"Ngapain kalian di sini?" tanya Erlang pada Ikmal, Vian, Marcell, Marva dan anak kembarnya.
"Liburan, dong."
Ikmal langsung masuk begitu saja ke kamar Erlang, disusul oleh yang lain.
"Hai, Chiro!" sapa Vian.
Chiro tak menyahut, tidak menoleh, bahkan menunduk lesu. Bahkan dia juga tidak peduli dengan si kembar.
"Chiro kenapa?"
Erlang tak menjawab, tidak ingin menyebut nama Freya yang dirindukan oleh putranya.
"Kita main yuk, ke pantai."
Ikmal langsung menggendong Chiro. Saat membuka pintu, bertepatan dengan Evan dan Jasmine yang juga akan ke luar dari kamar masing- masing.
Jasmine yang melihat wajah murung Chiro, berinisiatif untuk menggendongnya.
"Tuan muda Chiro, sini aunty gendong."
Erlang melihat sifat keibuan yang dimiliki oleh sekretarisnya itu.
Mereka semua kini ke pantai. Vian dan Marcell langsung tersenyum puas dengan apa yang mereka lihat.
Wanita cantik berbikini.
"Rasanya otakku langsung fresh," ucap Marcell.
"Mommy, mommy!" teriak Chiro.
Mereka langsung melihat arah pandang mata Chiro.
Lima gadis cantik berpakaian cukup seksi, walaupun tak berbikini.
Naya langsung melihat ke arah Chiro yang masih ada dalam gendongan Jasmine.
Naya, Monic, Letta, Zilda, dan Kirei menghampiri Chiro. Chiro langsung memberontak dalam gendongan Jasmine dan berlari ke arah Naya.
"Mommy, i miss you so much."
"Miss you too, Honey."
Naya langsung mengecup kening dan kedua pipi Chiro, membuat bocah kaki-laki itu langsung bahagia.
Sepertinya indra penglihatan dan pendengaran Chiro memang memiliki sinyal yang kuat bila berhubungan dengan Naya.
"Mommy sedang apa di sini?"
"Mommy sama para aunty ada seminar besok. Jadi sekarang mau main-main dulu di pantai. Tadi pagi baru sampai."
Kini Chiro mengangguk, mengerti kenapa kemarin mommy-nya sulit untuk dihubungi.
Chiro menggandeng tangan Naya dan melihat daddy- nya.
"Daddy, Chiro mau main sama mommy."
Pandangan Naya kini beralih ke mereka. Dia melihat satu persatu orang-orang yang ada di hadapannya itu.
Tanpa menunggu persetujuan dari Erlang, Chiro langsung menarik tangan Naya untuk bermain air, yang membuat Erlang mau tidak mau mengikuti mereka.
Letta dan Zilda melihat Vian dan Marcell yang tadinya pecicilan saat melihat perempuan-perempuan seksi, kini mendadak kalem sok cold.
Sementara itu, Marva tak melepas pandangannya dari Kirei.
Monic, Zilda dan Letta mengikuti Naya, disusul yang lain.
Erlang melihat Naya yang memakai hotpants dan kaos tanpa lengan. Begitu juga dengan Monic, Zilda, Letta dan Kirei.
"Mommy, gendong!" pinta Chiro.
Naya langsung menggendong Chiro di punggungnya yang membuat Chiro tertawa senang.
"Daddy, gendong kami, Daddy!"
"Maksudnya?"
"Mommy di gendong sama Daddy!"
"No!" tolak Erlang.
"Kalau begitu uncle Evan atau Ikmal saja yang menggendong."
"No! Biar daddy, saja. Ayo naik!"
Naya sebenarnya mau menolak, tapi tidak tega dengan Chiro yang terlihat bahagia.
Naya kini naik ke punggung bidang Erlang, sedangkan Chiro masih berada di punggung Naya.
"Pegangangan yang benar, Chiro!"
Chiro langsung nengeratkan legangannya, yang seketika membuat Erlang menyesal.
Dada Naya kini sangat terasa di punggungnya. Membuat dirinya panas dingin dan gelisah di bawah. Apalagi paha putih mulus tak tertutup itu kini dirasakan oleh telapak tangannya.
Erlang meringis melihat juniornya.
Untung saja aku memakai celana longgar. Lagian ini cewek ngapain sih pakai pakaian seperti ini. Tuhan, rasa yang di bawah ini sungguh menyiksaku.
Hingga kini mantan suami istri itu tak berhenti masih mogok bicara kalau enggak penting-penting banget.
"Lari, Daddy!"
Erlang menghela nafas mendengar permintaan Chiro, namun dia tetap menurut.
Erlang langsung berlari dengan kencang, membuat ibu dan anak itu langsung berteriak. Erlang memegang erat paha paha Naya, meski tangannya sudah keringat dingin. Sedangkan Naya sebelah tangannya memegang pundak Erlang dan sebelah tangannya lagi menahan tubuh Chiro yang ada di pundaknya.
Chiro langsung melepaskan kedua tangannya di pundak Naya dan merentangkannya tinggi-tinggi, membuat Naya melepaskan sebelah tangannya di pundak Erlang dan menahan kuat-kuat badan Chiro. Sedangkan Erlang semakin mengencangkan pengangannya yang juga tanpa sadar mengelus-ngelus paha Naya.
