Pengakuan

Untuk sesaat, keduanya sama-sama diam berusaha menyelami pikirannya masing-masing. Andre memandang Nisa lalu menarik tangan wanita itu dan menggenggamnya erat. Nisa terkejut dengan perlakuan itu, apalagi saat Andre membawa telapak tangannya dan meletakkan di jantung laki-laki itu. Irama detak jantung yang berdetak cepat terasa berdenyut di tangan Nisa, membuatnya lagi-lagi tak bisa berkata-kata.

"Detak jantung ini selalu sama setiap kali aku bersama denganmu, baik itu dulu maupun sekarang. Tak pernah sedikitpun ia berdetak untuk wanita lain, hanya kamu Nis. Percayalah bahwa cintaku selalu bertambah setiap detiknya untukmu."

"Kamu adalah mimpiku sejak dulu, Nis. Tak pernah terpikirkan sedetikpun untuk menggantinya dengan mimpi yang lain. Sejak mengenalmu dan jatuh cinta padamu aku mempunyai impian yang sederhana, mencintaimu dan dicintai olehmu hingga kita lupa bagaimana caranya berpisah."

"Saat aku meminta berpisah dulu, bukan karena aku tidak mencintaimu lagi, Nis. Tapi ada sesuatu yang sedang mengancam keselamatanmu dan aku sadar akan ada banyak masalah jika aku tidak mengambil tindakan saat itu. Aku melakukannya untuk melindungimu. Saat itu, aku masih terlalu lemah untuk melindungimu "

"Dan jika kamu mengatakan bahwa aku tak pernah merasa cemburu karena kita tak ada hubungan lagi, maka bolehkah aku bertanya padamu? Will you be my girlfriend again?" tanya Andre sambil menatap mata Nisa dengan kesungguhan.

Nisa begitu terpana mendengar untaian kata-kata manis yang diucapkan Andre. Sejuta kata yang terucap, hanya kata terakhir yang terdengar jelas di telinganya. Dia merasa begitu terharu dicintai begitu mendalam oleh seorang laki-laki yang menurutnya tak terjangkau lagi. Tanpa sadar bulir air mata membasahi pipinya

Andre mengusap lembut air mata itu, "Kenapa kamu menangis? Apa ini begitu membebanimu?"

Nisa menggeleng, "Aku hanya merasa bahagia dan terharu."

"Kalau begitu, bisakah kamu menjawabnya sekarang?"

"Aku... aku sejujurnya aku masih ragu dengan perasaanku sendiri. Rasa sakit yang dulu kamu tinggalkan masih begitu membekas, hingga membuatku ragu apa aku bisa percaya dengan cinta lagi."

Andre mengehela nafas. Ini memang salahnya dan sekarang dia pun harus memetik hasilnya, "Maafkan aku. Aku mengerti dengan apa yang kamu rasakan dulu, karena aku pun butuh waktu beberapa lama untuk bisa bangkit lagi "

"Tidak apa-apa. Mungkin sebenarnya itu hanya ujian untuk menguji cinta kita." Nisa berpikir sebentar lalu menatap Andre dengan ragu, "Bisakah kamu memberiku waktu? Aku ingin tahu apakah perasaan ini masih sama seperti dulu ataukah sudah berubah."

Andre mengangguk, "Tentu Nis, ambillah waktu sebanyak yang kamu mau. Cintaku akan tetap sama ketika kamu sudah menemukan jawabannya. Tapi, bolehkah kamu memberikanku kesempatan untuk lebih dekat lagi denganmu?"

"Tentu."

Andre tersenyum lega, setidaknya dia tidak harus merasa tersiksa lagi karena harus berakting tidak saling mengenal dengan Nisa sebelumnya. Kini yang harus dipikirkan adalah bagaimana caranya agar membuat Nisa yakin bahwa wanita itu juga masih memiliki rasa yang sama dengannya. Hal pertama yang harus dilakukan sepertinya adalah membuat Nisa percaya dengan kekuatan cintanya.

"Baiklah, kita lanjutkan perjalanan kita."

"Sebenarnya kita mau kemana?"

"Kamu akan tahu sendiri nanti."

Andre menghidupkan mobilnya lagi dan mengarahkannya ke sebuah salon perawatan terbaik di kota ini. Niat awalnya yang akan membawa Nisa ke acara keluarganya harus berhasil. Bahkan dia sudah membelikan Nisa gaun tercantik yang terbungkus rapi di jok belakang.

Dengan pelan diraihnya tangan Nisa lalu diciumnya lembut. Nisa hanya tersenyum malu diperlakukan seperti itu. Tangan Andre terasa besar dan hangat, terasa begitu pas menggenggam tangannya yang mungil. Nisa mengingat-ingat apakah dulu Andre sudah semanis ini?

Tiba-tiba Nisa teringat sesuatu, "Oh ya, kamu tadi bilang bahwa kamu memutuskanku karena ingin melindungiku. Melindungiku dari apa?"

Deg! Ini belum saatnya Nisa tahu, "Suatu saat nanti akan kuberi tahu, tapi tidak sekarang." Andre tersenyum lembut. Beruntungnya, mereka sudah sampai di tempat tujuan hingga Andre mempunyai alasan mengalihkan pembicaraan. "Ayo turun, kita sudah sampai."

Andre membuka pintu mobilnya lalu mempersilahkan Nisa turun. Nisa terpaku di depan salon dan mengerutkan keningnya heran, dia tahu ini adalah salon terbaik dan termahal di kota ini. Untuk apa Andre membawanya kemari?

