Car Free Day ( 2 )

"Wah, kebetulan sekali kita bertemu di sini." Radit tersenyum senang, sedangkan Nisa tersenyum canggung. Masih jelas dalam ingatannya terakhir kali bertemu Radit, ciuman pertamanya dicuri oleh Andre hanya karena dia merasa cemburu dengan laki-laki didepannya ini. Cih!

"Emm... iya. Aku juga gak nyangka. Rumah Kak Radit di daerah sini ya?"

"Kamu pasti lupa, rumahku kan cuma beda satu blok dari sini."

"Oh iya, aku lupa. Hehe."

"Ehemmm...." Tri berdehem keras merasa dilupakan.

"Oh iya Kak, kenalin ini temanku Tri. Dia juga sekantor sama aku." Tri dan Radit saling berkenalan lalu berbasa basi sebentar.

"Bicaranya sambil duduk, yuk," ajak Nisa yang langsung duduk di bangku paling ujung, Tri duduk di tengah dan Radit pun akhirnya di ujung yang lainnya. Sebenarnya dia ingin duduk dekat dengan Nisa tapi apa daya, wanita itu tampak sudah nyaman dengan tempatnya sekarang. Setidaknya Radit bersyukur sekali dirinya masih bisa sedekat ini dengan wanita yang telah mencuri perhatiannya sejak pertama kali mereka bertemu.

"Kalian sering ke sini?" tanya Radit.

"Gak kok, Kak. Ini aja aku baru ke sini lagi setelah terakhir kali waktu masih kuliah dulu. Kalau Nisa sih, katanya lumayan sering ke sini bareng adiknya."

"Oh ya, kok kita gak pernah ketemu ya, Nis?"

"Mungkin belum waktunya, Kak. Lagian itu juga cuma bisa dihitung dengan jari. Biasanya jadwalku kalau hari minggu itu ya cuma rebahan."

Radit tertawa, "Bisa aja kamu. Emangnya kalian gak keluar sama pacar kalian kalau minggu?" tanyanya modus.

"Pacarku mah jauh Kak, kita LDR-an. Nah, kalau Nisa ini yang masih free alias jomblo. Haha."

"Kebetulan banget, Nis. Aku juga masih jomblo."

"Wah gercep juga, Kak Radit. Sikat mang. Haha."

Nisa hanya tertawa mendengar godaan 2 orang di depannya ini. "Apaan sih, kalian ini. Aku tuh bukannya jomblo, cuma lagi-"

"Sayang, aku cari-cari ternyata kamu ada di sini."

Tak disangka ternyata Andre muncul di depan mereka dengan membawa sebuket bunga mawar merah. Wajahnya tampak sumringah dan sialnya terlihat tampan sekali di mata Nisa.

Ketiga orang itu masih terkejut dengan kedatangan Andre yang tiba-tiba. Dan semakin dibuat kaget ketika Andre menyodorkan buket bunga itu pada Nisa lalu mencium pipi wanita cantik itu. Tri tersedak cilok yang sedang dikunyahnya tadi, dan Radit hanya bisa menunjukkan wajah bingung.

Nisa memegang pipinya yang terasa panas, "Apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu menciumku?"

"Itu hanya ciuman di pipi, Sayang. Oh, apa kamu ingin kita melakukannya di bibir seperti waktu itu?" tanya Andre dengan wajah menggoda.

"Ap-pa?" Nisa kehilangan kata-katanya karena wajahnya sudah terlanjur memerah. Dia merasa malu sekali.

"Ayo, sekarang kita pergi. Kita akan sangat terlambat datang ke acaranya." Andre kemudian tanpa permisi memindahkan semua makanan dan minuman yang sejak tadi dipegang Nisa kepada Tri.

"Hey, hey, apa-apaan ini?" protes Tri.

"Titip ya, Tri. Kamu habisin semuanya juga gak apa-apa. Aku pergi dulu sama Nisa." Andre pun menarik tanga Nisa dan mengajaknya pergi. Terlihat Nisa yang sedikit memberontak tapi genggaman tangan Andre yang terlalu kuat tak bisa dilepasnya.

"Kamu pikir aku pembantu? Hey, mau dibawa kemana Nisa?! Dasar pencuri!!" Tri berteriak keras hingga orang-orang disekitarnya menoleh ke arahnya. Dia kesal sekali tidak bisa menyusul Andre karena banyaknya barang dipangkuannya. "Sial! Sepertinya dia sengaja," gerutunya kesal.

"Ada apa ini, Tri? Bisa kamu jelaskan padaku? Katamu tadi Nisa jomblo, kenapa Andre bisa memanggilnya semesra itu?" tanya Radit yang sejak tadi merasa kebingungan dengan apa yang terjadi.

"Huh! Ini sama sekali tidak seperti yang Kak Radit bayangkan. Andre itu cuma mantan yang gagal move on, makanya dia ngejar-ngejar Nisa terus."

"Maksudnya Andre itu mantannya Nisa?"

