Anugerah Cinta
Sinopsis
Takdir yang membingungkan untuk remaja berusia 21 tahun bernama Anindira yang baru saja ditinggal pergi seorang Kakak kandung dan Kakak iparnya yang selama ini menjadi tempatnya bersandar. Kecelakaan merenggut nyawa kedua orang yang selama ini menjadi tumpuan hidupnya.
Tiba-tiba saja dia harus menjadi orang tua tunggal bagi keponakan berusia 10 tahun yang sama bingungnya dengan dirinya. Hanna Gayatri, gadis cantik berambut panjang yang sangat cerdas.
Perjuangan hidup yang penuh liku harus mereka berdua lalui bersama, meski dalam kebingungan, keduanya saling menguatkan dengan caranya masing-masing.
Perjalanan hidup mempertemukan Nindi dengan laki-laki tampan yang jatuh hati padanya. Ivar John Samuel, pasukan khusus yang punya banyak prestasi di kepolisian.
Cerita yang penuh tawa dan drama kesedihan akan mewarnai perjalanan keduanya. Selamat membaca, mari kita nikmati setiap jengkal langkah kaki keduanya berjalan. Akankan mereka berhasil mendarat di dataran yang penuh kebahagiaan?
(Berduka)
Nindi memaksakan senyum di bibirnya menyambut setiap tamu yang menyalaminya sebagai ungkapan rasa berbela sungkawa. Hanna melakukan hal yang sama, tidak ada lagi air mata. Sudah habis air mata sejak mendengar kabar yang sangat mengejutkan dari Antoni.
Akhirnya semua prosesi selesai Nindi dan Hanna lalui, hanya berdua. Mereka tidak punya saudara kandung. Sejak kecil Nindi hidup bersama Kakaknya. Menurut cerita yang Nindi dengar, Ibunya meninggal saat Nindi berusia 3 tahun karena sakit. Ayah Nindi entah kemana, tidak diketahui keberadaannya sejak istrinya meninggal dunia.
Jadilah Cakra Abimana yang saat itu masih berusia 15 tahun berjuang seorang diri membesarkan adik kandungnya. Semua keluarga meninggalkan Cakra, tidak ada yang mau direpotkan mengurus keponakan yang ditinggalkan kedua orang tuanya. Sejak saat itu Cakra bertekad hidup seorang diri jauh dari keluarga besarnya.
Cakra merantau ke Jakarta, kota yang menjanjikan kesuksesan bagi siapa saja yang mau bekerja keras. Tidak punya bekal apapun membuat Cakra harus memulung barang-barang bekas sambil menggendong adiknya yang masih berusia 3 tahun. Cakra tidak pernah menangis, baginya air mata tidak lagi ada.
Cakra beruntung bertemu dengan seorang kakek renta yang dengan suka rela menampungnya. Awalnya cakra menolak tinggal di rumahnya karena tidak mau lagi jadi beban orang lain. Tapi mempertimbangkan keadaan Nindi yang demam karena harus kepanasan dan kehujanan hatinya luluh. Permata cantik yang harus Cakra jaga agar bisa bersinar kelak.
Kakek Tama yang sangat baik hati sama dengan dirinya, hidup sebatang kara. Kakek Tama menyekolahkan Cakra, dia tidak ingin melihat seorang laki-laki tanpa masa depan. Cakra tidak serta merta berpangku tangan, dia berjualan asongan sepulang sekolah. banyak teman yang mengejeknya, tapi tidak Cakra hiraukan. Hidup keras, jangan terlalu ambil pusing dengan banyaknya omongan orang.
Melihat Nindi tumbuh dengan sehat memberi kepuasan atas kerja keras Cakra selama ini. anak yang berusia 3 tahun sudah tumbuh menjadi gadis remaja yang sangat cantik. Perlahan Cakra bisa menata hidupnya dibantu Kakek Tama yang tidak lelah membimbingnya.
Menginjak 20 tahun Cakra kembali merasakan kehilangan, Kakek tua yang selalu menemaninya kini sudah terbaring kaku tidak bernyawa. Cakra merawat kepulanganya dengan penuh kasih sayang. Belum sempat membalas segala keihlasannya, Tuhan sudah mengambilnya dari sisi Cakra.
Kini Cakra berjuang seorang diri membesarkan Nindi, Cakra sering membawa Nindi ke kampus dan menitipkannya pada Ibu Kantin sekolah yang berbaik hati mau menjaga Nindi. Ibu Suni namanya, dari Ibu Suni Nindi mendapat kasih sayang seorang Ibu. Nindi yang berusia 8 tahun sangat menggemaskan, dia bahkan bisa di andalkan Ibu Suni membereskan piring-piring kotor bekas makan para pelanggan kantinnya.
