Waktu terus melaju sepertinya cuaca ingin tetap di posisi semula, memberikan kesan gelap abu dan suhu dingin serta rintiknya hujan yang bisa membuat siapa saja sakit di buatnya tanpa ada pertanggung jawaban.
Jam sekarang pukul dua siang waktu nya berakhir di segala aktivitas di sekolah, sedari tadi hujan belum reda yang ada hujan semakin lebat di buatnya.
Ana baru saja keluar sembari menenteng tas Selempang nya, berjalan ke arah parkiran yang terletak di belakang sekolah.
Ana berjalan dengan mata yang fokus menatap ponselnya entah sudah yang ke berapa kali ponselnya terus saja bergetar, itu pesan masuk dari pegawai di restoran.
"Udah habis? Tumben cepet" gumam ku pelan saat membaca pesan itu, aku senang tentu saja itu juga bisa di jadikan bonus waktu istirahat untuk para pegawai nya yang sudah bekerja keras selama ini.
BRUK!
"Ah.. "Decak ku pelan saat ponselku terjatuh saat seseorang menabrakku.
Aku mengambil ponselku, masih hidup walaupun retak dimana-mana, aku menatap lagi benda pipis yang ada di genggamanku dengan rasa kesal.
"Maaf aku gak sengaja...maaf banget ya nanti aku ganti, aku janji" ucapnya gelisah sembari memegang tangan Ana.
Eh?.
Dia... Cewek yang tadi, kan?.
"Ah iya...lain kali hati-hati ya" ucapku sedikit canggung.
Dia terus menundukkan kepala merasa bersalah akan ponselku yang rusak jarinya juga saling terpaut dan lagi tangannya yang sedingin es saat dia memegang tanganku tadi, apa aku menyeramkan? Pikir Ana.
"Ini.. Tuliskan nomor ponselmu aku akan menghubungi mu nanti" Dia menyodorkan ponselnya yang langsung aku terima dan menuliskan nomor ponselku.
"Lo gapapa" tanyaku saat melihat wajahnya yang pucat namun dia tidak menjawab dia hanya mengambil kembali ponselnya dan tersenyum pelan.
Aku sedikit kagum saat melihat senyumannya, walaupun senyuman kecil tapi benar-benar sangat manis.
"Maaf ya, nanti aku kabarin lagi, aku bener-bener ga sengaja, maaf ya" ucapnya membuat ku hanya menganggukkan kepala pelan.
"Tunggu" cegah ku saat dia akan pergi.
"Lo gapapa muka lo pucet banget" serius, mukanya beber-bener pucet banget.
"Gapapa makasih, nanti aku kabarin lagi kalo udah ada gantinya"jawabnya, suaranya juga lembut banget di tambah dia selalu senyum.
"Wah temen baru nih" ucap seorang pria yang baru saja datang.
Kalo ga salah dia itu namanya Bastian, aku baru tau saat tadi anak kelas yang ngomongin dia dengan menunjukkan fotonya kepadaku.
Dia temen cowok itu juga kan?
Aku menengok ke segala arah, siapa tau dia tiba-tiba datang, aku tidak mau berurusan dengannya ataupun dengan mereka.
"Temen baru?" Tanya Bastian saat dia membawa gadis itu ke rangkulannya.
"Bukan.. Aku..ga sengaja ngerusak ponsel dia" ucapnya pelan.
"Oh... Begitu" Bastian mengangguk mengerti.
"Ya udah ayo balik" Ajak Bastian.
"Itu, cewek lo sakit kayanya, mukanya juga pucet gitu" sergahku saat mereka akan pergi.
Cowok jangkung itu menatap kearahku sebentar dan menatap gadis yang ada di rangkulannya itu dengan lekat dan lebih dekat lagi.
Bastian memegang kedua pipi gadis itu dan menariknya untuk menatap kearahnya.
Bastian berfikir sesaat mencari sesuatu yang mungkin berubah dari gadisnya ini, dia mencium kening, mata, hidung, pipi dan terakhir bibirnya, tentu saja itu di lakukan di depan Ana membuat nya jelas melihat semuanya.
"Dia sehat" Lelaki bernama Bastian itu tersenyum kearah ku sebelum kembali berjalan dan pergi berlalu.
"Kaya ada yang aneh" Aku mulai berpikir yang tidak tidak padahal itu bukan urusanku tapi ingatanku tertuju pada kejadian tadi pagi.
"Kalo dia pacarnya terus si cowok aneh itu siapanya?" aku mencoba mencari jawaban sendiri.
"Ga aneh si dia cantik gitu" Aku memakluminya, aku saja sebagai cewek ngerasa minder ngeliatnya jadi ga aneh cowok ganteng kaya mereka ngerebutin dia.
Ya, gadis cantik itu adalah Lucia.
Bastian membawa Lucia ke area anak kelas dua, di sana anak kelas dua biasanya lebih memilih untuk nongkrong dulu di kelas sebelum pulang apalagi hujan gini kan.
Lucia tidak suka menjadi pusat perhatian, apalagi dia jelas tau arti dari tatapan yang mereka lontarkan kepadanya itu.
Ini kali pertamanya dia di bawa kesini, semua mata tertuju pada mereka apalagi tak sedikit dari mereka yang membicarakan nya secara terang-terangan itu membuat Lucia semakin tak nyaman.
"Nah ini dia kesayangan gue" Novan melebarkan tangannya menyuruh Lucia untuk duduk di pangkuannya.
Disertai kekehan tawa saat melihat tingkah Novan yang menyambut gadis itu.
Di kelas itu terbilang cukup ramai apalagi banyak teman-teman Bastian yang juga berkumpul di sana, ada Alvaro juga pastinya.
Mereka tertawa saat melihat Novan yang menciumi Lucia dengan gemas, Bastian duduk di meja tempat Novan dan Lucia duduk dengan tangannya yang memainkan rambut gadisnya itu.
"Anak kelas satu udah pada balik semua" Tanya salah satu dari mereka.
"Iyalah masih anak mamih mah jangan pulang telat"
"Kaya lo dulu juga kan Haha"
"Enak aja, ga ada gue kaya gitu"
"Lu kan dari dulu udah bangor, emak lu aja kaga mikirin lu kaya nya"
"Berisik anjing pada ribet emang lu pada ya"
"Kata Okta nanti malem ke tempat biasa itu jadi" Tanya Alvaro menyela pembicaraan mereka.
"Jadi, gue tadi ketemu dia di bawah" Saut Bastian.
"Jam biasa"
"Yoi"
"Sarah sini" Teriak cowok bernama Gilang, Sarah itu nama pacarnya.
"Apaan"
"Sini dulu bentaran"
"Ngapain dulu"
"Mau nyusu anjing lu banyak nanya, cepet sini" ucap Gilang sedikit sewot namun di sambut dengan gelak tawa yang lainnya, belum lagi siulan mereka yang membuat Sarah malu dan memilih pergi.
"Ye si anjing suruh kesini malah cabut"
"Kode itu nyari tempat"
"Bener juga ya haha pinter juga tuh cewek, gue duluan ya" Gilang langsung pergi mengejar Sarah yang sudah pergi terlebih dahulu.
"Darah muda memang membara"
"Ga ada cewek ga asik emang ya"
"Nyari cewek makanya lu"
"Ada anak kelas satu itu, cakep pokoknya"
"Yang mana" Sela Alvaro cepat saat mendengar kata anak kelas satu plus cakep, takutnya orang yang sama.
"Bor siapa itu namanya gue lupa" Tanya Kelvin kepada Boris.
"Adelia apa gitu lupa gue, yang suka pake honda jazz itu"
"Anjing itumah punya gue" ucap Alvaro langsung saat mendengar ciri-ciri cewek yang di maksud Kelvin.
Mereka menatap kearah Alvaro bersamaan dengan tatapan yang sama, bingung!.
"Lu masih waras?"
"Lu lagi jatuh cinta" Ucapan Boris membuat mereka langsung menertawakan Alvaro.
Tidak biasanya Alvaro seperti ini, yang mereka kenal Alvaro itu anti sama cewek termasuk modelan Lucia ini, yang cantik lugu gimana gitu.
"Berisik! Pokoknya jangan dia"
"Anjir mode jatuh cinta on" timpal Boris lagi membuat mereka semakin tertawa.
"Tapi bukannya lu ga suka cewek galak gitu ya" mereka setuju dengan pertanyaan Kelvin ini.
"Penasaran rasanya Haha" Alvaro tertawa di ikuti yang lainnya.
Sedangkan Lucia, dia merasakan hal yang lain, dia tidak mau ada yang bernasib sama seperti dirinya ini, apalagi ini Alvaro yang paling ga bener otaknya di antara kedua temannya.
Lucia sudah tau karakter mereka masing-masing.
Menurutnya, Alvaro itu tidak berhak mencintai seseorang dia tidak benar-benar akan mencintai orang itu, dia hanya selalu penasaran dan mencari pelampiasan dengan segala obsesi dan imajinasinya.
Dia bukan manusia dia monster.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
catdoll_11
hiiiihh...pengen gue jites tuh palanya alvaro
2021-12-20
0