"Iya, dulu mereka berpacaran waktu masih SMA dan putus ketika Andre mau kuliah di luar negeri. Entah bagaimana ceritanya, Andre tiba-tiba datang lalu menjadi manager kami, padahal katanya dia adalah anaknya big bos. Menurutku sih dia melakukan itu karena mau balikan lagi sama Nisa," jelas Tri sewot karena dia masih kesal sama si kunyuk Andre

Radit hanya manggut-manggut mendengar penjelasan Tri. Kini semuanya terasa masuk akal bagi dirinya. Tentang cerita Dini bahwa Andre sudah punya pacar sejak SMA, ataupun pandangan Andre yang penuh dengan api cemburu saat melihat dia dekat dengan Nisa.

Sementara itu di mobil yang dikendarai Andre, Nisa tampak memandang Andre kesal.

"Maksud kamu apa manggil-manggil sayang tadi?"

Andre hanya diam tak berniat menjawab. Dia terlihat fokus menyetir.

"Kenapa kamu diam saja? Hey, aku gak lagi ngoming sama patung,kan?" Tapi sepertinya Andre memang tak berniat menjawab, membuat Nisa jadi semakin kesal.

"Andre, ih! Kita ini mau kemana? Kamu... gak lagi mau nyulik aku, kan?" tanya Nisa ragu-ragu.

Andre mendengus, "Iya aku mau nyulik kamu terus aku bawa ke KUA. Biar kita nikah dan aku gak perlu khawatir dengan lalat-lalat yang terus saja ingin menempel padamu."

"Apa? Enak aja main nikah-nikah. Aku gak mau," protes Nisa panik. Bagaimana jika Andre memang nekat dan melakukan hal itu?

"Kalau begitu, diamlah."

"Seenggaknya kasih tahu dulu, kita ini mau kemana? Aku juga harus memberi tahu bapak kalau aku pergi sama kamu."

"Gak perlu, aku tadi sudah izin sama bapak dan ibu."

"Apa? Kamu tadi ke rumah?"

Andre diam tak menjawab, sebenarnya dari tadi ia berusaha menahan emosinya. Dia merasa cemburu sekali melihat Nisa tertawa senang bersama Radit. Meskipun saat itu juga ada Tri, tapi yang terlihat dimatanya hanya Nisa dan Radit. Cinta memang benar-benar buta.

Saat itu ingin sekali rasanya ia melompat diantara mereka lalu memukul Radit dengan keras. Sayangnya ia tak bisa melakukan itu di tengah keramaian, juga tak ingin membuat wanita yang sedang diperjuangkan cintanya itu marah padanya

Tanpa sadar ingatan itu membuat Andre memukul setir mobilnya keras, membuat Nisa terlonjak kaget.

"Kamu kenapa, sih? Dari tadi aneh banget," gerutu Nisa

Tiba-tiba Andre mengerem mobilnya. "Kamu mau tahu kenapa? Itu karena kamu. Ya kamu! Aku gak suka lihat kamu bersama Radit, apalagi sampai tertawa seperti itu. Kenapa juga kamu bisa ketemu sama dia di sana? Kalian janjian?!"

Nisa terkejut mendengar pertanyaan Andre yang sarat emosi, "Hello, Pak bos Andre, kenapa aku bisa ketemu Kak Radit di sana? Ya jelas itu tempat umum, siapa aja bisa ketemu di sana. Apalagi rumahnya Kak Radit ada di sekitar situ."

"Kamu bahkan sampai tahu rumahnya dimana, hubungan kalian sedekat apa memangnya?"

"Dasar udik! Kak Radit sendiri tadi yang bilang kalau rumahnya ada di sana. Dan kita tidak harus menjadi sangat dekat untuk tahu rumah seseorang, karena aku pun tidak tahu dimana rumah pacarku dulu walaupun kupikir kita sudah cukup dekat," sahut Nisa dengan nada getir.

Itu benar, bahkan sampai sekarang dirinya sama sekali tak pernah tahu dimana rumah Andre sebenarnya. Laki-laki itu tak pernah bercerita apapun tentang keluarganya pada Nisa. Jika dipikir lagi saat ini, hubungan seperti apa yang ia dulu jalani? Andre hampir tahu semua seluk beluk dirinya, tapi ia bahkan tak tahu apapun tentang Andre.

Andre seketika terdiam mendengar kalimat terakhir Nisa. Hatinya terasa diiris pisau. "Maaf."

"Untuk apa kamu meminta maaf? Semuanya sudah berlalu dan sama sekali tidak berguna sekarang. Lagipula untuk apa kita bertengkar seperti ini?" Nisa tertawa sarkastik, "Ini seperti pertengkaran sepasang kekasih saja, padahal kita sudah tak ada hubungan apapun lagi," tambahnya sambil tersenyum kecut.

Terpopuler

Comments

Rabiatul Addawiyah

Rabiatul Addawiyah

lanjut thor

2020-12-23

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!