Sharma baru saja selesai merapihkan diri saat nomor asing tiba tiba saja menelponnya beberapa kali. Sudah Sharma rijek berkali kali pula, tapi orang iseng itu terus saja menelponnya sampai membuat Sharma terpaksa harus mengeser ikon hijau dilayar ponselnya
"Assal .....,"
"Kenapa lama sekali"
"Lamu'alaikum" Cicit Sharma dengan suara kecil saat tiba tiba saja ia mendapat semprotan diujung telpon. Ia terpaku mendengar suara laki laki disana
"Sharma"
"I..., iya. Ini siapa ya?" Tanya Sharma dengan terbata
"Saya!"
Sharma mengernyit, suara serak khas orang baru bangun tidur itu membuat Sharma tidak dapat menebak siapa orang yang sedang berbicara dengannya
"Saya siapa?"
"Kamu, Sharma" Sahutnya yang malah memberitahukan nama Sharna
"Ahh. Eh, maksud saya Bapak ini siapa?" Sharma gelagapan
Orang dijung telpon seperti menghembuskan nafasnya dengan kesal
"Reyhan"
Sharma meringis saat mendengar pengakuan sang penelpon, menepuk jidatnya sendiri . Ternyata si penelpon adalah bosnya
Ada apa menelpon pagi pagi begini. Padahal semalam Sharma sudah bergadang karena mempelajari tugasnya sebagai asisten pribadi sang bos
"Maaf Pak. Saya tidak tau, saya tidak punya nomor ponsel Bapak sebelumnya" Sesal Sharma dengan sopan
"Simpan nomor saya, ini nomor pribadi"
Pribadi?
"Saya ingin menanyakan agenda saya hari ini"
Sharma tersadar saat bosnya kembali bersuara. Tapi tunggu, apakah harus sepagi ini, mengapa tidak bertanya di ksntor saja nanti? Ahh, Bos memang bisa melakukan apa saja sekalipun itu amat mengherankan
Sharma, menyahut pertanyaan Reyhan. Menjelaskan apa saja kegiatan Bosnya untuk hari ini. Yang hanya dijawab dua kata oleh Reyhan
"Oh. Oke"
"Huh" Sharma terduduk, mengelus dadanya dan kemudian malah merebahkan diri diatas tempat tidur setelah panggilan dengan bosnya berakhir
"Gimana dong, aku belum terbiasa sama tugas baru ku, apalagi komunikasi langsung dengan Pak Reyhan" Lirih Sharma dengan tangannya yang berada di udara. Sampai ponselnya yang kembali bersuara, membuat ia terdiam untuk beberapa saat
"Pak Reyhan?"
Sharma meraba ponselnya, melihat ID penelpon dengan setengah ragu, kemudian ia bernafas lega
"Asalamualaikum Dok"
"Waalaikumsalam Sharma"
Sharma tersenyum saat Roger disana menyahuti salamnya
"Ada acara apa hari ini?"
Sharma diam sebentar. Seingatnya, jadwal Bosnya hari ini hanya sampai
Jam dua siang saja. Setelahnya, tidak ada acara lain lagi kecuali urusan
pribadi sang Bos yang Sharma enggan mencampurinya. Meskipun
Indah bilang padanya jika tugas Sharma adalah juga mengurus urusan
pribadi sang Bos, tapi entahlah. Sharma merasa canggung
"Sharma"
"Ahh. Iya Dok"
"Bagaimana Sharma?"
"Mm, sepertinya tidak ada acara apa apa"
"Mm. Bagaimana jika saya menjemput kamu setelah dzuhur nanti?"
"Untuk acara apa ya Dok?"
Sekarang, giliran Roger yang bingung. Ia ingin mengajak Sharma datang ke rumahnya
Tapi takut Sharma merasa enggan memenuhi undangannya. Meski ini bukan atas kepentingan pribadinya
"Mmm, Mama saya mengundang kamu untuk makan siang. Bagaimana?"
Sharma diam. Ini bukan yang pertama kali Zahro, ibunda Roger mengundangnya
untuk datang ke rumahnya. Hanya saja Sharma sering merasa canggung tiba
Zahro sering menanyainya tentang hubungan ia dengan Roger, padahal selama ini ia dan
Roger hanya berteman saja. Meski Sharma sering menilai jika Roger adalah muslim sejati
Laki laki yang taat beribadah, calon imam yang baik. Tapi Sharma tidak berani berharap lebih. Apalagi, ia dan
Roger sudah kenal sangat lama
"Bagaimana Sharma?"
"Mmm, saya tau kamu pasti merasa bosan dengan ....,"
"Jangan ngomong gitu dong Dok, Sharma bersedia. Tapi Sharma tidak janji
soalnya Sharma tidak tau ...."
Sharma terdiam. Masa ia dia harus bilang pada Roger jika ia memiliki Bos yang sering
Berbuat sesuka hatinya? Ahh, tidak itu tidak baik. Batin Sharma berteriak
"Kenapa Shrama?"
"Enggak Dok, nanti akan Sharma kabari. Yah"
"Baik Sharma. Saya tutup telponnya, asalamualaikum"
"Waalaikumsalam"
Sambungan terputus, bersamaan dengan suara Bunda yang memanggil Sharma diluar kamar
"Sharma"
"Iya Bunda"
"Diluar ada yang menunggu, nak"
Sharma mengernyit, yang menunggu. Siapa?