Awalnya Ibu Suni tidak rela Nindi membantunya, tapi gadis yang tau terimakasih ini ingin membalas sebisa mungkin semua perbuatan baik Ibu Suni yang selalu mau direpotkan menjaga dirinya.
Cakra sangat mencintai Nindi, apapun dia lakukan agar Nindi hidup bahagia dan tidak kekurangan apapun. Nindi sadar kerja keras Cakra selama ini demi dirinya, kini usianya sudah matang dan Nindi merasa Cakra sudah pantas memiliki pendamping hidup, Nindi dewasa melibihi usianya.
Cakra memutuskan menikahi Agnia Aruni. Perempuan cantik yang menjalin hubungan dengannya selama dua tahun. Agni memutuskan meningalkan keluarga yang menentang hubungannya dengan Cakra. Cinta buta yang sudah membuat keduanya nekad menikah tanpa keluarga besarnya, hanya Ayah Agni yang memberi restu.
Semua orang menentang, dia harus mengurus suami dan adik yang akan menjadi keluarganya juga. Agni tidak keberatan, tapi tidak dengan keluarga besar Agni. Dia putri satu-satunya yang harus menerima nasib buruk menikahi laki-laki yang tidak punya masa depan. Begitu keluarganya berfikir.
Satu tahun menikah Cakra bisa membuktikan dirinya laki-laki bertanggung jawab yang bisa diandalkan. Usahanya berkembang pesat, kini Agni dan Nindi hidup berkecukupan tanpa rasa khawatir. Rumah tangganya semakin terlihat harmionis dengan hadirnya putri cantik bernama Hanna Gayatri.
Suasana rumah selalu ramai dengan suara Hanna yang menggemaskan. Agni juga sangat menyayangi Nindi yang tidak pernah menyusahkannya, kehadirannya membuat Agni seperti memiliki sahabat perempuan. Meski kecil, Agni sering berbagi cerita dengan adik kecilnya yang bisa menjadi pendengar yang baik meski tidak memberikan solusi apapun atas masalahnya.
Suasana bahagia tinggal kenangan. Kini Nindi seperti terpental jauh ke masa lalu dimana Cakra berada. Menatap wajah gadis kecil yang terlelap di pangkuannya seperti sedang menatap dirinya sendiri. Perasannya hancur berkeping-keping melihat Hanna harus melaui masa lalu yang pernah dia lalui penuh kepahitan.
***
Nindi mulai menghitung sisa tabungan yang dia miliki. Cukup untuk biaya kuliahnya satu semester dan biaya hidup satu tahun ke depan. Beruntung dirinya selalu menyisihkan uang yang Kak Cakra berikan. Sekolah Hanna juga sudah aman, sudah Kak Cakra bayar biaya sekolahnya sampai Hanna naik kelas. Nindi harus mulai mencari pekerjaan, dia harus memenuhi kebutuhanya kedepan.
Tok…tok…tok…
“Han, tolong lihat siapa yang datang.” Tanpa berkata-kata Hanna meluncur ke pintu masuk.
“Tuan cari siapa?” Hanna lupa, dia menepok jidatnya karena membukakan pintu untuk orang asing yang tidak dia kenal.
“Dimana Nona Anindira, kami ingin bertemu dengannya.” Dua pria berpakaian rapih tapi wajahnya seram menurut Hanna.
“Tunggu sebentar tuan-tuan.”
Brakkkk….
Dua pria yang berdiri di depan pintu kaget, Hanna menutup pintu cukup keras.
“Maaf Tuan, kelepasan.” Teriak Hanna dari dalam rumah.
“Tante Nin, ada dua orang laki-laki mencari Tante Nin.” Nindi menyipitkan matanya penasaran. “Jangan Tanya siapa, Hanna juga tidak kenal.” Celetuk Hanna menebak pertanyaan yang akan Nindi ajukan.
“Kau ini.” Nindi mengacak rambut Hanna gemas sebelum menemui tamu yang datang.
“Selamat siang Tuan-tuan, ada yang bisa saya bantu?” Sapa Nindi dengan ramah. Nindi mempersilahkan tamunya masuk.
“Begini Nona, kami dari pihak bank. Tuan Cakra memiliki pinjaman di bank kami dengan jaminan rumah. Sudah 6 bulan ini beliau tidak bayar. Dan kami mendengar Tuan Cakra mengalami kecelakaan.” Laki-laki yang menyampaikan maksud kedatangannya bahkan menghela nafasnya panjang.
Nindi tersenyum meski di hadapannya ada ujian berat yang tidak mudah di lalui.
