Putus

Sudah 3 hari bapak dirawat di rumah sakit dan sekarang sudah diijinkan pulang, karena memang lukanya tidak parah. Kami sekeluarga bonus Tri bersiap-siap meninggalkan rumah sakit. Hanafi sudah memesan taksi online.

Sambil menunggu mobilnya datang, aku mengecek hpku dan menghela nafas. Entah kenapa 3 hari ini, Andre sulit sekali dihubungi. Terkadang hpnya tidak aktif, kadang juga aktif tapi ketika ditelpon tidak diangkat. Berpuluh-puluh pesan yang kukirim pun hanya centang dua tapi tidak dibalas. Aku merasa resah karena tidak biasa seperti ini.

"Masih belum bisa dihubungi juga?" tanya Tri.

"Belum. Kenapa ya si Andre? Aku kok cemas, takut terjadi sesuatu."

"Sesuatu apa? Dia kan udah besar. Mungkin dia sibuk mempersiapkan diri, kan katanya mau kuliah di luar."

"Gak mungkin. Dia bilang semua udah siap kok, tinggal nunggu keberangkatannya bulan depan." Aku menggigit bibirku, sesuatu tiba-tiba terlintas di pikiranku. Apa ini ada hubungannya dengan mamanya?

"Ya udah kamu gak usah cemas. Mungkin memang dia sedang melakukan sesuatu yang gak memungkinkan buat pegang hp. Paling besok dia juga hubungi kamu. Mana kuat dia lama-lama gak dengar suaramu." Tri tertawa mengejek.

"Iya semoga saja. Aku hanya ingin tahu, apa benar dia yang membayar biaya rumah sakitnya?" Tadi sebelum pulang, aku sempat mengurus administrasi sebagai syarat kepulangan bapak. Tapi pihak rumah sakit mengatakan bahwa semua biaya sudah dibayar oleh seseorang yang tidak mau disebutkan namanya.

"Apa iya itu Andre? Dia kan gak tahu kalau bapakmu mau pulang."

"Sebenarnya tadi malam, aku sempat mengirim pesan padanya tentang kepulangan bapak. Dan orang luar yang tahu bapak dirawat ya cuma kamu sama Andre. Kalau kamu sih aku gak percaya sama sekali, lha wong makan di kantin aja masih sering ngutang sama aku."

"Dasar teman lucnut lo." Kami pun tertawa berdua. Beginilah cara kami mengusir galau.

"Hoy, ngobrol aja. Mobilnya udah datang. mau nginep di sini lagi?" Hanafi menunjuk sebuah mobil hitam yang kini berhenti tepat di depan kami. Aku pun ikut naik dengan membawa segala keresahan hati. Sayang, kamu dimana?

......................

Malam ini langit sangat cerah, banyak bintang bertaburan seolah sedang mengejek suasa hatiku. Ya, kini aku duduk di teras sambil ditemani nyamuk yang berdendang. Rasanya hatiku dipenuhi dengan sejuta keresahan.

Drrttt... drrrttt. Andre!

"Halo sayang. Kamu dimana? Kenapa seminggu ini gak bisa dihubungi? Kamu gak apa-apa kan? Apa jangan-jangan kamu sakit, ya?"

",,,,,"

"Sayang? Halo?" Kulihat layar hp dan panggilannya masih aktif. Kenapa tidak menjawab?

Terdengar helaan nafas panjang,"Nis, besok datang ya, ke tempat biasa. Ada yang mau aku omongin."

"Mau ngomong apa? Di telpon kan bisa. Lagian kamu kemana aja sih seminggu ini, aku kangen tahu."

"Iya, aku juga kangen. Karena itu besok kita ketemu ya. Udah malam, kamu cepetan tidur ya. Jangan melamun terus di teras. Aku sayang kamu." Klik.

Lho? Apa barusan? Masak iya dia bisa tahu kalau aku lagi di teras. Kuedarkan pandanganku ke sekitar dan hanya gelap yang menemani. Mungkin dia hanya menebak, ternyata ikatan batin kami cukup kuat. Hehe. Segera aku masuk dan bersiap tidur.

Tanpa kusadari, ada sepasang mata jernih yang melihat segala aktivitasku seja tadi. Dia bersembunyi dengan sangat rapi diantara kegelapan. Hal ini kuketahui bertahun-tahun setelahnya, ketika pemilik mata jernih itu menceritakannya.

.

.

Keesokan harinya, aku berangkat ke tempat biasa kami menghabiskan waktu. Itu adalah di sebuah danau di pinggiran kota. Kami biasanya hanya duduk di tepi danau sambil bercerita tentang apa saja ditemani jajanan yang dijual di sekitar danau.