"Kita mau ngapain ke sini? Kamu mau potong rambut?" tanyanya penasaran.

Andre tersenyum tanpa menjawab namun langsung membawanya masuk ke dalam. Mereka disambut oleh resepsionis yang tersenyum ramah kepada Andre. Nisa hanya mendengus kecil, siapa yang tidak akan merasa kepincut dengan pesonanya Andre?

"Ada yang bisa saya bantu, Mas?" tanyanya lembut sambil menyelipkan rambut di belakang telinganya membuat Nisa hampir muntah melihatnya. Kentara sekali centilnya.

"Iya, Mbak. Tolong pacar saya yang cantik ini didandani supaya lebih cantik lagi, ya." Resepsionis itu merasa terkejut mendengar perkataan Andre. Yah, sayang sekali sudah ada yang punya.

Nisa pun merasa terkejut, "Apa? Kenapa aku harus dandan?"

Andre tersenyum manis, yang membuat resepsionis di depannya klepek-klepek melihat senyumannya. "Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat dan aku ingin kamu dandan yang cantik."

"Memang biasanya aku tidak cantik?" Nisa mengerucutkan bibirnya sebal. "Kamu kan tahu sendiri, aku tidak terlalu suka dandan."

"Jangan memancingku untuk menciummu di sini. Kamu sengaja ingin menggodaku dengan memanyunkan bibirmu?" bisik Andre.

"Ap-pa? Dasar mesum!"

Andre tertawa puas melihat rona merah kembali menghiasi pipi Nisa. "Dengar, Nis. Aku tahu kamu tidak suka dandan. Dan aku juga tahu, kamu itu cantik apa adanya, tapi kita akan menemui banyak orang dan aku tidak ingin merasa kamu malu."

"Memangnya kita mau pergi ke acara apa?"

"Sudahlah, nanti akan kuberi tahu. Yang penting sekarang kamu dandan dulu, supaya nanti kita tidak terlambat." Andre mendorong Nisa ke arah dalam. "Mbak, tolong ya pacar saya diantarkan ke dalam."

"Oh iya, Mas. Mari Mbak, ikut saya."

Nisa pun dibawa masuk ke dalam dan seketika takjub dengan kemewahan interior bagian dalamnya. Semua orang yang masuk ke salon itu akan dibawa ke bilik yang tersedia banyak. Setiap biliknya mempunyai alat salon yang lengkap dan terkesan mahal. Pun juga disediakan makan dan minuman gratis.

Nisa mengikuti resepsionis tadi dan ternyata dibawa ke salah satu bilik.

"Sebentar ya, Mbak. Make up artisnya sebentar lagi datang. Mbak tunggu aja di sini. Silahkan dicicipi makanan dan minumannya, ini gratis. Saya tinggal dulu ya, Mbak."

"Iya Mbak, silahkan. Terima kasih sebelumnya."

Bertepatan dengan resepsionis tadi membuka pintu, dari arah berlawanan ada seorang wanita separuh baya yang datang.

"Lha ini yang ditunggu-tunggu. Mbak, ini kenalkan Mpok Risma. Beliau adalah MUA terbaik di sini dan dijamin Mbak pasti dibikin pangling 100%."

"Ah, bisa aja kamu ini." Mpok Risma sepertinya malu dipuji terlalu tinggi. Nisa hanya tertawa melihatnya.

"Jadi, Mbaknya mau dimake over seperti apa?" tanya Mpok Risma setelah resepsionis tadi keluar.

"Ehmm... yang natural aja, Mbak. Jangan terlalu menor."

"Kalau itu sih gampang. Mbaknya ini udah cantik natural jadi mau didandani kayak apapun tetap cantik hasilnya."

"Ah, Mpok Risma bisa aja."

Setengah jam kemudian, wajah Nisa selesai didandani, dan saat Mpok Risma sedang menggulung rambut Nisa ada ketukan di pintu yang membuat keduanya menoleh. Nisa melihat resepsionis tadi datang dengan membawa kotak besar.

"Mbak, kata mas-nya tadi setelah selesai Mbak harus ganti dengan baju ini."

Nisa heran, kapan Andre membeli baju untuknya? "Taruh di sofa aja, Mbak. Makasih, ya."

Resepsionis itu permisi kembali ke depan.

"Nah, sudah selesai. Silahkan ganti baju dulu, Mbak. Ruang gantinya di pojok itu ya, Mbak."

Nisa berjalan ke arah ruang ganti dengan membawa kotak tadi. Perlahan dibukanya kotak itu dan seketika terpesona dengan isinya. Kotak itu berisi dress yang sangat indah lengkap dengan sepatunya. Nisa mengusap lembut dress itu dan langsung tahu betapa mahal harganya. Dressnya begitu lembut dan terlihat mewah.

.

.

Nisa segera mengganti bajunya dengan hati-hati, agar tak merusak riasan dan gelungan rambutnya yang sudah tertata cantik. Setelah itu dia memandang ke arah cermin.

"Apa ini benar-benar aku?" gumamnya tak percaya. Kenapa ia bisa bermetamorfosis dari ulat bulu menjadi kupu-kupu cantik? Sungguh menakjubkan keajaiban sebuah make up.

.

.

*Tatanan rambut Nisa. Cantik, kan? ☺️

Terpopuler

Comments

Risma Dewi Lestari

Risma Dewi Lestari

ay ay ay ada nama akoh disitu Thor😂😂😂🤣🤣🤣🤣🤣

2021-01-08

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!