“Apa rumah ini akan di sita?” Dengan berat hati laki-laki yang duduk di hadapannya mengangguk. “Berapa lama kami diberikan waktu sampai kami menemukan rumah baru?” Hanna menguping di balik tembok ruang tengah.
“Perusahaan kami memberikan waktu 2 minggu Nona. Setelah 2 minggu rumah harus sudah kosong.” Melihat cicilan Nindi tidak bisa membayarnya, cukup besar. Dia bahkan tidak punya banyak dana untuk dirinya dan Hanna.
Cukup lama Nindi mencoba mencari solusi bersama, dirinya tidak punya pekerjaan. Pihak bank tidak bisa memberikan solusi lain selain menyita rumah sampai Nindi bisa membayar semua pinjamannya.
Hanna memeluk Nindi yang melamun di ruang tamu. Dia tau kegundahan hati Nindi. “Tante Nin, kita ngontrak saja. Teman Hanna ada yang ibunya ngontrak rumah.” Celetuk Hanna memberi semangat.
“Kita akan tinggal di rumah kontrakan! Apa Hanna yakin?” Hanna mengangguk.
“Disana akan banyak tikus dan kecoa.” Nindi bergidik ngeri mencoba menakut-nakuti Hanna.
“Tidak apa, aku punya racun tikus dan raket serangga. Kita bisa kan membawanya?” Hanna masuk memastikan kedua benda itu ada di tempatnya.
Nindi terharu melihat semangat Hanna, dirinya harus lebih kuat dari Hanna. “Ayo Han, mumpung libur kita pilih-pilih apa saja yang perlu kita bawa.” Hanna mengangguk, meraih buku da menulis daftar barang yang wajib mereka bawa.
Paginya Nindi mencari kontrakan dekat sekolah Hanna, dia tidak mau Hanna terganggu karena jarak dan waktu jika tempat tinggal mereka terlalu jauh. Tidak terlalu sulit, dalam sekejab Nindi menemukan rumah kontrakan kecil yang akan dirinya dan Hanna tempati.
Berulang kali Nindi meminta maaf pada kakaknya karena membawa Hanna hidup dengan kesulitan. Nindi berjanji akan berusaha sekuat tenaga menjaga Hanna. Entah akan memulainya dari mana. Nindi masih memikirkan apa yang bisa dia lakukan kedepannya.
“Tante, kau tidak bisa diam sebentar saja. Mataku sakit melihat mu mondar-mandir dari tadi.” Hanna mulai pusing melihat Nindi seperti setrika rusak.
Brukkk
Nindi menjatuhkan diri di samping Hanna. “Menurut Hanna apa yang bisa aku lakukan untuk menghasilkan uang.” Hanna biasanya punya ide-ide cemerlang. Menatap penuh harap. Hanna mengangkat bahunya menyerah.
Keduanya terkulai di atas sofa memandang langit-langit rumah yang akan segera mereka tinggalkan.
“Ahhhaa…..” Nindi terjingkat kaget tapi juga senang. Hanna sepertinya menemukan ide cemerlang. “Bagaimana jika kita makan ice cream untuk menjernihkan pikiran.” Nindi mencubit hidung Hanna gemas, dia malah mengajaknya bersantai di waktu seperti ini.
Nindi berdiri merentangkan kedua tangannya. “Baiklah………mari kita makan ice cream untuk masa depan kita!!!!” Berteriak penuh semangat.
“Horeee…” Balas Hanna senang. “Aku tidak akan minta yang mahal Kak. Ada yang harganya Rp.3.000,-. Kita bisa hemat jika jajan sedikit hari ini.”
“Jangan pikirkan uang Hanna, tugas Hanna sekolah dan belajar yang rajin. Tante Nindi akan urus semua kebutuhan kita.” Hanna menganguk setuju.
Hanna memilih Ice Cream dengan harga paling murah dan menyerahkannya pada Nindi. Diam-diam Nindi memasukkan ice cream coklat kesukaan Hanna. Setelah membayar mereka berdua duduk di taman.
“Tante, aku tidak mengambil ini.” Tunjuknya pada Ice Cream kesukaannya.
“Aku yang mengambilnya. Terlihat enak bukan?” Hanna mengangguk.
“Jadi tante beli dua ice cream?” Nindi mengangguk. Ingin tau reaksi Hanna jika dirinya membeli dua dan Hanna hanya satu. “Iya, Tante boleh beli dua karena sudah bekerja keras.” Hanna tersenyum dengan tulus pada Nindi.
“Tentu saja ini untuk Hanna. Gigi tante sakit dan ngilu.” Nindi menyerahkan ice cream pada Hanna. “Satu saja cukup.” Nindi menikmati ice cream di tangannya menirukan gaya Hanna yang menggemaskan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments