Kakek

Akhirnya Andre pun beranjak untuk membangunkan Nisa. Dengan perlahan dia membuka pintu kamar berwarna coklat itu. Kamar bernuansa biru muda yang pertama kali menyambut matanya. Berbagai pernak pernik khas cewek menempel di dinding kamar. Pun juga banyaknya foto yang terpasang di dinding, kebanyakan foto Nisa dan Tri dengan berbagai ekspresi.

Andre kemudian melihat sekilas dan tak menemukan fotonya satupun. Dia pun maklum, mengingat kandasnya hubungan mereka. Tapi meskipun begitu, jujur saja ada yang membuatnya penasaran sejak tadi. Jika mereka berdua putus, kenapa sambutan keluarganya masih begitu hangat seperti dulu? Bahkan kentara sekali mereka begitu bahagia atas kedatangannya. Mungkinkah Nisa tidak menceritakan yang sebenarnya?

Pandangannya beralih pada wanita yang memenuhi isi hati dan kepalanya beberapa tahun belakangan ini. Andre tersenyum melihat wanita yang tidur terlentang dengan kepala masih menjuntai ke bawah. Perlahan ia mendekat ke ranjang dan duduk di sebelah Nisa.

Untuk sesaat yang ia lakukan hanya memandangi wajah cantik nan imut itu, lalu tangannya mulai mengelus rambut dan pipi sang wanita. Ia meneguk air liurnya saat tanpa sengaja tatapannya memandang bibir cherry yang sedang terkatup rapat. Membayangkan betapa nikmatnya jika ia bisa mereguk manisnya bibir itu lagi. Andre pun menggelengkan kepala berusaha mengusir otak mesumnya.

"Sayang, ayo bangun. Makan malamnya sudah siap," Andre berbisik sambil terus mengusap pipi Nisa.

Wanita itu hanya melenguh sebentar lalu membalikkan badannya membelakangi Andre.

Andre tersenyum jail, bibirnya mendekat ke arah daun telinga Nisa. "Sayang, kalau kamu tidak bangun juga, jangan salahkan aku jika aku menciummu lagi di sini. Biar orang tuamu tahu dan kita akan langsung dinikahkan."

Mata Nisa membuka perlahan lalu mengerjap pelan. Apa itu tadi? Ia seperti mendengar suara Andre membangunkannya. Ia pun kembali terlentang dan terkejut mendapati Andre sedang tersenyum manis padanya.

"Ahhhh!" Nisa melompat dari tempat tidurnya. "Apa yang kamu lakukan di kamarku?!"

"Sayang, ibu menyuruhku membangunkanmu karena kita akan makan malam sebentar lagi." Andre tersenyum geli melihat Nisa yang melotot ke arahnya. Gemas sekali.

"Sayang sayang, jangan panggil aku seperti itu! Cepat keluar! Dan jangan sekali-kali masuk kamarku lagi."

"Ada apa to, Nduk? Kok kamu teriak-teriak?" Tiba-tiba ibu muncul sambil membawa baki.

"Ibu... ini kenapa Andre bisa masuk kamarku? Ini kan lancang namanya, Bu." adu Nisa.

"Lancang apanya, to? Ibu tadi yang nyuruh Andre membangunkan kamu. Sudah, gitu aja kok ribut pake teriak-teriak segala. Kamu cepetan mandi terus habis itu kita makan. Cepat ya, jangan sampai ibu nyuruh Andre lagi nyusul kamu ke kamar mandi."

"Ibuuuuu....." Nisa merengek saat ibunya keluar dari kamarnya dan kembali melotot melihat Andre yang masih tersenyum padanya. "Apa senyum-senyum? Cepat keluar dari sini."

"Iya iya aku keluar." Andre menghentikan langkahnya saat hendak menutup pintu lalu menatap Nisa jail. "Yang lama ya mandinya, biar nanti aku bisa nyusul kamu beneran ke kamar mandi. Haha." Ceklek!

"In your dream!!"

Nisa buru-buru mandi dan berganti pakaian secepat yang dia bisa. Dia lalu menggerai rambut panjangnya dan memoles wajahnya dengan bedak. Tapi tunggu, kenapa dia harus memakai bedak padahal biasanya setelah mandi dia tidak pernah pakai apa-apa. Apa ini karena ada Andre dirumahnya? Dengan kasar dibersihkan lagi wajahnya dan keluar kamar tanpa riasan sedikitpun.

"Lama," sungut Hanafi saat Nisa mulai duduk di meja makan. Semua keluarganya plus Andre telah duduk di meja makan.

Akhirnya makan malam pun dimulai. Baru kali ini Nisa melihat suasana di meja makan semeriah ini. Ibunya tak henti-henti menyodorkan lauk pada Andre. Semua orang terlibat percakapan kecuali dirinya.

Setelah makan malam, Andre pun pamit karena memang hari sudah larut malam.

"Sering-seringlah datang ya, Nak Andre. Ibu senang kamu ke sini."

"Iya Bu, insha Allah."

Andre pun mencium kedua tangan bapak dan ibu, tos dengan Hanafi, lalu beralih pada Nisa yang langsung mengalihkan pandangannya.

"Sayang, aku pulang dulu ya. Kamu cepat tidur, ya." Nisa melotot mendengar panggilan Andre untuknya. Sepertinya laki-laki itu sengaja, terbukti dia tersenyum menggoda.

Andre membunyikan klakson saat mobilnya berlalu. Hanafi dan ibu semangat sekali melambaikan tangannya. Nisa cepat-cepat kembali ke kamarnya sebelum ada pertanyaan dari keluarganya. Huh, hari ini benar-benar melelahkan.

.

.

.

...----------------...

.

.

Andre masuk rumahnya dengan senyum lebar. Hatinya begitu senang karena bisa berada di rumah wanita pujaannya lama bahkan sampai makan malam bersama.

Saat melewati ruang tengah, dia terkejut mendapati kakeknya duduk di sana.

"Kakek," Andre mendekat dan mencium tangan kakeknya. "Kakek kapan datang? Kok tidak memberi kabar sebelumnya?"

"Kakek hanya berkunjung saja. Kamu darimana, kenapa baru pulang larut malam begini?"

"Aku dari makan malam, Kek." Andre begitu menghormati kakeknya. Waktu kecil dia lebih sering bersama kakek dan neneknya ketimbang dengan orang tuanya. Mereka terlalu sibuk hingga sering menitipkan Andre kecil. Sayang sekali sang nenek sudah pergi ke surga 5 tahun yang lalu.

"Sepertinya makan malam yang sangat spesial, karena dari tadi wajahmu sumringah sekali."

Andre terkekeh, "Iya, Kek. Makan malam spesial dengan orang yang istimewa. Kenapa Kakek sendirian di sini? Dimana mama?" Hanya ada mamanya saat ini di rumah. Papanya sedang keluar kota, sedang adik satu-satunya mrngambil kuliah di Bandung.

"Mamamu pamit ke kamar setelah menemani kakek makan malam, katanya capek. Capek apa, lha wong tiap hari kerjaannya cuma kumpul-kumpul sama teman sosialitanya."

Andre tertawa. Memang kebiasaan mamanya yang satu itu tidak disukai kakeknya. "Baiklah, kamu sebaiknya mandi dulu. Setelah itu ada yang mau kakek bicarakan. Kakek tunggu di kamar ya."

"Aku antar ke kamar ya, Kek.".

"Tidak perlu. Sebaiknya kamu cepat mandi. Kakek tunggu di kamar, ya."

"Iya, Kek."

Andre segera ke kamar dan membersihkan tubuhnya. Ia memutuskan memakai kaos dan celana pendek setelahnya. Kemudian dia menuju kamar kakeknya di lantai bawah

"Kakek," panggil Andre setelah dirinya mengetuk pintu.

"Masuklah, Ndre. Duduk sini." Kakek menunjuk sofa yang berhadapan langsung dengan tempat tidur.

"Nak, kamu tahu kan sudah berulang kali kakek memintamu menikah? Hari ini mamamu bilang bahwa dia akan mengenalkan calon istrimu saat acara keluarga besar Minggu depan. Benarkah?"

Andre terkejut, "Mama bilang begitu, Kek?"

"Iya, karena itu kakek ingin menanyakannya langsung padamu. Kakek tahu betapa inginnya mamamu mendapat menantu dari keluarga terpandang."

"Sebenarnya mama sudah bilang padaku beberapa hari yang lalu, Kek. Hanya saja aku hanya menganggapnya angin lalu. Aku pikir mama hanya menggertak."

"Jadi semuanya itu tidak benar?"

"Sebenarnya aku ingin sekali mengajak seseorang Kek, hanya saja aku tidak tahu apakah dia mau apa tidak," jawab Andre ragu-ragu.

Kakek tersenyum, "Apakah wanita yang hari ini makan malam denganmu?"

"Kakek benar."

"Kalau begitu ajaklah dia. Kakek ingin sekali bertemu dengan wanita yang membuat cucuku jatuh hati."

"Kakek serius?" Andre senang, itu artinya kakeknya sudah memberi lampu hijau meskipun belum bertemu dengan Nisa. "Tapi bagaimana dengan mama? Dia sebenarnya tidak pernah setuju aku bersama dengannya."

"Kakek yang akan mengurus mamamu. Percaya saja sama kakek."

"Terima kasih, Kek."

"Sama-sama. Sekarang kamu boleh keluar, kakek capek pengen tidur."

"Iya Kek. Aku permisi dulu, Kek. Sekali lagi terima kasih."

Kakek hanya tersenyum sambil mengangguk. Dirinya menjadi sangat penasaran dengan siapa Andre melabuhkan hatinya, mengingat betapa antusiasnya Andre. Hmm. anak itu sudah dewasa rupanya.

Andre begitu senang hari ini. Kakeknya sudah memberi lampu hijau agar Nisa dikenalkan kepada anggota keluarganya. Sekarang adalah bagaimana caranya meminta Nisa agar mau ikut acara keluarga minggu depan.

"Hmm... sepertinya ini akan menjadi PR yang sulit," gumamnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!