"Gina sudah ada yg punya gk? takut ada yg marah nanti" aku bertanya dengan penuh harap andai Gina masih single.
"orang tuaku" Gina menjawab sekenanya.
"maksudku Gina sudah ada pacar atau belum?" aku menjelaskan maksud pertanyaanku.
"Gak ada, tapi beberapa minggu ini sedang dekat dengan cowok" Gina menjelaskan kepadaku mengisyaratkan agar aku tidak mencoba untuk mendekatinya.
"okelah" gumamku dalam hati.
Aku memutuskan untuk menyudahi mengirim pesan kepada Gina dengan sebuah chat yg sopan agar terkesan baik walau aku gagal untuk mendekati Gina.
Beberapa hari telah berlalu, sama seperti biasa aku selalu disibukkan dengan pekerjaanku.
suatu waktu aku hanya menghabiskan libur kerjaku di warung bi Leha sambil menikmati kopi..
"Brmmm..." suara sebuah kendaraan terparkir tepat didepan warung makan bi Leha.
tak berselang lama 2 orang pria keluar dari sebuah mobil sedan yg baru saja terparkir.
"woy, sapi.. lu free kan hari ini?" tanya seorang pria berjaket hitam dan celana jeans hitam, pria itu jg berwajah lumayan tampan. dia nampak sedang berjalan kearahku. dia adalah Roy Zanawi, salah satu sahabatku.
"bi Leha.. ayo kita tutup warungnya bi" jeritku kepada bi Leha namun tidak terlalu bersuara keras.
"wah.. sialan nih sapi, kawan sengaja datang untuk ngajak nongkrong malah menyuruh bi Leha menutup warung" kata seorang pria satu lagi dengan bernada kesal. Pria itu bernama Didi Hardian.
melihat tingkah kami bi Leha hanya tertawa kecil saja. bi Leha sudah mengenal mereka sejak awal, tepatnya ketika aku mencari kost. merekalah yg menghantarku berkeliling mencari tempat yg lumayan murah tapi jg lumayan besar. hingga pilihan yg terbaik adalah kost bi Leha.
"lama kalian gk mampir kesini roy, didi" kata bi Leha kepada dua pemuda itu.
"biasa lah bi, namanya juga bujang yg sudah punya pacar, sudah pasti sibuk ngampus kalau gak sibuk pacaran" jawab Roy menjelaskan alasan mereka sudah jarang menghampiriku.
"iya bi, gak seperti jomblo akut seperti orang satu ini" kata Didi sambil membenturkan lidahnya ke bagian dalam pipi sebelah kirinya seolah sedang menunjuk kearahku yg sedang menyeruput kopi.
"dasar sapi.. kalian kesini cuma mau menyindirku?" kataku sedikit membentak karena kesal. namun mereka tidak menghiraukanku.
"bi Leha, minta es batu dong" Didi mengambil es batu dengan sesuatu lalu menggenggamnya.
dan tiba-tiba...
"aagghhhh.." aku menjerit karena kaget dan merasa dingin di keningku karena Didi menempelkan es batu itu ke keningku..
"hahahaha.." sontak mereka tertawa bersama.
"biar dingin tu kepala.. lu sih emosian mulu klo dibilang jomblo akut" kata Didi sambil tertawa.
setelah mengobrol ringan, Roy pun bertanya kepadaku.
"ayo lah kita nongkrong, udh lama gak kumpul nih"
"iya, malamnya kita lanjut ke cafe sky view" lanjut Didi menjelaskan.
"besok aja gimana? gue kan sabtu dan minggu libur kerja, kecuali lembur. gue hari ini masih belum beres-beres kost" aku menjelaskan kepada mereka berdua.
merekapun terdiam sejenak.
"hmm.. okelah, besok jam 10 gue jemput lu disini" Roy menentukan lokasi untuk menjemputku besok.
"gak usah banyak alasan lagi lu besok" tegas Didi kepadaku sambil berdiri untuk pergi dan kembali lagi besok.
"yee sapi, dah sana pergi lu pada" aku mengusir mereka dengan bercanda.
Tak berselang lama setelah perginya teman-temanku, Fitri yg entah darimana datang menghampiriku.
"jadi gimana dengan Gina? sudah ada progres kah?" Fitri tampak penasaran dari hasil perkenalanku pada Gina..
"hmm.." aku hanya menghela nafas pertanda tidak senang dengan hasilnya..
"Dia bilang kalau dia sedang PDKT dengan seorang cowok beberapa minggu ini" aku menceritakan keadaan yg sesungguhnya pada Fitri.
