Saingan Baru

"Sepertinya kita agak terlambat." Andre melihat jamnya. "Ayo," ajaknya sambil menggandeng tanganku.

Aku yang terlalu terkejut, hanya bisa mengikutinya tanpa berkata-kata. Kami masuk di sebuah restoran itali yang terlihat sangat mewah. Kami langsung menuju salah satu private room dan ternyata di dalamnya sudah ada 2 orang, pria dan wanita.

"Maaf, kami terlambat. Ada sedikit kendala di jalan." Andre meminta maaf dengan sopan.

Mereka berdua sontak menoleh. Sang pria langsung tersenyum ramah, sedangkan yang wanita melihat dengan keterkejutannya dan detik berikutnya memperhatikan Andre dengan binar kagum. Aku hanya bisa mendengus kecil, teringat masa lalu. Dulu ketika sedang kencan dengan Andre pun, banyak wanita memandangnya dengan penuh kekaguman bahkan nafsu.

"Tidak apa-apa Pak Andre, kami mengerti. Silahkan duduk." Seorang pria tampan dengan senyum ramah di wajahnya mempersilahkan kami. "Perkenalkan nama saya Radit, dan ini sekretaris saya Andini."

"Perkenalkan saya Andini, boleh dipanggil dengan Dini," sahutnya langsung menjabat tangan Andre dengan suara yang dilembutkan dan gayanya yang centil. Cih!

"Saya Andre dan ini Nisa." Kami berjabat tangan sekilas,"Baiklah, bisa kita mulai meetingnya?"

Setengah jam kemudian, kami mulai membahas hal-hal sehubungan dengan kerjasama perusahaan. Sebenarnya hanya Andre dan Radit yang aktif berbicara, dengan Dini yang sesekali menimpali. Sedangkan aku hanya diam menyimak dan mencatat hal-hal yang sekiranya penting. Ini adalah pertama kalinya aku ikut meeting personal seperti ini, jadi tidak terlalu tahu apa yang harus dilakukan.

"Baiklah, kita deal ya Pak Radit. Silahkan tanda tangan di sini."

"Terima kasih Pak Andre, saya harap kerjasama ini bisa berjalan lancar dan saling menguntungkan."

"Saya juga berharap hal yang sama. Ngomong-ngomong, bagaimana jika kita saling memanggil nama? Sepertinya kita seumuran."

"Baiklah, Andre. Ayo, kita pesan makanan, sepertinya cacing-cacing di perut kita sudah mulai konser," kelakar Radit. Kami semua pun tertawa mendengarnya.

Saat membuka buku menu, aku hanya mengernyit kebingungan tidak mengerti bahasa yang digunakan. Saat Radit dan Dini mengatakan pesanannya, tiba-tiba Andre mencondongkan tubuhnya dan berbisik, "Di sini tidak ada nasi, kamu pesan steak aja ya, nanti pulangnya kita beli nasi kotak."

Aku hanya bisa mengangguk pasrah. "Kamu aja deh yang pesan. Aku gak ngerti tulisannya. Yang enak, awas kalau nggak," bisikku mengancam. Dia hanya tertawa kecil.

"Saya pesan Fettucine al Granchio, ossobuco, dan  arancini con ragù. Minumnya orange juice aja mbak 2."

Dini tampak terkejut, "Bapak makannya banyak juga ya, sampai pesan 2 porsi."

"Oh bukan, itu satunya untuk Nisa. Sudah Mbak." pelayan pun segera pergi setelah mengulangi pesanannya agar tidak terjadi kesalahan.

"Kenapa Nisa tidak pesan sendiri?" Wanita centil ini rupanya masih penasaran.

"Saya gak ngerti bahasanya jadi meminta tolong pak Andre supaya sekalian memesankan makanan yang sekiranya cocok sama lidah saya."

Tampaknya Dini masih ingin mengajukan pertanyaan, tapi keburu dipotong oleh Radit. "Wah kebetulan kita juga sama. Aku dulu juga waktu pertama kali ke restoran itali juga gak ngerti bahasanya, akhirnya aku tanya mbah gugel. Makanan pertama yang direkomendasikan adalah risotto dan menurutku enak. Itu sejenis nasi yang diberi kaldu. Oh ya, kamu juga harus coba lasagna, sayang sekali di restoran ini tidak ada."