"Cepat yah Nak" Suara Bunda kembali menyadarkan Sharma
"Iya Bunda. Sharma sebentar lagi ke luar"
Sharma menggapai tas nya, kemudian pergi ke luar
"Dimana Bunda?" Tanyanya setelah ia keluar dari kamar
Sang Bunda yang sedang menata meja makan untuk sarapan, menoleh. Sementara Ayah pun juga tengah menikmati sarapannya dengan sesekali bersendagurau dengan Nazwa
"Di luar, sopir kayaknya"
Sharma mengernyit tidak mengerti, namun juga tidak tau jawabannya, daripada bingung lebih baik ia memastikan sendiri siapa orang yang menunggunya
"Sharma cek sebentar Bunda"
Bunda mengangguk, sementara Sharma berjalan ke luar dan mendapati seorang pria berpakaian hitam tengah berdiri disamping mobil
"Maaf, Pak. Ada apa ya?"
Tanya Sharma setengah ragu dengan tersenyum, pria itu juga nampak tersenyum dan kemudian menyahut
"Saya Mali. Supir pribadi keluarga Pak Reyhan, saya menjemput Ibu untuk datang ke kantor"
"Hah?"
"Tapi saya akan diantar Ayah saya Pak"
"Pak Reyhan menyuruh saya menjemput Ibu, kalau Ibu tidak mau, maka ...,"
"Euu, baik Pak. Sebentar ya"
Pamit Sharma yang kemudian kembali ke dalam rumah. Meski merasa sangat heran karena mendapat jemputan, dan juga sedikit paksaan, tapi Sharma tidak dapat berfikir banyak. Bosnya adalah penguasa, ia bisa melakukan segalanya meski bertentangan dengan kemauan Sharma sekarang
Setelah sedikit sarapan, Sharma pamit duluan untuk berangkat ke kantor dengan sopir pribadi yang dikirim Reyhan. Karena jika Sharma tidak ikut dengannya, rasanya memang akan ada bahaya yang mengintai Pak Mali
Sharma tidak tega
*
Saat Sharma turun dari mobil, Syifa baru saja akan masuk ke perusahaan. Ia langsung berdecak begitu melihat sahabatnya itu yang turun dari mobil setelah dibukakan pintu oleh sang supir
"Assalamualaikum Syifa"
"Waalaikumsalam, Ibu Bos" Syifa mengamati Sharma dengan seksama, membuat gadis itu hanya mengernyit heran dan kemudian tersenyum
"Kamu ini, apa apaan sih" Sahutnya
"Baru jadi Asisten Pribadi aja udah di jemput jemput gitu, apalagi kalo udah jadi istrinya si Bos" Godanya
"Kalo aku jadi istrinya si Bos, aku gak bakal di jemput sopir pribadi"
"Jadinya?"
"Dijemput sama si Bosnya lah"
Syifa tertawa, tidak menyangka jika Sharma akan membalasnya dengan bercanda. Biasanya gadis itu akan menasihatinya jika ia berbicara sembarangan
Tak lama dari itu, sebuah mobil yang diketahui adalah milik Reyhan menepi di parkiran khusus petinggi perusahaan. Sharma dan Syifa hanya saling berpandangan saja sampai kemudian Reyhan dan Akbar keluar dari mobil, menghampiri dua gadis yang masih berdiri ditempatnya tadi
"Selamat pagi Pak" Syifa dan Sharma menyapa Bos mereka
Reyhan hanya mengangguk, sampai kemudian ia melangkah, menapaki anak tangga dan berhenti di undakan tangga ke tiga
"Sharma"
"Iya Pak"
Reyhan hanya terdiam, Akbar yang mengerti lantas berbicara "Sharma, sekarang kamu Asisten Pribadi Pak Reyhan. Meja kerja kamu di dalam ruangan Pak Reyhan"
"Satu ruangan?" Tanya Sharma yang matanya langsung mengarah pada Reyhan yang tidak bergeming di posisinya
"Kamu lihat saja nanti!" Ungkap Reyhan yang kemudian meneruskan langkahnya. Sementara Sharma kebingungan sendiri di buatnya. Ia menatap Syifa, tapi gadis itu justru malah menggeleng
Akbar memberi kode pada Sharma agar mengikuti Reyhan, Sharma mengangguk dan kemudian bergegas. Ada di belakang Reyhan dengan Akbar. Para staf yang sudah berada di tempatnya masing masing hanya menunduk hormat dan menyapa singkat saat Reyhan melewati mereka
Sharma bisa melihat berbagai tatapan dari staf wanita itu yang melihatnya berada di belakang Reyhan. Bermacam macam tatapan melihatnya dengan iri, benci dan ada juga sebagian yang biasa saja
Toh mereka juga pastinya sudah tau, jika Sharma diangkat menjadi Asisten Pribadi CEO mereka
"Bagaimana, tadi pagi kamu berangkat dengan supir saya?" Tanya Reyhan saat keduanya akan memasuki lift eksekutif, lif khusus ke ruangannya
"Iya Pak. Terimakasih"
Reyhan nampak mengangguk, sampai pintu lift terbuka dan ketiganya masuk k
"Oh, iya Pak. Saya rasa, saya tidak perlu berada satu ruangan dengan Bapak" Tuturnya setengah ragu. Dari awal, ia memang merasa keberatan dengan hal tersebut
"Memangnya kenapa? Bukannya nanti mudah, bagi saya untuk menghubungi kamu"
"Tapi saya merasa ...,"
Ting
Pintu lift terbuka, Sharma tak dapat melanjutkan perkataannya, apalagi Reyhan seolah sengaja ingin menghindari protes yang diutarakannya
Sharma tidak dapat berbuat apa apa
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
Kim Reyaa
di Pepet , di muter-muter in dulu aja bos hehehe....sampai Sharma nya nyadar kl.hati bos nya udah terpaut sama sharma
2023-01-26
0
Fay
mulai seru nih thor 🤭🤭
2022-08-17
0
AR Althafunisa
ceritnya selalu sukak
2021-09-08
1