"Jadi selama ini Nuna, Nania dan Aruna sudah bersama Freya?"
"Memangnya selama ini mereka di mana, sih?"
Flashback On
Naya tiba di Oxford, Inggris. Dia telah memutuskan untuk kuliah di sini, yang awalnya berencana kuliah di Amerika Serikat namun dia batalkan karena beberapa pertimbangan.
Salah satunya dia tidak ingin mudah dilancak jika dia ke AS dan kuliah di Harvard. Lagi pula, dia menyukai negara Eropa yang menurutnya pria-prianya berwajah tampan.
"Freya!"
Teriak seseorang. Wanita muda itu menengok ke suara yang memanggilnya.
"Kamu?"
"Aku Kirei, teman sekelas Arby di SMA dulu."
Jantung Freya berdetak kencang saat nama Arby disebut. Bukan karena rindu, tapi dia khawatir kalau ada yang mengenalinya di negara ini.
"Kamu kuliah di sini juga?"
Freya mengangguk. Tidak ada yang bicara lagi, namun tidak lama kemudian ada suara-suara yang memanggilnya dengan lebih heboh.
"Nuna, Aruna, Nania?"
Ketiga gadis itu langsung memeluk Freya.
"Tega banget kamu ninggalin kami begitu saja tanpa pamit."
Freya menghela nafas. Jauh-jauh dia ke sini ujung-ujungnya diikuti juga sama mereka bertiga.
Mereka berlima kini duduk di salah satu cafe.
"Apa ada yang tahu bahwa kalian bertiga ke sini?"
"Tidak," jawab mereka bertiga serempak.
"Bagus, jangan katakan apa pun pada orang-orang termasuk keluarga kalian."
Freya lalu membuka laptopnya dan sibuk dengan jari-jemarinya.
"Ngapain sih, serius amat?"
"Aku lagi menghapus jejak kita berempat biar tidak ada yang menemukan kita."
"Wah, kerennn!"
"Tak kusangka memiliki sahabat sepintar ini."
"Hmm, maaf," sela Kirei.
"Ya?"
"Hmm, bi ... bisakah kamu juga menghapus jejakku?" Kirei menunduk, tak berani menatap keempat gadis yang duduk di hadapannya yang dulu adalah juniornya.
"Kenapa? Apa ada orang yang kamu hindari?"
Kirei mengangguk, namun tak menyebut siapa orang itu.
"Apa kamu melakukan kejahatan atau kabur dari rumah?"
"Tentu saja tidak!" jawabnya cepat.
"Baiklah, aku akan menghapus jejakmu," jawab Freya yang merasa iba melihat wajah sendu Kirei.
"Oya, mulai sekarang, jangan panggil aku Freya, tapi panggil aku Canaya. Hmm, sebaiknya kalian juga begitu."
Sejak saat itu Freya menjadi Canaya atau biasa dipanggil Naya.
Nuna Monicca menjadi Monic.
Nania Arzilda menjadi Zilda.
Aruna Arletta menjadi Letta.
"Apa harus sampai segitunya, untuk menghindari mereka?" tanya Zilda.
"Aku tahu bagaimana watak mereka. Mereka tak akan membiarkan aku tenang."
Kirei yang tak mengerti apa-apa, hanya mendengarkan.
"Rei, kamu tinggal di mana?"
"Aku tinggal di asrama."
"Kamu pindah saja ke tempatku. Aku memiliki apartemen di pusat kota."
Kirei menatap Naya, yang dia tahu Naya adalah murid beasiswa sama dengan dirinya, tapi dari mana bisa memiliki uang atau fasilitas itu?
"Dah, jangan banyak menerka-nerka. Pindah saja ke tempatku, untuk menghemat pengeluaranmu juga. Kita di sini bukan seminggu dua minggu, tapi bertahun-tahun."
Sejak saat itu mereka tinggal berlima di apartemen milik Naya dan Kirei menjadi bagian dari kelompok Naya.
Sedangkan yang ada di Jakarta, benar-benar kehilangan jejak keempat gadis itu akibat ulah Naya yang lebih cepat menghilangkan jejak.
Seperti dugaan Naya, tempat pertama yang mereka datangi untuk mencari Freya adalah AS, namun hasilnya nihil.
Setiap kali mencari, mereka selalu menyebut nama Freya, Aruna, Nania dan Nuna yang tentu saja tidak ada yang tahu.
.
.
.
"Happy birtdday to you ... happy birthday to you ... happy birthday happy birthday happy birthday yo you ...."
Naya meniup lilin sambil memanjatkan doa.
"Nay, mungkin kamu lupa, tapi dulu kita pernah berjanji saat umurmu sudah delapan belas tahun, kita akan pergi ke taman bermain dan bermain sepuasnya, makan gulali juga lolipop. Oya, aku mau minta maaf secara resmi akan kesalah pahaman kita saat itu," ucap Monic sambil berurai air mata.
"Aku juga ingin meminta maaf padamu. Ayo kita ke taman bermain, meskipun aku tetap tidak mengingat apa-apa saat kita masih kecil dulu, tapi aku ingin memenuhi janji kita untuk ke taman bermain."
