Kini Aisyah di ajak umi Salamah masuk ke kamar yang disediakan untuk Aisyah, kebetulan kiyai Husen sedang keluar kota.
" Masuklah, umi sudah siapkan kebutuhan kamu di sini kamu tidak usah bawa baju ganti dari rumahnya bi Ratna dilemari sudah banyak baju - baju yang cocok dengan ukuran kamu " tutur umi Salamah sambil membuka pintu lemari, Aisyah terdiam melihat banyak baju di lemari kamarnya.
" Umi ini baju siapa banyak sekali sepertinya baru semua bagus - bagus juga bajunya ? " tanya Aisyah sambil melihat - lihat pakaian yang ada di lemari.
" Sebenarnya umi membelikan baju ini untuk istrinya ustad Usman anak umi yang kedua, eh ternyata kekecilan, sekarang badannya sedikit gemuk jadi tak cukup di pakai oleh menantunya umi " tutur umi menjelaskan.
" Memangnya tidak apa apa kalau aku pake ? " tanya Aisyah ragu.
" Tidak apa - apa bajunya tak cukup untuk ukuran menantu umi " jadi umi kasih buat kamu, lagian istrinya Usman masih di kairo belum tau kapan akan pulang kesini "
Aisyah pun tersenyum sambil memeluk umi Salamah.
" Makasih ya umi "
Aisyah merasa bahagia bersama umi Salamah ia merasa ibu kandungnya telah kembali.
* * * * * *
Keesokan harinya kini Aisyah sudah bersiap siap untuk ke pasar, ia kembali ke pasar sendirian tanpa di temani Dewi, karna Dewi sedang sakit perut di karnakan makan nya yang terlalu berlebihan.
"Apa mau bibi temenin ke pasarnya " tanya bi Ratna sambil memberikan daftar belanjaan pada Aisyah.
"Tidak usah bi aku sudah biasa pergi sendiri "
aku pamit ya bi asalamualaikum "
" Waalaikumsalam ,hati- hati " ucap bi Ratna menatap kepergian Aisyah.
Aisyah sedikit berlari menuju gerbang utama pesantren ia tak mau Riziq melihatnya, karna kalau itu terjadi pasti Riziq akan memaksanya untuk ikut. Setelah berhasil keluar gerbang Aisyah pun bernafas dengan lega.
" Alhamdulilah selamat "
Aisyah pun menyebrang jalan untuk menunggu angkot yg lewat, tidak lama kemudian mobil angkot datang. Aisyah langsung menaikinya namun baru beberapa meter mobil melaju kini angkot itu berhenti kembali. Ada penumpang naik pikir Aisyah. Ia di buat terkejut dengan kedatangan Riziq, ya benar Riziq lah yang baru naik angkot itu, ia sengaja menunggu Aisyah di sebrang jalan.
" Hai uni " ucap Riziq sambil tersenyum.
" Riziq "ucap Aisyah sambil membulatkan matanya, kini bibirnya sudah mengerucut karna kesal.
" Kamu mau kemana ? " tanya Aisyah
" Aku mau kepasar ikut uni "
Aisyah di buat terkejut kembali.
" Apa ikut ke pasar, kamu jangan macam - macam ya Ziq hukuman yang kemarin saja belum selesai sekarang kamu mau bikin masalah lagi " Aisyah mendengus kesal. Namun Riziq malah tertawa.
" Uni gak usah hawatir hari ini aku gak ada kelas, lagian aku udah izin sama ustad Azam untuk ke luar pesantren " Ucap Riziq mencoba menenangkan Aisyah yang sedari tadi terlihat ketakutan.
" Kenapa kamu minta izin sama ustad Azam, seharusnya kamu minta izin sama kakak kamu, kalau kita ketahuan ustad Rasyid habislah kita " tutur Aisyah.
" Udah uni tenang saja tidak perlu hawatir tidak akan terjadi apa - apa"
"kenapa kamu selalu mengekorku sih " gerutu Aisyah dalam hati.
Sesampainya di pasar, Riziq pun mulai membantu Aisyah memilih - milih sayuran segar dan daging. Riziq sangat senang jika ia bersama Aisyah. Iya lupa dengan semua larangan, dia seorang laki laki, sementara Aisyah seorang perempuan. Mereka berdua tidak pernah tau masalah apa yang akan mereka hadapi kedepannya.
