Tiga bulan kemudian, Anjani Ashita sadar dari komanya. Dia berusaha membuka matanya yang terasa lengket dan susah untuk dibuka. Saat berhasil membuka mata, sinar lampu yang ada di ruangan ICU, menyilaukan mata Anjani, sehingga dia menutup matanya kembali.
Beberapa menit kemudian, Anjani berusaha untuk mengerakan tubuhnya, tapi ternyata, seluruh badan Anjani, terasa kaku dan tidak bisa digerakkan. Dia kesusahan, meskipun hanya sekedar ingin mengerakan tangannya saja. "Sebenarnya, Aku dimana?" tanya Anjani, dalam hati, masih dalam keadaan terpejam dan diam, tanpa bisa bergerak.
Kini, saat Anjani sudah berhasil membuka matanya, dia melihat ke sekeliling. Dalam ruangan ICU yang terpisah, ada didalam ruangan kaca dengan banyaknya alat medis yang menopang kehidupannya untuk beberapa bulan ini. "Tempat apa ini?" tanya Anjani lagi, masih di dalam hati.
"Ayah," panggil Anjani dengan suara lemah, bahkan mungkin tidak terdengar, jika ada orang yang ada didekatnya.
"Pasien sadar!" teriak salah satu perawat, diruang terpisah, yang mendengar adanya suara pergerakan dari ruangan ICU khusus untuk Anjani.
Ruangan khusus yang ditempati Anjani, terdapat alat deteksi suara yang bisa merekam suara apapun, yang terjadi di ruang kaca tersebut. Ini memudahkan perawatan medis, sebab pasien koma, tidak selamanya ditunggui oleh pihak keluarganya. Jadi, perawat dan pihak medis bisa memantau dari ruangan terpisah, tanpa harus bolak-balik ke ruangan steril tersebut. Tentunya dengan biaya yang tidak biasa juga.
*****
Sudah hampir tiga jam, Anjani sadar dari komanya. Dia mencoba mengingat semua kejadian yang dialaminya saat itu.
"Dia sudah sadar Tuan. Kira-kira tiga jam yang lalu. Tapi sepertinya, dia belum sepenuhnya sadar," kata seorang Dokter, yang menanggani Anjani, pada Elang Samudra, suami dari Anjani.
"Ya. Tidak apa-apa Dok. Terima kasih atas pemberitahuannya tadi."
Elang Samudra, mendapat kabar saat baru saja datang dari kantor. Dia baru saja pulang dan belum sempat masuk ke dalam rumah, sehingga memutar kembali mobilnya dengan cepat, menuju ke arah rumah sakit.
Kini, dia berada di dekat Anjani, yang sudah dipindahkan ke kamar pasien, menemaninya malam ini, saat pertama kalinya Anjani sadar dari komanya. Anjani Ashita, Istrinya yang pertama, meskipun tidak secara hukum negara, tapi mereka juga sudah sah secara agama.
..."Anjani baru saja sadar Sayang. Aku belum bisa pulang. Jadi, Aku bermalam di rumah sakit. Maaf ya," kata Elang saat menerima telpon dari istrinya di rumah. Adhisti Andriani....
..."Benarkah, kenapa tidak memberi kabar sedari tadi, dan baru memberitahu sekarang? Aku sudah cemas Mas, makanya Aku menelpon."...
..."Maaf. Aku terlalu senang mendengarnya tadi, sehingga lupa memberikan kabar lebih dulu padamu. Ini juga belum sepenuhnya sadar dan belum bisa bicara banyak."...
..."Baiklah. Besok Aku akan datang menjenguk ke rumah sakit. Apa sekarang saja?"...
..."Besok saja Sayang. Sekarang sudah terlalu malam."...
..."Baiklah. Hati-hati Mas."...
..."Iya. Terima kasih Sayang. Kamu juga hati-hati ya di rumah!"...
Anjani yang sedang terpejam, masih bisa mendengar semua percakapan antara Elang dan Adhisti. Meskipun dia belum tahu, dan mengenal siapa Adhisti, tapi dia bisa menyimpulkan bahwa ada hubungan yang tidak biasa di antara mereka berdua.
"Siapa dia yang dipanggil Sayang? Bukankah tadi dia bilang, jika dia adalah suamiku? Dengan foto dan video yang dia tunjukkan padaku tadi," pikir Anjani dalam hati.
"Apa yang sebenarnya terjadi kemarin itu? Apa sebaiknya Aku bertanya pada dia, bagaimana bisa dia adalah suamiku dan siapa yang tadi dia ajak bicara dan dia panggil dengan sebutan, Sayang?"
Anjani, terus menerus bertanya kepada dirinya sendiri. Dia tidak tahu, apa yang sedang terjadi dalam kehidupannya ini. Bagaimana bisa, dia menikah dalam keadaan koma, dan ayahnya meninggal setelah itu. Dan sekarang, saat dia sadar, dia mengetahui jika suaminya itu sudah memilki wanita lain juga.
