Ketahuan

"Makan siang di kantin yuk. Aku lagi pengen makan soto," ajak Jenni sambil membereskan mejanya. Istirahat makan siang kurang setengah jam lagi, tapi lihatlah dia tampak bersemangat sekali membersihkan mejanya.

"Masih kurang setengah jam lagi, Jen. Kok kamu udah beres-beres sih?" Nisa menatapnya heran.

"Halah Nis, kamu kayak gak tahu Jenni aja. Dia itu lagi semangat gara-gara gak sabar pengen ketemu anak magang baru." Shasha tertawa mendengar kelakar Dody.

"Hah, serius?" tanya Nisa dan Tri barengan. Memang diantara teman-temannya, hanya mereka berdua yang jarang makan di kantin. Lebih sering delivery atau makan di luar. Alasannya simple, kantin selalu penuh saat makan siang.

"Anak mana?"

"Anak GA (General Affairs). Katanya sih dia baru masuk semingguan yang lalu," jelas Shasha.

"Tumben kamu gercep gini, Jen?".

"Biasalah Nis, lihat yang bening aja matanya langsung ijo. Padahal udah ada kangmas yang setia di depan mata gini, tapi tetap aja ga kelihatan." Dody menunjukkan air muka memelas

"Setia, selingkuh tiada akhir," balas Jenni sarkastik.

"Salah, Jen. Setiap tikungan ada."

"SEnang TIdurnya Aja, tuh." Sontak semua tertawa mendengar celetukan Nisa. Pasalnya semua orang juga tahu, Dody itu jomblo abadi.

.

.

.

"Kalian duluan aja, aku mau ke toilet dulu. Pesankan 2 ya, sama aja kayak kalian," kata Tri yang langsung menyeretku.

"Eh Tri, aku gak pengen ke toilet."

"Udah, diem. Kamu temenin aku."

"Setdah, ke toilet aja minta temenin. Kenapa gak sekalian waktu kamu makan enak aja minta ditemenin."

Dahi Nisa berkerut heran, ini bukan arah ke toilet. Tri menyeretnya ke arah lorong yang sepi dekat dengan tangga darurat. Hanya di sini yang tidak terjangkau kamera CCTV.

"Kita mau ngapain di sini?" Lorong ini benar-benar sepi, maklum saja semua orang sedang pergi makan siang. Kesunyian yang sangat terasa seperti iniembuat Nisa agak merinding.

Tri memegang bahu Nisa sambil menatapnya intens, "Sekarang jujur sama aku, apa yang kalian lakukan tadi saat berada di ruangannya Andre?" tanya Tri tanpa tedeng aling aling.

"Kenapa kamu bertanya lagi? Bukannya aku tadi udah jelasin kalau Andre cuma memberiku proposal yang harus aku kerjakan hari ini," jelas Nisa was-was. Bagaimanapun juga sahabatnya ini punya feeling yang sangat tepat.

"Gak mungkin cuma itu yang terjadi. Benar kata Jenni, bibirmu tadi kayak habis dicium. Kamu bisa aja bohong sama yang lain, karena mereka tidak tahu ada hubungan apa kamu sama Andre. Tapi kamu gak bisa membohongiku, Nis. Jadi katakan, kalian gak benar-benar ciuman kan?"

Nisa mati kutu. Benar kan dugaannya, Tri bakal langsung mencium aroma yang tidak beres sedang terjadi. Pantas saja dari tadi dia selalu memandang curiga. Percuma menyembunyikan sesuatu dari titisan anjing pelacak ini.

"Emm... iya tadi Andre memang men-menciumku."

"Apa?" teriak Tri kaget. "Jadi benar dugaanku. Atas dasar apa dia melakukan hal itu?"

"Aku gak tahu. Tadi sewaktu dipanggil, aku kira bakal kena SP karena aku terlambat. Tapi ternyata dia malah tanya kenapa aku bisa berangkat sama kak Radit."

"Kak Radit? Tunggu, bukannya itu laki-laki yang waktu itu kamu ceritakan? Jadi tadi pagi kamu bareng sama dia?"

"Iya, gak sengaja ketemu di jalan waktu aku lagi nunggu ojol. Dan ternyata dia tetangga beda blok lho. Ya udah, daripada telat kak Radit tadi menawarkan buat nganterin."

"Terus gimana ceritanya Andre bisa nyium kamu?"

Wajah Nisa mulai merona, bagaimanapun juga dirinya masih merasa malu ketika mengingat kejadian tadi pagi. " Emm... ya gitu. Andre marah karena aku tidak mendengar peringatannya waktu itu, yang jangan dekat-dekat sama kak Radit itu. Terus dia juga protes waktu aku menyebut nama kak Radit. Dia bilang kenapa orang lain dipanggil kakak sedangakan aku memanggilnya dengan sebutan bapak."