" Uni kita beli sayur kentangnya berapa kilo ? " tanya Riziq sambil memasukan kentang ke dalam plastik
" Dua kilo aja, pilih kentangnya yang bagus ya " pinta Aisyah.
Setelah selesai berbelanja Aisyah dan Riziq pun berjalan ke parkiran .
"Uni sepertinya kau melupakan sesuatu " ucap Riziq. Aisyah yang mendengar ucapan Riziq pun mengerti dengan ucapan bocah ingusan itu, ia langsung mengambil uang lima ribuan di dompetnya lalu memberikannya pada Riziq.
"Ko lima ribu sih, dapet es cendolnya cuma dapet satu dong " protes Riziq.
" Beli satu buat kamu aja uni gak haus " tutur Aisyah. Riziq langsung berjalan menghampiri pedagang es cendol. Setelah membelinya ia pun menemui Aisyah, mereka pun pulang dengan menaiki angkot.
Di tengah perjalanan saat ada seorang penumpang paruh baya menaiki angkot itu mereka langsung mencium bau balsem. Tiba - tiba muka Riziq langsung berubah pucat ia merasa mual mencium bau balsem, sebenarnya Riziq alergi dengan bau balsem.
"Ziq kamu kenapa ? " tanya Aisyah hawatir.
"Aku mual uni, aku mau turun " Riziq pun menyetopkan angkot itu. Mereka pun turun, Riziq langsung berjongkok di pinggir trotoar ia muntah - muntah disana membuat Aisyah semakin panik.
" Ziq kamu kenapa ?, kenapa kamu muntah - muntah ? " tanya Aisyah hawatir. la mulai memijat dan mengelus pundak Riziq mencoba mengobati dengan cara seperti itu.
"Kepalaku pusing, perutku mual, aku alergi bau balsem " ucap Riziq yang kini masih berjongkok, ia tak henti - hentinya muntah, membuat Aisyah semakin panik
"Duh gimana ini apa yang harus aku lakukan " gumam Aisyah.
" Cepat hubungi kakakku suruh dia menjemputku kemari " pinta Riziq.
" Itu namanya cari masalah "
Gerutu Aisyah dalam hati, namun mau tidak mau Riziq menelpon kakanya menggunakan ponsel Aisyah.
"Uni sepertinya ada pedagang rujak di sebrang sana aku ingin memakannya siapa tau rasa pusing ku hilang " pinta Riziq.
Aisyah pun membeli satu porsi rujak untuk Riziq.
Baru saja beberapa menit rujak itu sudah kandas dilahap Riziq, namun rasa pusing dan mualnya pun belum hilang juga. Ahirnya Riziq membeli satu mangkok baso dan satu mangkok es teler, namun itu juga tak berhasil membuat Riziq sembuh.
"Kamu sudah menghabiskan satu porsi rujak, satu mangkok es teler dan satu mangkok baso tapi kamu belum juga sembuh " gerutu Aisyah
Selang beberapa waktu kemudian terlihat ustad Rasyid datang sambil mengendarai mobil, ia berhenti tepat di hadapan mereka. Saat ustad Rasyid keluar dari mobil ia langsung menatap Aisyah dan Riziq dengan rasa tak suka, marah marah dan kecewa terhadap Riziq dan Aisyah.
" Ziq kenapa tiba - tiba wajah kakakmu berubah jadi menakutkan seperti itu " bisik Aisyah.
Ustad Rasyid pun menghampiri mereka, ia langsung membawa Riziq pulang. Riziq meminta duduk di belakang agar ia bisa meringkukan tubuhnya. Kini wajahnya benar - benar pucat. Aisyah yang duduk di sebelah ustad Rasyid pun hanya bisa menundukan wajahnya takut dengan tatapan ustad Rasyid.
Sesekali ia melihat ke belakang melihat Riziq ia benar - benar sangat hawatir dengan bocah ingusan itu.
" Ya Allah dosa apalagi yang kulakukan, ampuni aku, ilmuku tentang agama masih rendah, aku masih belum faham kehidupan di pesantren" gumam Aisyah dalam hati.
Sebelum pulang ke prsantren, ustad Rasyid pun membawa Riziq ke dokter
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 213 Episodes
Comments
Rika Mayanti
awal baca janji anisa,,krna pnsaran mmpir dech ksini..trnyata asyik certa ny
2021-04-13
1
Isti Kharoh
suka ceritanya kak jadi ingat pas dipesantren dulu
2021-02-09
1
Dheway
kayak ibu hamiln aja
2020-12-21
1