"haa?" Fitri sedikit terkejut.
"tapi tepat sebelum kalian berkenalan dia minta kenalin seorang cowok ke Fitri kok" Fitri menjelaskan padaku.
akupun mengerti maksud perkataan Gina di akhir chat kami.
Ya, dia mengisyaratkan bahwa dia tidak tertarik padaku.
"nih kalau mau sama Vivian aja, dia ramah kok. walau kalian baru saja kenal Fitri yakin pasti akan mudah akrab" kata Fitri sambil melihatku yg nampak enggan untuk berkenalan lagi.
Sejujurnya Vivian tak kalah cantik dari Gina.
Perbedaannya hanya pada Gina yg sedikit lebih tinggi dengan kakinya yg jenjang, sementara Vivian memiliki wajah yg mirip orang timur tengah, putih dan memiliki hidung yg mancung, postur tubuh yg ideal, serta rambut lurus sepanjang pinggangnya.
"okelah, aku akan mendekati Vivian saja" kataku pada Fitri yg sedang menunggu persetujuanku atas usulnya.
Tanpa menunggu lama lagi aku langsung saja mengirim pesan kepada Vivian sesaat setelah Fitri memberikan nomor Hp Vivian kepadaku.
"Hai.. ini Vivian kan? Aku Zwan, yg beberapa hari lalu berkenalan denganmu dirumah Fitri" kataku memulai percakapan didalam pesan singkat.
"oh iya, Vivian ingat kok. apa kabarnya kak Zwan?" Balas Vivian tak lama setelah aku kirimkan sebuah pesan kepadanya.
"Aku sehat kok, kamu sendiri bagaimana kabarnya?" aku kembali bertanya kepada Vivian.
Begitulah awal percakapanku dengan Vivian di sebuah aplikasi pesan.
Tak terasa hari sudah sore.
Aku berniat menyudahi percakapan kami dan akan melanjutkannya dimalam hari setelah aku menyelesaikan kesibukanku, tentunya mandi dan mengangkat jemuranku yg sudah aku jemur sejak pagi tadi.
Ya begitulah kesibukanku setiap hari mengingat aku hanya tinggal sendiri di kost kecil ini.
Gajiku pun hanya standar rata-rata dari kebanyakan orang. Maklum lah, aku hanya lulusan SMA, gaji segitupun sudah cukup bagiku mengingat aku yg hanya lulusan SMA.
Malam harinya aku mencoba untum menelpon Vivian.
tak disangka dia langsung mengangkat panggilan telpon dariku.
"Assalamu'alaikum Vivian" aku mengucapkan salam kepada Vivian.
"Wa'alaikumsalam kak Zwan" dia merespon salamku.
"ada apa nih, kok tiba-tiba nelpon? kangen ya sama Vivian?" kata Vivian melanjutkan salamnya tadi.
"tau aja Vivian, padahal baru saja kita saling kirim pesan dari siang sampai sore tadi, tapi sekarang pengen ngobrol lagi dengan Vivian" ucapku dengan santai.
"oh yaudah, Vivian juga sedang santai. Btw mau ngobrolin apa nih?" tanya Vivian untuk memulai obrolan kami lewat telepon.
Seperti kata Fitri, Vivian adalah gadis yg ramah. dia juga sangat pintar mencairkan suasana hening ketika obrolan kami terhenti.
Tak terasa sudah hampir dua jam kami mengobrol. entah apa yg kami obrolkan. mulai dari kesibukan sehari-hari, pekerjaan, urusan kampus, sampai urusan mantan pacar dan beberapa lelucon yg membuat kami tertawa bersama.
Jam sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh. Kami sudahi obrolan kami mengingat esok pagi Vivian akan ngampus.
"yaudah, udah jam setengah sepuluh nih, Vivian istrahat gih. gak baik begadang." aku mencoba mengingatkan Vivian agar segera bersitrahat dan tidur.
"oke deh.. Vivian juga besok mau ke kampus, ada urusan sedikit dengan dosen" ucap Vivian menjelaskan apa yg akan dilakukannya besok dengan sedikit rasa malas untuk pergi ke kampus dihari libur.
"yaudah kalau gtu Vivian istrahat dari sekarang. Assalamu'alaikum" ucapku menyudahi percakapan.
"Wa'alaikumsalam calonku" kata Vivian tepat sebelum dia menutup panggilan telpon.
"ha..?? apa kata dia tadi?? apakah aku salah mendengar? hey, aku sedang tidak melamun kan tadi?" aku terkejut. wajahku sedikit memerah, entah itu karena senang, ataupun karena kaget.
aku memutuskan untuk segera tidur, dan menenangkan jantungku yg berdegup kencang.