Tri tertawa mendengar penjelasan Nisa yang terakhir. "Terus karena tida terima lantas dia menciummu, begitu?"

Nisa mengangguk dengan wajah memerah.

"Fix, itu artinya dia cemburu sama kak Radit. Dan ini semakin menguatkan dugaanku kalau dia masih cinta sama kamu. Ngomong-ngomong, gimana tadi rasanya berciuman lagi setelah sekian lama?" goda Tri demi melihat wajah sahabatnya yang malu.

"Setelah sekian lama apanya? Ini ciuman pertamaku tahu."

"Apa?" teriak Tri lagi, tapi kali ini dengan nada sedikit tinggi. "Ini pertama kalinya? Lha terus dulu kamu ngapain aja sama Andre?"

"Sorry ta, Tri. Aku bukan kamu yang main nyosor aja waktu pacaran. Aku bahkan dulunya berharap segala sesuatu yang pertama aku berikan sama suamiku. Tapi apa ini, ciuman pertamaku udah diambil duluan. Sama mantan pula!" Nisa sewot.

Tri tertawa. "Nasibmu, Beb. Tapi benar, aku gak setuju sama sikap Andre. Kalau dulu waktu kamu jadi pacarnya aku gak bakal kaget lihat dia nyium kamu, lha ini kalian udah gak ada hubungan apa-apa eh diany malah main nyosor aja. Dasar bebek!"

"Udahlah. Ayo kita ke kantin, aku udah laper banget."

.

.

...----------------...

.

.

Sore ini sepertinya Nisa harus kembali memesan ojol, karena Tri tadi sudah memberi tahunya bahwa dia harus buru-buru pulang karena ada acara di rumahnya.

"Sekali lagi maaf ya, Nis. Mama tadi sudah mewanti-wanti supaya cepat pulang. Entah tamu siapa yang datang. Tapi aku gak enak soalnya emang akhir-akhir ini aku pulang malam terus." Tri kembali meminta maaf untuk ke sekian kalinya saat mereka bersiap pulang.

"Iya Tri, gak apa-apa. Lagian gak tiap hari juga, kan? Kamu cepetan pulang sana terus mandi kembang tujuh rupa sama dandan yang cantik. Siapa tahu yang datang pangeran berkuda putih," goda Nisa.

"Apaan sih? Yang ada paling aki-aki yang mau beli tanah sama papa." Papanya Tri memang seorang makelar tanah.

"Kamu bareng aku aja, Nis. Lumayan gratis plus dapet driver yang super ganteng."

"Jangan mau, Nis. Nanti bukannya dianter pulang malah dibelokin ke hotel," sahut Shasha sambil cekikikan.

"Astaghfirullah. Buruk sekali pikiranmu Marimar." Dody terlihat tidak terima. Tentu saja hanya bercanda.

"Lagian emang wajah sama kelakuanmu itu mesum banget. Pantesan gak ada yang mau sama omes kayak kamu," timpal Jenni.

"Sorry dory mory Baby, bukannya tidak ada yang mau. Aku cuma lagi nunggu kamu aja." Dody merapihkan kerah kemejanya dengan gaya maskulin. Jenni memasang wajah seakan muntah-muntah.

"Kalian itu gak akan bisa bersatu Dod, karena beda keyakinan. Kamunya yakin, Jenninya kagak." Tri berhasil membuat semua orang tertawa. Lalu mereka berlima pun berjalan menuju lift sambil terus melempar canda.

"Kalian duluan aja, aku lagi nunggu ojolnya." Nisa mengusir semua temannya agar cepat pulang. Bagaimanapun juga ini adalah hari Jumat, semua orang ingin cepat-cepat pulang ke rumah untuk istirahat setelah 5 hari berkutat dengan kerjaan.

"Yakin gak apa-apa nih? Nanti kalau kamu diculik gimana?"

"Ya elah, siapa yang mau nyulik di depan perusahaan besar kayak gini, coba?"

Akhirnya dengan segala usaha, Nisa berhasil juga mengusir teman-temannya. Ia melambaikan tangannya melihat mereka satu persatu meninggalkannya dengan kendaraan masing-masing. Dalam hati ia sangat bersyukur diberikan teman yang baik seperti mereka.

Nisa lalu mengecek hpnya dan membuka aplikasi ojol. Belum sempat memesan, tiba-tiba ia dikejutkan dengan suara klakson mobil di depannya.

Nisa memandang heran melihat mobil yang seperti dikenalnya itu. Kaca mobil bergerak turun dan menampilkan seraut wajah yang sebenarnya tidak ingin dia temui saat ini.

"Ayo, masuk!"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!