"Benarkah? Aku tidak banyak tahu tentang makanan luar, yang aku tahu hanya rendang, sate, dan bakso."

Radit terbahak. "Lain kali kalau kita ada meeting lagi, bagaimana kalau diadakan di restoran padang saja? Lebih nendang."

"Haha, setuju. Tapi sayang, sepertinya tidak ada lain kali."

"Kenapa?"

"Karena hari ini aku cuma menggantikan sekretarisnya pak Andre, jadi kalau lain kali ada meeting lagi, mungkin aku sudah tidak ikut lagi."

"Wah sayang sekali, padahal kapan lagi bisa cuci mata lihat cewek sebening kamu." Aku hanya tertawa mendengar gombalan recehnya.

"Jadi kamu bukan sekretarisnya Pak Andre?" Aku menggeleng."Pantas saja tadi kamu kayak kurang mengerti job desk-mu. Aku kira kamu masih baru, ternyata hanya pengganti." Dini tampak tersenyum mengejek sekilas. Aku hanya tersenyum, malas banget kalau harus membalas kata-katanya.

Saat itulah makanan datang, dan Andre meletakkan 2 piring di depanku.

"Kenapa 2 piring?"

"Aku takut kamu masih lapar kalau cuma makan steak."

Akhirnya kami pun makan dengan tenang, hanya sedikit obrolan ringan. Saat itu tanpa sengaja aku selalu melihat Dini mencuri pandang pada Andre. Tak dapat ditutupi binar kekaguman dari matanya.

"Saya permisi ke toilet dulu," pamitku saat kami sudah selesai makan.

Tak lama kemudian, Dini terlihat juga memasuki toilet saat aku tengah membasuh wajahku.

"Hy Nis, kamu udah mau selesai?"

"Iya, kenapa?"

"Ada yang mau aku tanyakan." Dini mengeluarkan bedak dan lipstik dari dalam tasnya. "Sebenarnya ada hubungan apa kamu sama Pak Andre? Dia terlihat perhatian sekali sama kamu."

"Hubungan atasan dan bawahan aja."

"Benarkah? Tapi perhatiannya sama kamu kayak sama pacar aja."

Aku hanya melengos. "Sebenarnya aku ada hubungan atau tidak dengan pak Andre itu sama sekali bukan urusanmu."

"Wow wow santai dong. Kalau kalian gak ada hubungan apa-apa ya bagus dong. Kalau gitu aku mau tanya, pak Andre sudah punya pacar apa belum?"

"Setahuku udah. Malah katanya mereka pacaran udah dari SMA." Haha. Biarin kutipu aja sekalian ni cewek.

"Benarkah?" Wajahnya tampak kecewa. "Sayang sekali, pria semenawan itu sudah laku. Ehm, tapi gak apa-apa, selama janur kuning belum melengkung apapun bisa terjadi. Iya gak?" Dia terkekeh.

"Ya elah, Din. Kayak gak ada cowok lain aja. Kamu masih muda, cantik lagi. Kenapa mau jadi pelakor, coba?"

"Ini tuh salah satu cara buat mendapatkan cowok berkualitas yang jelas bibit, bobot, dan bebetnya."

"Terserah kamu deh. Emang susah ngomong sama orang yang udah punya bibit pelakor. Bye!"

Aku meninggalkannya dengan kesal. Bisa-bisanya dia berpikir akan merayu Andre. Memang susah punya mantan pacar yang gantengnya kebangetan, di setiap tikungan selalu ada yang mau embat. Tapi tunggu, kenapa aku merasa kesal? Dia kan bukan siapa-siapaku lagi. Aku memejamkan mata sejenak dan membuang nafas untuk mengusir rasa kesal yang tidak perlu.

Saat aku kembali ke meja, entah kenapa suasananya jadi hening. Wajah Andre terlihat memerah seperti menahan emosi, sedangkan Radit hanya tersenyum canggung.

"Kalian kenapa?"