Dari jauh aku melihat punggung Andre duduk di tempat favorit kami. Aku pun menghampirinya dengan senyum lebar.

"Sayang, sudah lama ya? Maaf aku telat."

Andre tersenyum tipis, "Gak kok. Aku yang kecepatan datangnya."

Tiba-tiba entah keberanian darimana, aku memeluknya. Padahal biasanya Andre yang memelukku terlebih dahulu. Kuhirup dalam-dalam aroma tubuhnya. Wangi mint yang segar masuk ke indra penciumanku. "Aku kangen banget ...," ucapku lirih.

Sejenak hanya keheningan yang menemani, hingga aku sadar bahwa Andre tak membalas pelukanku. Ini aneh. Dengan perlahan aku menjauh dan memandangnya. Ada berjuta ekspresi tak terbaca di wajahnya.

"Sayang?"

Andre menatapku lalu mengelus lembut pipiku, "Aku juga kangen."

"Kamu kenapa? Sejak di rumah sakit itu tingkahmu jadi aneh. Apa ada masalah?"

"Nis, aku pengen ngomong sama kamu." Diam sejenak,"Aku ingin kita putus."

Aku tersentak kaget hingga tak dapat berkata-kata, "Mmm ... maksudnya?"

"Aku ingin putus, Nis. Maaf."

Tes! "Tapi kenapa? Aku punya salah sama kamu?"

"Gak, Nis. Kamu gak salah apa-apa. Aku yang salah karena udah menyia-nyiakan cewek sebaik kamu."

Air mataku semakin deras. Aku mengusapnya kasar."Kalau aku gak ada salah, kenapa kamu ingin putus. Beri aku alasan!"

"Maaf."

"Itu bukan alasan, Ndre!" Andre hanya diam dan meremas tangannya, wajahnya menunduk seolah sepatunya lebih enak dilihat daripada aku.

"Kamu bilang sayang sama aku, kamu bilang aku harus percaya sama kamu. Apa aku juga harus percaya kalau kamu benar-benar ingin mengakhiri ini?"

Andre terdiam sesaat. "Maaf, Nis."

"Aku tidak membutuhkan maafmu! Yang aku inginkan adalah alasanmu!" teriakku sambil menangis hingga mengundang beberapa pasang mata melihat kami. Mungkin orang-orang senang melihat tontonan gratis. Aku tak peduli dengan sekitarku, yang aku tahu perasaanku hancur lebur.

Andre mengusap air mataku, wajahnya pun penuh dengan kesedihan. Apa kamu juga sedih dengan perpisahan ini?

"Jangan menangis. Jangan buang air matamu yang berharga untuk laki-laki pengecut sepertiku. Maafkan aku. Setelah ini hiduplah dengan baik, jangan sia-siakan hidupmu untuk menangisiku."

"Bagaimana aku bisa hidup dengan baik jika separuh hatiku telah kau hancurkan seperti ini?"

"Aku yakin kamu bisa. Aku tahu kamu adalah wanita yang kuat dan tangguh."

Andre memelukku erat. Aku makin terisak didadanya, kurasakan pundakku basah. Apa dia juga menangis?

"Maafkan aku. Aku pun tak menginginkan perpisahan ini, tapi ini semua demi kebaikanmu. Kelak, aku akan kembali dan menjadi laki-laki tangguh yang akan selalu melindungimu. Aku sayang kamu Nis kemarin, hari ini, dan selamanya," bisiknya lembut.

Aku masih terpaku mencerna maksud perkataannya hingga tak menyadari Andre sudah pergi. Masih tak percaya dengan semua yang terjadi hari ini. Cinta pertamaku telah pergi menorehkan sejuta luka.

Air mataku kembali mengalir tanpa bisa kucegah. Seseorang datang dan memberiku sapu tangan, Dia bahkan mengatakan untuk bersabar. Aku bahkan tak sempat melihat wajahnya dan mengucapkan terima kasih karena semua kata-kataku tersumbat oleh kesedihan.

Senja telah datang tapi tak mampu membuatku beranjak. Mataku bahkan telah membengkak dan suara isakan terkadang masih lolos. Setiap orang yang berlalu lalang mulai berbisik dan memandangku kasihan. Aku tak peduli, toh kita tak saling mengenal.

Yang aku tahu, semua hal mulai saat ini tak akan kembali sama seperti dulu.

FLASHBACK OFF

Terpopuler

Comments

Oh Dewi

Oh Dewi

sukaaa bangett sama ceritanya...
semangat yaa thorr, semoga novelnya banyak yang baca, dan kisahnya tetap menarik sampe ending

2021-01-10

2

Fayza_sava

Fayza_sava

nyesek...

2021-01-09

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!