Jalanan tetaplah padat oleh kendaraan meski waktu sudah kian sore, sebuah mobil putih, terus melaju dibelakang sedan hitam yang dikemudikan oleh Roger
Entahlah, Akbar juga tidak mengerti mengapa Bosnya menyuruh ia untuk mengikuti mobil yang ditumpangi Sharma. Sebagai bawahan, Akbar hanya menuruti perkataan Bosnya saja selama itu tidak membahayakan nyawa orang lain
Sampai ketika mobil Roger berhenti di area parkir masjid, mobil Reyhan yang dikemudikan Akbar juga otomatis berhenti
"Kenapa mereka berhenti disini?" Tanya Reyhan seraya menepuk bahu Akbar
Akbar hanya menggeleng sambil memperhatikan. Dua orang itu turun dari mobil, sedikit berbasa basi dan kemudian menaiki tangga untuk masuk kedalam mesjid
Akbar baru menyadari jika mobil mereka berhenti di tempat ibadah, dan Akbar tau apa yang akan mereka lakukan, Akbar melihat arloji dipergelangan tangannya dan kemudian mengangguk. Sementara Reyhan dibelakangnya terus menepuk bahunya meminta jawaban
"Sepertinya mereka akan melaksanakan shalat ashar Pak"
Reyhan nampak mengangguk mengerti
"Kita tunggu saja" Sahut Reyhan yang kemudian bersandar pada sandaran kursi, dan menopang dagunya
"Pak, sekalian disini. Saya juga akan melaksanakan shalat" Sahut Akbar sambil melepas seatbeltnya
Reyhan beringsut
"Saya ikut!"
Akbar membeku, kemudian perlahan menoleh pada Reyhan dibelakangnya
"Bapak mau ikut shalat?" Tanya Akbar dengan dahi berkerut, ditambah senyum canggungnya. Karena ia tau bagaimana Bosnya
Reyhan menggeleng, kemudian mendehem
"Saya akan menunggu kamu di depan mesjid" Sahutnya. Akbar hanya mengangguk, lalu kemudian mengiyakan keinginan Reyhan. Keduanya turun dari mobil dan berjalan menuju mesjid
Karena akan melaksanakan shalat, Akbar permisi buru buru. Sedangkan Reyhan hanya berjalan pelan sambil menatap bangunan yang selalu di sebut sebagai rumah Allah itu. Bahkan Reyhan tidak ingat, kapan kakinya pernah melangkah kesana
Mendiang sang Kakek selalu menasihatinya untuk berbuat kebaikan, dan Reyhan selalu patuh menurutinya. Ia sering berbagi pada kaum dhuafa, fakir miskin, sering bersedekah pada orang yang tidak mampu dan membutuhkan. Ia sering berdonasi ke mesjid mesjid, pondok pesantren, dan panti asuhan
Bahkan ia pernah menjadi donatur yang menyumbang terbanyak untuk pembangunan sebuah mesjid, tapi sekalipun ia belum pernah melaksanakan kewajibannya disana. berfikir demikian pun ia tidak pernah. Hatinya sudah terlanjur keras
Reyhan hanya berdiri didekat tangga menunggu Akbar, tak lama dari itu seorang kakek yang mengenakan tongkat, dengan pakaian rapih datang untuk melaksanakan shalat dan hendak meniki tangga
Reyhan memperhatikan, melihat sang Kakek yang terlihat kepayahan, lantas Reyhan membantu memapahnya untuk menaiki anak tangga
"Biar saya bantu Kek" Katanya sambil menuntun sang Kakek. Kakek itu hanya tersenyum dan merima bantuan dari Reyhan
Saat sampai diteras mesjid, Kakek itu mengucapkan terimakaasih dan Reyhan pamit untuk kembali ke bawah tapi ...,
"Nak, tempat wudhunya ada disebelah sana" Sahutnya yang membuat Reyhan diam mematung
"Nak ...,"
"Iya, Kek"
Reyhan beranjak dengan sang Kakek, untuk mengambil wudhu
"Sangat disayangkan, sekarang ini banyak sekali orang yang tanpa merasa berdosa meninggalkan shalat" Tuturnya saat keduanya hendak ke tempat wudhu
"Para anak muda sekarang juga lebih senang nongkrong dipinggir jalan dari pada di mesjid, yang datang ke mesjid hanya para orang tua saja. Nah, sisanya, para anak muda malah lebih suka nongkrong dan berkumpul dengan kawan kawannya atas nama solidaritas"
"Padahal, jika para orang tua sudah tidak ada, siapa yang akan mengisi mesjid. Benar benar miris perkembangan zaman saat ini"
Ocehnya, sementara Reyhan danya diam. Hanya sedikit paham dan berfikir, ada dari mereka yang tidak nongkrong, tetapi disibukan oleh pekerjaan. Disibukan oleh urusan dunia, termasuk Rehyan sendiri lah orangnya
Setelah mengambil wudhu, lantas Reyhan dan sang Kakek yang salah faham dalam kebaikan dan membuat Reyhan harus berwudhu lantas memasuki mesjid untuk melaksanakan shalat ashar berjamaah
Reyhan berdiri di shaf terakhir, menatap orang orang di depannya yang bersiap untuk shalat setelah salah satu dari mereka melaksanakan Iqomah
Ada kedamaian yang tiba tiba saja menyelimutinya, Reyhan merasa hangat berada diantara mereka
*
Barangkali hanya Tuhan yang tau tentang hal itu, dimana Sharma berdiri tepat dibelakang Reyhan yang terhalang tirai pembatas antara perempuan dan laki laki
"Loh, Pak Reyhan" Tegur Sharma saat ia menuruni anak tangga dan mendapati Reyhan tengah berdiri disana, tanpa jas kebanggannya, dan tanpa dasi. Ia hanya mengenakan kemeja saja, terlihat seperti orang biasa yang sederhana
Reyhan hanya tersenyum
"Bapak sedang menunggu siapa?"