"Tidak apa-apa. Nis, ayo kita pulang sekarang. Pertemuannya juga sudah selesai."

"Tapi Dini masih di toilet. Kita juga harus pamit sama dia."

"Tidak usah, biar diwakilkan sama pak Radit. Kami permisi dulu. Terima kasih atas pertemuan ini dan semoga kerja sama kita berjalan lancar ke depannya." Andre mengucapkan terima kasih dengan wajah dingin tanpa ekspresi. Hmm ... tidak biasanya. Sebenarnya apa yang terjadi saat aku ke toilet tadi?

"Ehm ... iya sama-sama Pak Andre. Dan maaf jika ada kata-kata saya yang menyinggung perasaan anda tadi." Radit berdiri dan menyalami kami berdua.

"Sama-sama. Mari."

Akhirnya kami berdua keluar dari restoran dan segera menuju mobil. Hanya ada keheningan dalam mobil yang sedang melaju.

"Ndre, sebenarnya tadi apa yang kamu bicarakan sama Radit? Kelihatannya kamu marah banget?" tanyaku tak tahan memecah keheningan.

Andre menghela nafas, "Boleh aku minta tolong sama kamu?"

"Minta tolong apa?"

"Lain kali, jika kamu kebetulan bertemu dengannya, jauhi dia. Aku tidak suka kamu dekat-dekat sama dia."

"Hah? Kenapa?"

"Karena dia bukan orang baik."

"Dari mana kamu tahu dia bukan orang baik. Jangan melihat orang dari sampulnya."

"Terserah kamu mau percaya atau tidak, yang jelas aku gak suka kamu dekat sama dia."

"Halah bilang aja kamu cemburu. Iya kan? Pake alasan dia bukan orang baik lagi," jawabku sambil melengos.

Ciittt!!!! Tiba-tiba Andre mengerem mendadak dan membuatku terkejut setengah mati.

"Ya ampun, Ndre. Kamu mau membuatku mati jantungan ya?" ujarku sambil mengelus dada.

Andre memegang pundakku dan memaksa tubuhku menghadapnya.

"Benar, aku cemburu. Sangat cemburu ketika melihatnya menatapmu dengan sorot memuja. Aku cemburu ketika dia merayumu dengan gombalan recehnya. Aku cemburu ketika dia mengatakan kamu cantik. Dan aku hampir tidak bisa menahan tanganku agar tidak memukulnya ketika dia mengatakan ingin mendekatimu."

Lidahku kelu. Apa ini semacam pengakuan cinta?

...----------------...

Hy mungkin kalian asing dengan beberapa menu makanan Itali di atas, karena itu aku mau kasih contoh gambarnya. Sebenarnya aku juga gak tahu rasanya, tapi kelihatannya makanannya enak 🤣🤣🤣

Fettuccine al Granchio

Biasanya fettucini adalah pasta yang disajikan dengan menggunakan saus krim sehingga kebanyakan warnanya putih  Terbuat dari cream fettucine dengan bahan daging kepiting yang dihaluskan dan kemudian ditambahkan herbs dan spices sebagai pelengkapnya.

Ossobuco

Ossobuco alla milanese adalah makanan khas Italia yang terkenal. Kuliner ini merupakan tulang belakang daging sapi muda, dimasak suhu rendah dan lambat hingga lembut dalam kaldu daging, anggur putih, dan sayuran.

Arancini con ragu

Renyah dan berwarna cokelat keemasan, arancini mengacu pada sepiring bola nasi isi. Bola nasi digoreng setelah dilapisi remah roti yang renyah. Ini menjadi makanan khas Italia yang mungkin jarang didengar. Arancini con ragù berisi saus tomat, nasi dan mozarella, 

Risotto

Risotto dibuat dengan mencampur kaldu dan diaduk hingga membentuk sup yang kental tetapi masih menyisakan bentuk nasi dengan cita rasa yang kuat dan gurih.

Terpopuler

Comments

kitty

kitty

i'm sorry tp koq kurang greget ya thor, secara emosional kurang bgt apalagi tokoh ceweknya..koq ky biasa aja..tambahin dong penampakan emosional ceweknya, koq ini mah lurus2 aja

2021-01-08

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!