Naya, Monic, Letta, Zilda dan Kirei sedang mempersiapkan diri untuk mengikuti seminar internasional yang rencananya akan dibagi ke dalam beberapa tahap.
"Aku kok deg-degan, ya," ucap Monic.
Bukan hanya dia, yang lain pun merasakan hal yang sama.
Dua hari kemudian
Lima orang gadis muda turun dari pesawat. Jam telah menunjukkan pukul 21.47 waktu setempat. Perasaan kelima perempuan muda itu berkecamuk.
Keesokan paginya
Seorang perempuan muda menatap bangunan kokoh yang ada di hadapannya. Gerbang kokoh yang dijaga oleh dua orang security yang asik berbincang setelah bel sekolah berbunyi.
Ya, dia kini berada di depan sekolahnya yang banyak menyimpan kenangan.
Berbagai kenangan itu, indah, lucu, sedih dan buruk.
Sejak jam 6.30 tadi dia sudah berada di sini, mengamati murid-murid yang berdatangan dengan membawa kendaraan sendiri, diantar oleh sopir atau orang tua mereka.
Naya teringat dulu dia selalu datang dengan angkutan umum, atau ojek online. ketiga sahabatnya yang dengan setia membeli kue-kue buatannya untuk menambah uang jajannya dan warung-warung yang dia titipkan berjualan kue.
Juga pertengkaran mereka dengan empat murid laki-laki yang menjadi senior mereka, namun tak pernah dianggap senior, justru merekalah yang membully para pria itu.
Naya tertawa kecil.
Setelah puas memandang gerbang yang warna catnya ternyata belum berubah itu, dia melangkahkan kakinya menuju gang kecil di antara sekolah itu dan kampus di sebelahnya yang terpisah oleh taman.
Berjalan dengan pelan di sepanjang lorong kecil. Langkah kakinya berhenti. Dia melihat tali yang ternyata masih terpasang.
Ditariknya tali itu, lalu dia mengangkat tubuhnya sendiri dan memanjat tembok kokoh tersebut. Setelah berada di atas pagar tembok, dia langsung loncat dan kini dia telah berada di pekarangan sekolah itu. Tepatnya di belakang gudang, yang para murid terhormat akan segan menginjakkan kaki di sana.
Hanya murid pilihan saja yang sudi berada lama-lama di sana.
Kembali, Canaya terkekeh saat dia menggunakan kata-kata itu ... terhormat dan pilihan. Sejauh yang dia tahu, hanya dia dan Coco saja yang betah berada di sana dan menjadikan tempat itu sebagai tempat ternyaman untuk berleha-leha.
Kini dia duduk bersandar di lantai depan gudang, tempat yang dia habiskan bersama Coco dengan ditemani rokok dan bir kalengan.
Dia nakal.
Ya, dia gadis nakal dengan sejuta masalah yang kini mampu mewujudkan sebagian impiannya.
Baru sebagian!
Saat dikabarkan bahwa seminar awal akan diadakan di Jakarta, dia sempat ragu untuk menghadirinya.
Dia tidak ingin kembali ke negara terutama ke kota ini, sebelum benar-benar mewujudkan semua impiannya.
Namun nyatanya, kini dia kembali, hanya untuk sementara saja.
Di lantai tempatnya duduk, Naya melihat tulisan yang ditulis dengan menggunakan cutter.
Lost memories in 2018
Tulisan yang dibuat di hari terakhir ujian nasional. Lalu di tembok gudang itu banyak tulisan yang dibuat bersama Coco. Saling menceritakan impian mereka dan bertekad menunjukkan pada dunia bahwa mereka akan sukses dengan cara mereka sendiri. Dua jam lamanya Naya berada di tempat keramat itu.
Setelah merasa puas, dia kembali memanjat tembok. Meskipun dia telah menjadi dokter, ternyata sifat barbarnya tak menghilang.
Naya kemudian pergi ke studio musik tempat Coco sering bermain band, tempat selanjutnya yang menjadi pelariannya. Bernyanyi bersama, merokok, juga minum bir.
Dunia remaja yang menurut versinya menyenangkan, karena kebebasan dan kebahagiaan itu tak pernah dia dapatkan dari keluarganya.
Sabar dan ikhlas.
Dua kata yang selalu tante Irma ucapkan.
Entah dia telah ikhlas atau belum dengan masa lalunya.