Mereka berdua berpelukan, melepaskan semua kesalah pahaman yang terjadi. Memulai hidup baru bersama dengan tetap menjadi sahabat, saling menjaga dan mendukung juga melupakan masa lalu mereka yang tak menyenangkan dengan masalah yang serupa tapi tak sama.
Flasback Off
"Chiro, ayo pulang," ajak Erlang.
"No Daddy, aku mau dengan mommy saja."
"No Chiro, turuti apa kata daddy."
Chiro mulai menangis terisak, dipeluknya tubuh Naya dengan erat.
"Ecan, Ecan pulang ya sama daddy. Ecan kan masih sakit," bujuk Naya.
"Ecan mau sama Mommy. Ecan masih kangen dengan Mommy."
"Hm, bolehkan Ecan bersamaku malam ini?"
"No!" tolak Erlang mentah-mentah.
Naya membisikkan sesuatu di telinga Ecan.
"Promise?"
"Yes, promise."
"Ayo Daddy, kita pulang."
Erlang mengkerutkan keningnya.
Apa yang dia bisikkan pada Chiro hingga Chiro langsung menurut seperti itu padanya? Dia tidak sedang mempengaruhi Chiro, kan?
Erlang menatap datar pada Naya, sedangkan yang ditatap masa bodo. Lalu dengan hati dongkol dia membawa Chiro pergi.
Sedangkan keluarga Abraham dan Zanuar hanya bisa melihat dari jauh. Begitu juga dengan tamu-tamu yang lain, yang hanya bisa menerka-nerka apa yang terjadi dengan dokter Naya dan tuan Erlangga, dan siapa anak kecil itu.
Chiro kini ada dalam pangkuan Erlang. Mereka memilih pulang bersama Ikmal, Vian dan Marcell.
"Chiro, kenapa kamu bisa ada di sana?" tanya Erlang.
Saat tahu bahwa daddy, oma dan opanya akan pergi ke pesta pernikahan, Chiro langsung bersembunyi di bagasi mobil opanya. Dia berniat untuk mencari mommy-nya.
Dia merasa kesal dengan daddy-nya karena berbohong padanya akan mencari mommy. Dia saja bisa menemukan mommy-nya masa daddy-nya enggak, begitulah yang Chiro pikirkan. Padahal memang Erlang selalu mencari tapi selalu gagal.
"Jangan seperti itu lagi Chiro! Apa Chiro senang membuat daddy sedih?"
"No daddy."
"Ngomong-ngomong, di mana Chiro bertemu dengan mommy?"
Chiro lalu menceritakan tentang pertemuannya dengan Naya.
"Kenapa Chiro tidak cerita pada daddy?"
"Karena Chiro tidak ingin daddy membuat mommy pergi lagi."
"Kenapa Chiro bisa berpikir begitu?"
Tak mendapatkan jawaban dari Chiro, Erlang langsung melihat putra yang ternyata sudah tidur dalam pelukannya.
Keesokannya
Jasmine, Evan, Ikmal, Vian dan Marcell kini sedang berada di dalam ruangan Erlang. Saat mereka sedang membahas pekerjaan, tiba-tiba saja pintu terbuka membuat mereka mengalihkan perhatian pada orang yang ada di depan pintu.
"Daddy daddy daddy!" panggil Chiro dengan wajah ceria yang terlihat sangat berbinar.
"Chiro, kenapa kamu ada di sini?"
"Aku membawa mommy ke sini."
Deg
Deg
Deg
Muncullah sosok cantik dengan pakaian formal.
Ini mommy-nya Chiro? Serius? Gila, cantik banget, batin Jasmine dan Evan.
"Mommy, ini aunty Jasmine yang akan menikah dengan daddy. Dia juga sekretaris daddy di sini."
Suasana langsung horor.
"Aunty Jasmine, ini mommy kandung Chiro."
"Chiro, kenapa kamu membawa mommy kamu ke sini?" ada nada tak suka dari Erlang.
Naya memandang Jasmine dan Erlang bergantian dengan pandangan datar. Jasmine yang dilihat seperti itu, merasa terintimidasi.
Ya ampun, auranya sangat kuat.
"Aku hanya ingin mengenalkan mommy pada calon istri Daddy. Dan pamer pada aunty Jasmine bahwa mommy aku lah yang tercantik. Tenang saja mommy, mommy tetap satu-satunya mommy Chiro. Oya, ini uncle Evan. Dia asisten pribadi daddy."
Naya kini memandang Evan yang tak berkedip melihat kecantikan Naya. Chiro yang melihat pandangan mata Evan pada Naya, langsung berkata, "Mommy, bagaimana kalau Mommy menikah dengan uncle Evan saja? Bukankah menyenangkan jika memiliki dua daddy yang bekerja di tempat yang sama?"
Glek
Evan langsung menelan salivanya dengan susah. Dilihatnya Erlang yang menatapnya dengan sinis. Sedangkan Ikmal, Marcell dan Vian hanya bisa menunduk. Bukan karena takut, tapi menahan tawa akibat celotehan anak kecil itu yang benar-benar kompor.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 254 Episodes
Comments
Tessa Wed Wed
🤣🙄🤣
2022-11-02
1
Utiarli Manda
lanjut, lucu
2022-10-29
0
Ryta Maya
ooooooo GT crtany
2022-09-26
0