"Tolong ya, tangannya dikondisikan!"
"Aw!" keluh Erlang karena Naya mencabut dua helai rambut Erlang.
Masih aja galak!
"Yey, Chiro terbang tinggi banget, Daddy!"
Setelah itu, Naya, Chiro dan Erlang kembali berkumpul dengan sahabat-sahabat mereka.
"Main voli, yuk," ajak Marcell.
"Kalian aja, capek banget, aku."
Capek apaan, dari tadi digendong terus, kok, batin Erlang.
Sementara yang lain bermain voli pantai, Naya merebahkan tubuhnya di bawah payung pantai dan tidak lama kemudian tertidur.
Erlang yang melihat Chiro ikut tidur di samping Naya menghampiri mereka. Dipandanginya wajah ibu dan anak itu.
"Capek banget, aku," keluh Monic.
"Balik ke hotel, yuk. Besok pagi kan kita ada seminar."
"Ayo."
"Ecan menginap di hotel mana?"
Lalu Chiro menunjuk hotel yang berada tidak jauh dari pantai itu.
"Loh, Mommy juga menginap di hotel itu."
"Benarkah, Mommy?"
Naya mengangguk. Kini mereka sama-sama menuju hotel.
Kamar Naya dan pasukannya ada di lantai 8, termasuk Ikmal dan pasukannya. Sedangkan Erlang, Evan dan Jasmine ada di lantai 9.
"Bye bye, Mommy."
"Bye bye, Ecan."
Mereka masuk ke kamar masing-masing dan langsung mandi.
Jam tujuh mereka makan di restoran hotel karena sudah sangat lelah dan tidak sanggup untuk mencari restoran lain.
"Selamat malam, Mr. Erlangga," sapa Clara.
Mereka melihat Clara. Wanita cantik itu menggunakan dress berwarna putih yang terlihat elegan.
"Ya?"
Clara melihat mereka dan mengangguk. Dia menunjukkan bagaimana sikap ratu kecantikan.
"Ternyata Mr. Erlangga masih ada di sini. Kalau begitu saya permisi dulu, Tuan."
Setelah Clara pergi, Chiro berkata, "Jangan-jangan dia juga mau melamar menjadi calon mommy aku. Tenang saja Mommy, Mommy lah yang terbaik."
Naya tersenyum mendengar perkataan Chiro.
"Yaya!"
Seorang pria berteriak memanggil Naya.
"Aaaa ... Coco! How are you? I miss you so much."
Naya langsung berlari menuju Mico dan memeluk tubuh tegap pria itu.
"I miss you too, Sweety."
Mico melihat Erlang yang juga menatapnya dengan tajam.
"Ayo kita duduk di sana," ajak Naya pada Mico. Mereka menuju meja yang sama dengan Monic, Letta, Zilda dan Kirei.
"Hai, Nuna, Aruna, Nania dan ... hmmm, dia bukannya senior kita?"
"Iya, dia senior kita dulu saat SMA. Namanya Kirei."
"Hai, Kirei," sapa Mico.
"Mic, sekarang panggil kami Monic (Nuna), Letta (Aruna) dan Zilda (Nania)."
"Heleh, ribet, ah! Dah, aku tetap manggil kalian seperti yang dulu aja."
Naya hanya terkekeh geli.
Sementara itu, di meja sebelah, Erlang mendengkus melihat sikap Naya pada Mico yang terlihat sangat bahagia saat bertemu.
Cih, dulu saat pertama kali bertemu kembali denganku dia biasa-biasa saja. Enggak heboh, apalagi seheboh ini. Bahkan bertemu dengan keluarganya saja, wajahnya terlihat seperti akan berperang.
"Ngomong-ngomong, kalian berdua sudah akur?"
Mico menggoda Naya dan Monic. Sebenarnya dia sudah tahu apa yang terjadi antara mereka berdua, karena dengan kecerdasannya, Naya bisa melacak keberadaan Mico dan mereka sesekali berkomunikasi jarak jauh tanpa sepengetahuan siapa pun.
Naya menepuk lengan Mico.
"Mommy, apa ini calon daddy Chiro yang sesungguhnya?"
Perhatian mereka kini teralih pada bocah pria yang menggemaskan.
"Halo, Kichiro Ercan!" sapa Mico.
"Uncle tahu siapa aku?"
"Tentu saja uncle tahu siapa kamu."
"Apa uncle calob daddy Chiro?"
Mico melirik Erlang dengan senyum mengejek.
"Ecan mau uncle menjadi daddy Ecan?"
Cih, bahkan dia ikut-ikutan memanggil Chiro, Ecan. Dasar! Hanya aku yang boleh menjadi daddy Chiro.
"Kalau uncle tidak nakal pada mommy, uncle boleh menjadi daddy Ecan."
Tawa menggelegar dari Mico langsung terdengar. Dia menaik turunkan alisnya pada Erlang.
Erlang semakin tidak suka melihat interaksi antara Chiro dengan Mico.
"Kamu lucu banget sih, pulang sama uncle, yuk!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 254 Episodes
Comments
Fitria_194
sma2 bnyak saingan
2021-12-05
0
Tika Ika
suka suka suka
2021-11-28
1
Tulip
chico pinter betulll ya panas2in daddy 🤣🤣🤣
2021-11-26
1