Seharian ini dia nikmati dengan mengenang masa lalu. Memberikan efek yang dalam untuk hatinya.
Lalu, dengan bimbang, dia ingin melihat ... hanya melihat ... dua rumah yang memberikan luka untuknya.
Siapkah dia untuk itu?
Sepanjang jalan menuju rumah orang tuanya, dia mengalami perang batin. Satu sisi dia ingin melihat, walau hanya dari jauh.
Aku bersumpah tidak akan pernah menginjakkan kakiku di rumah ini lagi!
"Putar balik, Pak!"
Ya, ingatan tentang sumpah itu membuatnya berputar arah.
Lalu dia meminta sang sopir untuk membawanya ke rumah yang lain.
"Enggak jadi deh, Pak."
Sopir itu hanya bingung dengan penumpangnya, yang terlihat galau seolah ingin bertemu dengan sang mantan.
Naya tidak ingin melihat orang-orang itu. Apa yang akan dikakukan oleh tante Elya dan om Arlan saat melihatnya kembali?
Mungkin tamparan bolak-balik akan dia dapatkan kerena telah meninggalkan anak kesayangan Arlan dan Elya dengan luka yang begitu dalam.
🍂🍂🍂
Hari pertama seminar berjalan dengan lancar. Di sini, mereka banyak belajar dari dokter spesialis yang sudah banyak makan asam garam dalam dunia medis dari berbagai negara.
Mereka ramah dan tak pernah pelit dalam membagi pengalaman selama menjadi dokter.
"Hal pertama yang paling berkesan adalah saat pertama kali melakukan operasi, dan berjalan dengan lancar. Bahkan pasien tersebut sembuh," ucap dokter Fukada yang berasal dari Jepang.
"Kalau saya, hal yang tak terlupakan adalah saat operasi yang ternyata pasiennya tak mampu bertahan. Pengalaman itu adalah pengalaman pertama yang gagal dalam operasi. Sebagai dokter, tentu saja itu sangat menyakitkan, bukan hanya untuk pihak keluarga saja. Dokter sudah berusaha semaksimal mungkin, namun Tuhan juga yang menentukan," dokter Park Young Soon ikut angkat bicara.
"Untuk itulah, kalian sebagai dokter yang masih muda, jika gagal dalam kamar operasi, tidak boleh down. Tetap berpikir positif. Mendapat kemarahan dari pihak keluarga jika pasien meninggal itu sudah biasa bagi para dokter."
Mereka membagi pengalaman di ruang makan yang memilki meja bundar, jadi bisa saling melihat satu sama lain.
Canaya menyimak sebaik mungkin, karena dirinya memang ingin menjadi dokter bedah, jadi operasi akan menjadi makanannya sehari-hari.
.
.
.
Naya merebahkan tubuhnya di kasur. Tidak lama kemudian, Monic, Letta, Zilda dan Kirei datang untuk makan bersama di luar.
Mereka ingin memanjakan diri dengan makan makanan asli Indonesia sebelum kembali ke luar negeri. Tak perlu di cafe atau restoran mewah. Cukup makanan pinggir jalan yang mudah ditemukan.
"Pokoknya aku mau makan bakso, sate, siomay, batagor, gado-gado, karedok, ketoprak ...."
"Stop!"
"Kita bisa berpuas diri wisata kuliner hari Minggu nanti, sekarang makan saja dulu yang ada."
Lalu mereka menuju ke salah satu jalan yang menyediakan berbagai macam makanan kaki lima.
"Aku mau wedang jahe."
"Aku es cincau."
"Aku cendol."
"Wedang jahe juga."
"Es tebu."
Minuman yang dipilih itu datang tak lama kemudian.
"Nanti pas pulang bungkus makanan sama minuman, ya," ucap Letta yang membuat keempatnya menggeleng. Makan saja belum, tapi sudah niat mau bawa pulang makanan.
Bertahun-tahun di luar negeri tanpa pulang sedikit pun memang membuat mereka kalap akan makanan dan minuman.
Saat Naya memakan sate padang plus sate kambing, seorang anak kecil menyenggolnya.
"Maaf, Aunty."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 254 Episodes
Comments
Amora
Susah tahu ...
Tonjok dulu baru istifar 😮💨😔
2023-12-21
1
Bunbun Oke
Chiro jangan2 nih
2023-07-21
1
Kazutora Kazutora
wah,,pertanda apa tu😀🤭
2023-05-14
1