Una menoleh ke arah pintu, ketika mendengar pintu dibuka. Tampak Meisya dengan beberapa paper bag lalu menyimpannya meja depan Una.
"Hay beb, melamun aja sih" ujar Meisya lalu memeluk Una.
"Hmmm"
"Gimana rasanya udah enggak peraw*n ? "
"Konyol banget sih" ucap Una sambil memukul Meisya dengan bantal sofa, Meisya tertawa, mengambil ponselnya dalam tas dan membuka dan membaca pesan yang masuk.
"Vino tau Sya, gue sementara tinggal di sini ?" tanya Una
"Tau kok, gue larang dia ke sini karena ada bebeb Una. Lagian ya, kalo Vino nginep di sini yang ada loe nanti pengen reka ulang adegan loe semalem karena ngeliat kemesraan gue sama Vino," jawab Meisya
"Ih bener ya, punya temen otaknya geser."
"Bercanda Na, gue pengen loe lupain apa yang udah terjadi. Kamu harus move on ya Aruna sayang."
"Move on? Dipikir habis putus cinta kali".
"Ya memang habis putus kan, putus hubungan dengan keluarga loe yang gak jelas itu. Loe ngerasa gak sih Na, mereka cuma manfaatin loe doang"
"Ya enggak gitu Sya, gue bagian dari keluarga mereka jadi wajarlah kalau gue harus berkorban untuk keluarga."
"Nah yang begini ini nih yang gue enggak demen dari loe Na. Pertanyaan gue kenapa cuma loe yang dituntut berkorban kenapa gak kakak tiri loe atau adik loe yang sok kecakepan itu juga berkorban buat keluarga. Enggak kan ? Cuma loe doang kan ?" tutur Meisya
"Hmmmm"
"Setelah ini apa rencana loe?"
"Pertama, gue mau mandi terus istirahat. Kedua, gue harus ganti nomor hp."
"Kenapa harus ganti ?"
"Katanya harus move on. Dengan ganti nomor hp, keluarga gue dan Om Ben enggak akan bisa hubungi gue lagi Sya. Udah ah, gue mandi dulu," Jawab Una sambil berjalan menuju kamar tamu apartemen Meisya
"Na, selangkang*an loe masih sakit ya, kok jalannya gitu sih " canda Una
"Tau ah, rese," teriak Una dari dalam kamar sedangkan Meisya terkekeh sambil kembali memainkan ponselnya berkirim pesan dengan kekasihnya Vino.
Apartemen yang ditempati Meisya cukup luas, dengan dua kamar. Meskipun kamar tamu yang Una gunakan tidak seluas kamar Meisya namun dia beruntung karena sahabatnya itu selalu ada untuknya.
****
"Maaf pak," ucap Bian setelah menyampaikan bahwa Aruna tidak ada di rumahnya.
"Kau yakin dia benar tidak ada di rumah ?" tanya Ben
"Yakin Pak, ada tetangga yang melihat Aruna pergi menggunakan taksi, bahkan dia membawa koper dan beberapa tas. Tapi untuk informasi pergi ke mana, kita belum tau. Keluarganya masih bungkam," jawab Bian
'kemana kamu Aruna' ucap Ben dalam hati
"Saya sudah minta orang kita untuk mendekati kakak tiri Aruna, untuk mengorek informasi."
"Hmmm, ya sudah, kau boleh pergi," perintah Ben
Ben kembali menghubungi Aruna, namun nihil. kontak Aruna masih tidak aktif.
Di waktu yang sama namun di tempat yang berbeda, Aruna sedang menatap cermin pada kamar mandi. Jejak-jejak kemerahan hasil karya Ben masih sangat jelas di beberapa bagian tubuh Aruna. Aruna menghela nafas, sungguh dia merasa malu. Malu pada dirinya sendiri dan malu kepada dunia. Apakah setelah ini dia bisa membuka hati, menjalin hubungan dengan seorang pria atau membangun sebuah rumah tangga. Selama ini dia belum tertarik menjalin hubungan dengan laki-laki karena fokusnya hanya mencari uang untuk kehidupan dirinya dan keluarganya. Namun, dengan kondisinya sekarang di mana dia sudah tersentuh apakah masih ada laki-laki yang mau menerima dirinya apa adanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
Yanti Lalang
sakit hati
2022-03-10
1
Shellia Vya
Pencarianmu dimulai Ben,semoga sukses 🤭
2022-03-06
2
fanthaliyya
hadeuuuh 😭😭😭
2022-03-05
3