduk tenang di samping Roger yang sedang fokus mengemudi
"Kita berhenti di masjid terdekat Dok. Sharma belum salat" Sahut Sharma yang langsung diiyakan oleh Roger
Sementara di tempat lain, Reyhan tengah menikmati minumannya di sebuah area privasi disalah satu restoran di Jakarta. Ia tidak dengan Akbar, hanya sendiri. Ia sedang menunggu seseorang, sampai saat pintu ruangan terbuka. Ia hanya mendongak acuh tak acuh
"Hay Rey"
Reyhan hanya tersenyum saat kawan lamanya itu menyapa
"Kenapa lama sekali?" Tanya Reyhan setengah kesal
"Melaksanakan kewajibabku!" Sahutnya dengan singkat. Reyhan hanya mengernyit
"Tentu saja solat Rey. Memangnya apa?" Amar tertawa. Pria itu memang senang sekali tertawa, yah. Dan Reyhan melupakan satu hal, jika kawannya yang satu ini memang tidak pernah meninggalkan salat, sesibuk apapun dirinya
Seharusnya Reyhan banyak belajar darinya. Tapi entahlah, hati Reyhan terlalu keras untuk memahami hal seperti itu
"Bagaimana perusahaanmu?" Tanyanya kemudian seraya duduk lesehan di hadapan Reyhan yang masih memegang gelas minumannya
"Aku mengajakmu bertemu bukan untuk urusan bisnis"
"Kalau bukan urusan bisnis, kenapa harus bertemu di ruangan seperti ini. Aku gerah sekali Rey" Protesnya sambil mengamati seisi ruangan bernuansa abu itu
"Amar Prayoga. Disini lebih nyaman, aku tidak nyaman di lihat oleh banyak orang"
Laki laki dengan usia sebayanya yang bernama Amar itu tertawa
"Takut di gerayangi fans mu? Mmm, apa itu namanya? Reyhan lover's ya"
Sahutnya setengag meledek
"Cih" Reyhan hanya menatap Amar dengan tidak suka
" Kamu kan memang populer Rey, wajar saja banyak yang memotret dan mengerubungi"
"Apanya yang wajar! Aku tidak suka. Mereka semua terlalu naif"
"Kau hanya terlalu cepat menilai Reyhan"
"Diamlah! Aku tidak ingin membahas hal itu"
Amar bak pencuri yang tertangkap polisi. Ia mengangkat kedua tangannya ke udara di hadapan Reyhan, kemudian tersenyum
"Kenapa dengan wajah mu Rey?" Tanyanya kemudian dengan ekspresi yang dibuat seserius mungkin
Reyhan mengernyit, kemudian mengambil ponsel yang tergeletak di atas meja kayu mengkilat di hadapannya, dan mengarahkannya pada wajah
Ia mengamati wajahnya yang tampan, kemudian beralih menatap Amar yang nampak menahan tawa
"Ada apa dengan wajahku?"
"Masih tampan" Sambungnya dengan percaya diri
"Kusut!"
"Apa kamu tidak sadar Rey, wajahmu lusuh sekali. Persis seperti orang yang sedang kehabisan uang untuk pulang. Ada apa?" Terangnya dengan panjang lebar. Sementara Reyhan hanya diam
"Menurutmu, bagaimana jika aku jatuh cinta lagi?"
"Siapa yang melarang?" Amar menyahut spontan
Reyhan diam sebentar, sampai kemudian Amar kembali bersuara
"Rey, perjalananmu masih panjang. Kamu bebas memilih wanita dan jatuh cinta, itu adalah hak mu. Tidak ada yang bisa melarang!"
"Jika kamu terus terusan memikirkan masa lalu. Kapan kamu akan bangkit?"
Amar diam sebentar, kemudian
"Ayolah Rey. Aku tau melupakan Raya tidak semudah yang aku fikirkan, tapi setidaknya jangan jadikan hal itu sebagai alasan untuk kamu tidak jatuh cinta lagi"
"Kamu butuh wanita, yang bisa menjadikan kamu menjadi orang yang lebih baik lagi. Sendiri itu tidak enak Rey"
Inilah yang Reyhan inginkan, sebuah kalimat yang membuatnya percaya, jika jatuh cinta lagi bukanlah hal yang salah
Reyhan suka cara Amar menasihatinya, yang dengan blak blakan mengutarakan pendapatnya
"Oh yah, lalu kamu jatuh cinta pada siapa? Model? Artis? Bintang majalah? Anak pengusaha, atau .., ?"
"Wanita biasa!"
Amar diam tersenyum, dengan hati penasaran. Siapa wanita biasa yang bisa membuat seorang Reyhan Artaffa jatuh cinta?
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
Kim Reyaa
eheemmmm...pak bos udah cinlok niih , udah terbuka niih , udah ngakuin kalo jatoh hati niih hhhh
2023-01-28
0
Fay
semangat thor 🤭
2022-08-17
0
⚜️ Devi Dedev 💠
cieeee reyhan, mulai tumbuh benih benih cinta
2020-04-28
1