"Akbar. Saya sedang menunggu Akbar"
Sharma hanya mengangguk
"Kamu sendiri?" Reyhan balik bertanya
"Saya menunggu Dokter Roger, sepertinya dia belum selesai"
Reyhan mengangguk, seperti memikirkan sesuatu namun kemudian ia hanya tersenyum
Keheningan mulai menyelimuti keduanya
"Kamu ..., sering mampir disini?"
Sharma menoleh, kemudian mengangguk
"Biasanya, sepulang dari panti saya akan mampir untuk shalat ashar disini. Karena kalau tidak, sampai rumah pasti sudah sangat sore. Tidak keburu shalat ashar" Jelasnya dengan panjang lebar
"Apa itu penting?"
Sharma mengernyit, kemudian menggeleng dengan setengah tertawa
"Sangat penting!"
"Mengapa?"
"Karena kita membutuhkan dia (Allah)"
"Itu adalah cara kita berkomunikasi dengan Tuhan. Dengan shalat, kita dapat mendekatkan diri padanya, berserah diri yang membuat hati kita menjadi tentram"
Reyhan hanya memperhatikan saat Sharma banyak berbicara padanya
"Shalat itu kan ibadah utama bagi kita orang yang beragama Islam, tiangnya agama."
"Apa semua orang butuh Tuhan?"
Lagi, Sharma mengernyit
"Pak, saya ini bukan ahli agama. Saya juga masih orang awam yang tidak bisa seenaknya saja menjawab pertanyaan Bapak"
"Tapi saya ingin tau jawaban kamu Sharma"
Sharma diam, ia bingung sendiri. Ia takut salah menyampaikan pemahaman pada bosnya yang sepertinya haus pengetahuan saat ini
"Sesungguhnya, manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan, ia akan berkeluh kesah. Dan apabila ia mendapatkan kebaikan ia amat kikir. Kecuali mereka orang-orang yang mengerjakan shalat" (Q.S Al-Ma'arij:19-22)
Sekarang, giliran Reyhan yang diam, bingung. Yang belum bisa menyerap apa yang baru saja disampaikan oleh Sharma
"Sharma"
Sharma menoleh. Roger tengah berdiri dibelakangnya dengan Akbar
"Mari pulang, sekarang sudah sore" Sambungnya yang langsung mendapat anggukan dari Sharma
"Pak Reyhan, Mas Akbar. Saya duluan, asalamualaikum" Pamit Sharma yang kemudian berlalu dengan Roger yang juga berpamitan singkat pada Reyhan dan Akbar
"Waaalikumsalam"
Sementara Reyhan masih diam. masih berfikir keras sampai kemudian Akbar dengan sopan menepuk bahunya agar tersadar
"Pak, mereka sudah berangkat" Katanya setelah Reyhan menoleh
"Lantas?"
Akbar jadi kikuk sendiri ditanya seperti itu oleh Bosnya yang tiba tiba saja menjadi sinis padanya, padahal sebelumnya mereka baik baik saja
"Kita langsung pulang saja!" Sahutnya sambil beranjak. Setengah ragu dan bingung akhirnya Akbar hanya bisa mengiyakan
Sepanjang perjalanan, Reyhan hanya terdiam. Membuat Akbar yang sedari tadi memperhatikannya lewat spion didalam mobil cukup merasa heran pada bosnya itu
"Akbar"
"Kenapa Pak?"
"Kamu tau banyak tentang Sharma?"
Akbar lagi lagi diam, ia benar benar dibuat bingung oleh pertanyaan bosnya yang tiba tiba saja selalu bertujuan pada Sharma. Bahkan sampai mau mengikuti Sharma sejauh ini, padahal rumah bosnya tidak berarah kesana, sehingga membuat Akbar harus putar balik saat bosnya tiba tiba saja menyuruh langsung pulang dan tidak lagi mengikuti Sharma
"Yang saya tau, Sharma itu anak tunggal Pak. Ayahnya memiliki toko material, ibunya tukang jahit rumahan"
"Sejak kecil, Sharma memang tumbuh dari lingkungan islami Pak, sejak SMP sampai SMA, dia menetap di sebuah pondok pesantren. Tapi karena suka dengan karya seni, ia mengambil jurusan tersebut saat kuliah, dan keterima bekerja diperusahaan kita"
Reyhan manggut manggut saat Akbar menuturkannya
"Ia sering datang ke panti setiap hari minggu, bermain dan mengajarkan mengaji pada anak anak panti" Tutur Akbar, untung saja tadi ia sempat mengobrol banyak dengan Sharma dan juga pemilik panti
"Pertemuan dia dengan Roger, bagaimana?"
Akbar menggeleng, rasanya itu adalah masalah pribadi Sharma yang tidak mungkin bagi Akbar menanyakannya pada gadis cantik itu
"Sharma juga suka melukis Pak"
Lagi, Reyhan hanya mengangguk. Baru beberapa hari ia mengenal Sharma, dan rasanya gadis itu sudah sangat mengganggu perasaannya
Sama halnya dengan Sharma, ia yang sepanjang perlajalanan hanya diam dan melamun, cukup membuat Roger yang berada disampingnya merasa heran
Mau ditegur saja, tapi ia merasa tidak tega
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
Kim Reyaa
mulai tumbuh niih bibit-bibit anu hehehe
2023-01-26
0
Fay
lanjut thor 😇😇
2022-08-17
0
Lylo
ayo beb lanjuuuuuuutt 😘😘
2020-04-18
1