"Aaaaggghhh.. kenapa aku terus memikirkan kalimat Vivian diakhir obrolan kami. sudah ah, aku harus bisa tenang" gumamku, lalu aku memejamkan mata diatas tempat tidurku.
Keesokan paginya. jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi.
aku bangun dan langsung mengecek Hp ku, barangkali Vivian mengirim pesan untukku.
"ahh.. mungkin tadi malam aku hanya salah dengar" kataku dalam hati karena tidak ada pesan dari Vivian.
Aku mengambil handuk dan pergi kekamar mandi.
setelah aku selesai mengenakan pakaian, aku kembali mengecek Hp ku.
"wah, tidak ada pesan dari Vivian, atau aku kirim pesan ke Vivian duluan ya? ahh sudahlah, akan kucoba menyapanya" gumamku dalam hati.
"pagi Vivian" begitulah pesan yg kukirim kepada Vivian.
Setelah aku mingirim pesan, aku langsung ke warung makan bi Leha untuk sarapan, mengingat teman-temanku akan segera menjemputku nanti.
"hmm.. belum ada balasan dari Vivian" kataku dalam hati sedikit kesal.
"kamu kenapa to Zwan? bi Leha perhatikan kamu seperti gelisah begitu" tanya bi Leha kepadaku.
"ahh, gak kok bi, hanya menunggu balasan pesan dari teman saja" jawabku seadanya.
"yaudah kamu makan saja dulu, siapa tahu setelah kamu selesai makan akan ada balasan dari temanmu" hibur bi Leha kepadaku yg seperti orang sedang gelisah.
"iya bi, yasudah Zwan makan dulu kalau begitu" dan aku langsung menyantap makanan yg ada dipiring tepat didepanku.
setelah aku selesai makan, aku berbincang sedikit dengan bi Leha.
tak lama kemudian,
"brmmm..." suara kendaraan yg terparkir didepan warung bi Leha.
"ayo buruan, kita langsung cabut, udah ditungguin sama yg lain nih" pekik Roy dari dalam mobilnya ketika jendela mobilnya terbuka.
"tunggu, gue bayar dulu sama bi Leha" balasku pada Roy.
"buruan" Roy memaksaku untuk kemobilnya dengan cepat.
"woy sapi, gue lagi bayar. nanti bi Leha nyusul ke tongkrongan kita untuk nagih uang makan kalau gue gak bayar" aku membalas dengan gurauan. dan bi Leha hanya tertawa dengan terkekeh.
Singkat cerita, kami sudah sampai di daerah cafe yg berada di pinggir lembah.
cafe itu cukup mewah dengan View pemandangan lereng bukit yg indah, didekat cafe itupun ada aliran sungai yg jernih dan indah.
dimalam hari, nampak keindahan lampu-lampu kota yg sangat indah untuk memanjakan mata.
tak kalah indah ketika kita melihat kearah langit, dimana bintang-bintang dan bulan terlihat sangat terang.
perpaduan antara lampu kota dan bintang itulah alasan cafe itu bernama SKY VIEW CAFFEE.
pemilik cafe itupun teman kami yg bernama Ryan Smith pemuda keturunan Indo-Inggris. namun kami memanggilnya dengan sebutan Nay.
"Woy bor, apa kabar lu.. lama gak nongol di cafe gue" begitulah kata Nay menyapaku yg baru keluar dari mobil sedan hitam milik Roy.
"baik nay" jawabku sedikit bad mood karena Vivian tak kunjung membalas pesanku.
"cerita bor, kalau ada masalah" kata salah satu orang disana ketika dia melihat raut wajahku yg mudah terbtebak olehnya. dia adalah Arman Pierce, salah satu sahabat terbaikku.
"wah kalian semua sudah sampai disini? sejak kapan?" aku bertanya pada rombongan yg sedang asik memandang pemandangan alam yg indah bak dalam lukisan.
"sejak doi berada dalam fikiranmu" Didi asal berkata seadanya.
"gue nanya malah dikacangin" Arman berkata dengan kesal. dan Roy hanya tertawa kecil mendengarnya.
"gue cuma lagi mikirin seseorang aja man" aku menjelaskan apa yg ada dalam fikiranku.
-Bersambung-
(*Note* Mohon Maaf Kalau Ada Kalimat yg Salah dan Cerita yg Membosankan, Authornya Baru Belajar Menulis Novel :D Hehehe*)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments