Jarak (Dikejar Hot Duda)
Hujan sore ini sangat deras, mengingatkan seorang perempuan muda akan peristiwa beberapa tahun yang lalu. Masa lalu yang membuat jalan hidupnya banyak berubah. Segelas teh madu menemani sorenya.
Setelah secangkir teh madu itu habis, Naya segera masuk ke kamar mandi, melepaskan semua yang dia kenakan dan masuk ke dalam bathub yang berisikan air hangat juga sabun aroma apel dan aroma terapi. Tubuh putih mulusnya kini semakin seksi di usia yang lebih matang dari empat tahun yang lalu.
Dia menggosok dengan lembut seluruh tubuhnya.
Rasa lelahnya seketika menghilang, tergantikan kenyamanan yang membuatnya mengantuk.
Di luar sana, hujan masih turun dengan deras, membuat orang-orang enggan beraktifitas di luar. Setelah selesai mandi dan mengenakan piyamanya, Naya segera merebahkan tubuhnya di kasur, menarik selimut hingga lehernya dan tak lama kemudian terlelap.
Keesokan paginya
"Morning."
"Morning."
"Morning."
Ucapan selamat pagi dari Kirei, Monic dan Letta menyambut kedatangan perempuan muda itu.
Hujan kembali turun, ingatan Naya kembali di tepat dua hari setelah kedatangannya ke negera ini.
"Hei, bengong saja," tegur Kirei membuyarkan lamunan Naya.
Kirei adalah senior Naya saat SMA dulu. Saat itu mereka tak terlalu mengenal dekat, namun juga tidak bermusuhan. Sama seperti Naya yang mendapatkan beasiswa di SMA-nya, Kirei juga menjadi murid dengan jalur khusus.
Karena suatu hal, Kirei tak langsung melanjutkan pendidikannya, namun satu tahun kemudian dia melajutkan pendidikannya dan bertemulah kembali dia dengan Naya dan mereka menjadi sahabat.
Naya, Monic, Zilda, Letta, Kirei.
Lima orang sahabat yang sama-sama menjadi koas di salah satu rumah sakit terbesar di kota ini. Di usia yang masih tergolong muda, kelima perempuan muda itu akan segera menyandang gelar dokter, tentu saja karena kepintaran mereka yang tak main-main, terutama Naya.
"Kita harus segera menyandang gelar dokter lalu mengambil spesialis," ucap Naya.
Naya sendiri ingin menjadi seorang psikiater. Apalagi penyebabnya kalau bukan karena masa lalunya. Meskipun sebenarnya dia ingin menjadi seorang dokter spesialis bedah. Dia sering dilema karena hal ini.
Kirei, dia ingin menjadi dokter spesialis penyakit dalam (Sp. PD) atau istilah kedokterannya Internis. Ini juga berhubungan dengan masa lalunya.
Monic ingin menjadi dokter spesialis anak (Sp. A) atau Pediatris. Lagi-lagi karena berhubungan dengan masa lalu.
Zilda yang ingin menjadi spesialis kandungan dan ginekologi (Sp. OG).
Letta yang menjadi dokter gigi, namun ingin melanjutkan pendidikannya dan mengambil spesialis bedah mulut.
"Kalau kamu sanggup, ambil saja dua jalur spesialis, Nay."
Monic sangat tahu apa yang dipikirkan sahabatnya itu.
Di usia yang masih sangat muda, Naya sudah melakukan banyak hal dalam hidupnya. Bekerja siang malam, entah karena ambisi atau sekedar menghibur diri, tak ada bedanya.
"Pagi rekan-rekan kerjaku yang cantik," sapa Zilda yang baru datang. Dia langsung duduk di samping Kirei dan menyeruput teh hangat milik Kirei.
"Hei, itu minuman aku."
"Minta dikit."
Tak lama kemudian sarapan pesanan mereka datang. Memang sudah menjadi kebiasaan mereka jika tidak sempat sarapan di apartemen, maka mereka akan sarapan di cafe depan rumah sakit.
Ngomong-ngomong, mereka tinggal di satu apartemen. Sebenarnya masing-masing dari mereka memiliki satu unit apartemen yang posisinya hanya bersebelahan saja.
Lima unit yang ada di satu lantai itu akan menjadi tempat tinggal mereka secara bergilir. Bukan karena mereka takut untuk tinggal sendiri, hanya saja untuk memudahkan mereka saling menjaga dan mengingatkan.
Pernah suatu hari Zilda tak dapat dihubungi. Ponselnya mati, namun setelah pintu apartemennya dibuka oleh Letta, ternyata gadis itu tidur seperti ayam mati karena kelelahan. Untung saja mereka saling tahu password apartemen. Akibatnya Zilda mendapat teguran dari dokter pembimbingnya karena terlambat datang ke rumah sakit.
Menjadi koas memang tak mudah dan sangat melelahkan. Mereka akan mendapat shift malam dan berjaga semalaman.
Apalagi jika ada kecelakaan beruntun dan itu terjadi malam hari, di mana dokter yang ada di rumah sakit hanya beberapa orang saja.
"Katanya sebentar lagi FJ akan mengeluarkan produk baru?" ucap salah satu pengunjung cafe.
"Dengar-dengar sih produk itu akan dijadikan perhiasan yang digunakan dalam acara ajang kecantikan."
"Kapan ya, aku bisa membeli perhiasan di sana?"
"Aku pun ingin. Harga yang paling murah saja bisa menghabiskan satu tahun gajiku."
"Andai saja pemiliknya suamiku, aku bisa terus-terusan memakai perhiasan mewah."
"Mimpi saja kamu!"
"Suka-suka aku, dong. Namanya juga mimpi, siapa tahu saja jadi kenyataan."
Kelima dokter muda itu hanya diam mendengar pembicaraan para wanita yang duduknya bersebelahan dengan mereka.
"Ayo kita mulai bekerja, sebelum para dokter memberikan hukuman lagi karena kita terlambat."
Menjadi seorang dokter membutuhkan waktu yang lama, namun sekali lagi, berkat kepintaran kelimanya, mereka bisa menjalankan semuanya dengan lebih cepat.
Kelimanya berjalan memasuki loby rumah sakit yang langsung menjadi pusat perhatian. Banyak yang iri kepada mereka. Bukan hanya karena cantik, kecerdasan mereka membuat para dokter senior sering memuji bahkan ingin menjadikan mereka kekasih atau menantu.
Mereka langsung menuju ke ruang dokter pembimbing mereka masing-masing, namun sebelumnya saling memberikan tos untuk memberi semangat.
Beberapa orang perawat melirik sinis pada kelimanya. Begitu juga dengan dokter perempuan yang menyimpan iri.
Profesi boleh bagus, tapi bukan berarti hati tak bisa dengki.
"Sok cantik banget sih, mereka!"
"Tapi kan, memang cantik," jawab salah satu perawat yang cukup sadar bahwa kelimanya memang cantik.
Masa mau sok jelek.
"Apa sih bagusnya mereka?"
"Banyak, lah. Muka cantik, otak cerdas, body seksi. Sudah punya banyak modal tuh buat dapat pria kaya. Apalagi kalau mereka juga sebenarnya anak orang kaya. Awas, bisa-bisa kalian iri menerima kenyataan itu," ucapnya lagi.
Perawat itu bernama Alina, perawat yang lebih pantas dengan profesinya dari pada ketiga rekan kerjanya yang lebih sering bergosip.
"Kamu jadi ambil spesialis, Nay?" tanya dokter Hendrick, dokter pembimbingnya yang sudah berusia lima puluh tahun. Jadi aman bagi Naya karena tidak akan digosipkan jika pembimbingnya masih muda.
Dokter Hendrick sendiri adalah dosennya saat kuliah, sedangkan istri dokter Hendrick menjadi dosen yang mengajar Letta di fakuktas kedokteran gigi.
"Saya akan merekomendasikan kamu ke sahabat saya. Jangan khawatir, saya yakin kamu bisa menjadi seorang psikiater dan dokter bedah."
Naya sendiri tak pernah menyangka bahwa dia benar-benar bisa menjadi seorang dokter, mengingat masa lalunya yang kelam. Terpaksa dewasa sebelum waktunya.
Namun sekali lagi, ambisi dan keyakinannya mengalahkan kekhawatirannya.
Dia ingin mewujudkan impiannya, agar jalan yang telah dia ambil selama ini tidak menjadi sia-sia.
.
.
.
.
Note: Untuk yang belum tahu, disarankan membaca 👉 Akibat Pernikahan Dini 👈 terlebih dahulu. Kalau enggak, ya gak apa sih, wkwkwkkk. Tapi kalau bingung enggak ditanggung ya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 254 Episodes
Comments
Endang Werdiningsih
awal cerita yg menarik,, smoga persahabatan mereka awet dan mereka berlima sosok yg strong ga mudah ditindas..
2023-12-18
1
mamahe Lana
aku mampir baca thor
2022-08-06
1
💕febhy ajah💕
dari pernikahan dini ke sini
semoga kisah mereka di sini tak serumit waktu masih sekolah
2022-08-02
1