"Mas..." panggil Anjani, pada Elang.
"Ya," jawab Elang pendek, tanpa panggilan dan embel-embel lain sebagai sebutannya.
"Apa yang sebenarnya terjadi. Dan siapa yang tadi Mas telpon?" tanya Anjani, dengan suara pelan.
"Maaf," jawab Elang pendek.
"Maaf, untuk?" tanya Anjani bingung, dengan jawaban yang diberikan oleh Elang.
"Aku menikah denganmu, karena kecelakaan, tiga bulan yang lalu. Dan sebenarnya, waktu itu, Aku sedang mempersiapkan pernikahanku dengan calon istriku. Jadi kami sudah menikah sebulan yang lalu. Dia, Adhisti Andriani."
Anjani merasa sangat terkejut, saat mendengar penjelasan dari suaminya itu, Elang Samudra.
"Jadi... jadi, Mas sudah punya istri? lalu bagaimana denganku?" tanya Anjani terkejut.
"Kamu juga istriku," jawab Elang pendek.
"Tidak. Ini tidak benar," kata Anjani dengan mengeleng.
"Ini benar. Dan Kamu, juga adalah istriku."
Elang tidak menanggapi perkataan dari istri pertama itu.
"Tidak. Lebih baik kita berpisah Mas. Aku tidak mau, jadi orang ketiga di antara kalian berdua. Aku tidak mau, menyakiti hati seseorang wanita, karena Aku juga sama."
"Sudahlah. Lebih baik, Kamu fokus dengan kesehatanmu. Tidak usah berpikir yang lain," kata Elang tegas, tidak mau dibantah lagi.
*****
Di rumah, Adhisti Andriani, sedang merasakan kesedihan dan kekecewaannya. Dia berpikir jika suaminya, Elang, telah melupakannya.
"Baru saja dia sadar, dan mas Elang sudah lupa padaku," keluh Adhisti kecewa.
"Aku harus bisa membuat keputusan sendiri. Aku tidak mau jika mas Elang, akan kebingungan pada akhirnya nanti. Lebih baik Aku memintanya untuk menceraikan diriku saja, jika dia tidak mau meninggalkan istrinya itu."
Entah kenapa, Adhisti merasa sensitif malam ini. Dia merasa terabaikan, padahal sebenarnya bukan seperti itu juga yang terjadi.
Akhirnya, Adhisti mencoba menghubungi salah satu dari temannya, yang bekerja sebagai seorang pengacara. Dia ingin bertanya-tanya tentang masalah perceraian.
..."Halo, Adhisti!"...
..."Malam Indah. Apa Aku menganggu istirahatmu?"...
..."Tidak. Aku belum tidur. Aku baru saja menyelesaikan pekerjaan, yang akan Aku gunakan untuk sidang besok."...
..."Oh, syukurlah. Aku jadi tidak menganggu."...
..."Ada apa?"...
..."Aku ingin bertanya tentang beberapa hal tentang perceraian."...
..."Apa? Kamu tidak ingin menceraikan suamimu itu kan?"...
..."Memang itu maksudku."...
..."Kalian masih terhitung pengantin baru. Ada apa?"...
..."Nanti saja Aku ceritanya."...
..."Yang pasti, Kamu tidak dalam keadaan hamil."...
..."Tidak boleh ya?"...
..."Tentu saja. Wanita yang sedang hamil, tidak bisa bercerai dengan suaminya."...
..."Tapi, Aku baru saja cek tadi siang, dan Aku positif hamil. Sebenarnya malam ini, Aku mau kasi tahu mas Elang. Tapi ternyata dia tidak pulang, karena menunggui istrinya yang baru saja sadar dari komanya."...
..."Istrinya Elang? Koma? Maksud Kamu apa Adhisti? Dan yang pasti, jika Kamu dalam keadaan hamil seperti sekarang ini, Kamu tidak bisa bercerai. Itu pasti akan ditolak oleh pihak pengadilan agama."...
*****
Di pihak lain, Elang Samudra sedang dalam dilema. Dia tidak mungkin melepaskan tanggung jawabnya sebagai suami pada Anjani, tapi dia juga tidak ingin menyakiti hati istrinya yang lain, yaitu Adhisti Andriani, istri sahnya.
Jadi, bagaimana seharusnya Elang membuat keputusan untuk kebaikan mereka bertiga?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 443 Episodes
Comments
Ni.Mar
konflik batin bgt ini mah thorrr jangan cerai lah kasian Adisty
2022-08-23
0
YuliaBilqis
Mungkin lebih baik pisah Anjani karna mereka salih cinta apa iya kamu bakalan dapan cinta dsn kasih sayang yang adil dari Elang
2022-08-11
0
Kar Genjreng
Ak malah ngenes ki... lage ae moco... karya Mu mesti gae sing moco ketar ketir.. 🤣🤣🤣🤣salam... sehat untuk Mu Author
2022-08-06
0