Michelle

BRUKK!!!

Mauren tak sengaja menabrak seorang lelaki ketika dia yang sedang kalut terburu-buru hendak menuju mobilnya. Perempuan yang beberapa saat lalu memaksa pulang dari rumah sakit itu masih merasakan pening di kepala sehingga langkah kakinya tidak stabil dan cenderung oleng.

"Laki-laki sialan!" umpat Mauren berderai air mata dengan posisi duduk di parkiran akibat terjatuh karena bertabrakan tadi.

"Mbak baik-baik saja?" Sang lelaki yang ditabrak Mauren membungkukkan badan. Meraih lengan Mauren dan lekas membantu wanita itu untuk berdiri kembali.

Mauren tak menggubris. Dihempasnya lengannya dengan kasar kemudian menghampiri mobilnya dengan cepat lalu masuk ke dalamnya. Tak sampai dua menit, mobil sedan hitam yang di kemudikannya melenggang cepat meninggalkan tempat itu.

"Apa bagusnya perempuan itu dibanding Varissa?" gumam Dikta yang tak habis pikir dengan selera Erik.

Tak berselang lama, Dikta memutuskan untuk masuk ke dalam restoran mewah yang ada didepannya. Mengambil tempat duduk di salah satu table yang tepat bersebelahan dengan table Varissa dan Erik.

Mata Varissa langsung membeliak saat menyadari siapa yang tengah duduk di meja di sebelahnya. Perempuan itu mendadak salah tingkah. Membenahi rambutnya beberapa kali sambil berusaha mengatur ritme nafasnya yang tiba-tiba jauh berderu lebih cepat.

"Kamu kenapa, Sayang?" tanya Erik yang menyadari perubahan sikap sang istri.

"Hmmm?" Varissa mendongak. Menatap wajah Erik dengan ekspresi tak mengerti.

"Muka kamu kok tiba-tiba merah?"

Varissa reflek memegang kedua pipinya. Ia melirik tipis-tipis ke meja sebelah dengan malu-malu. Kemudian, berpaling dengan cepat saat tatapan tajam Dikta bertabrakan dengan netranya.

"Mungkin karena kebanyakan minum wine," jawab Varissa beralasan.

Jika Varissa begitu tak bisa mengontrol diri, maka lain halnya dengan Dikta. Lelaki itu tetap sama seperti biasa. Tenang, datar, dingin dan penuh wibawa meski pakaiannya tidak seformal Varissa dan Erik. Dia juga sama sekali tidak melirik Varissa. Ia berperilaku seolah-olah tidak mengenal wanita itu sama sekali.

"Dikta ngapain ke sini, sih? Bukannya istirahat, malah keluyuran. Kalau sakitnya tambah parah, gimana?"

Selang beberapa saat kemudian, seorang pelayan menghampiri Dikta. Keduanya tampak berbincang sebentar sebelum Dikta akhirnya di tuntun oleh pelayan itu menuju ke lantai dua restoran tersebut yang Varissa ketahui sebagai private room.

"Dia mau ketemu siapa?" gumam Varissa dengan rasa penasaran tingkat dewa.

"Kamu kenal dia?" tanya Erik yang langsung membuyarkan lamunan Varissa.

"Si-siapa?"

"Laki-laki tadi," jawab Erik. "Kok daritadi kamu ngelihatin dia terus?"

Varissa menggeleng cepat. "Nggak. Tadi, aku pikir dia temen kuliah kita dulu. Tapi, ternyata bukan."

"Oh," angguk Erik mengerti. Lelaki itu kembali melanjutkan makannya dengan lahap. Sementara, Varissa masih bertanya-tanya dalam hati perihal siapa yang ditemui Dikta di private room lantai dua.

"Sayang! Aku boleh minta sesuatu ke kamu?" tanya Erik setelah makanannya tandas tak bersisa.

Sebuah amplop ia keluarkan dari dalam saku jasnya. Beberapa lembar kertas dia keluarkan dari dalam amplop tersebut dan menyodorkannya langsung ke hadapan Varissa.

"Ini berkas-berkas pengalihan aset kamu atas nama aku. Mending kamu tanda tangan sekarang aja, ya! Soalnya, kalau di lama-lamain, aku jadi nggak bisa mengatur beberapa hal yang bersifat urgent di perusahaan kita," rayu Erik.

"Memangnya, harus sekarang banget ya, Mas?" Varissa berpura-pura bertanya. Padahal, dia sudah tahu maksud Erik memintanya mempercepat pengalihan aset itu. Suami tercintanya itu ingin cepat-cepat menguasai harta miliknya kemudian mendepak Varissa lalu menggantikannya dengan perempuan tak bermoral selingkuhannya itu.

"Kamu juga nunda-nunda buat apa, sih? Bukannya kalau di tangan aku, semuanya bakal lebih baik lagi? Atau, kamu nggak percaya sama suamimu sendiri?"

"Memang tidak," gumam Varissa dalam hati.

"Bukannya gitu, Mas!"

"Ya sudah, kamu tanda tangan sekarang, ya!" bujuk Erik tak sabaran.

DRRTT!!

Ponsel di saku jas lelaki itu tiba-tiba bergetar. Sudah berusaha ia abaikan namun semakin lama getarannya terus saja berlanjut.

"Kok nggak diangkat, Mas?" tanya Varissa.

"Udahlah, nggak penting. Yang lebih penting sekarang adalah kamu tanda tangan," ucap Erik yang berusaha untuk tidak terganggu dengan panggilan yang terus masuk di ponselnya.

"Ih, di cek dulu, Mas! Siapa tahu dari orang kantor," paksa Varissa.

Erik berdecak. Sedikit malas, dia membuka pesan yang masuk di aplikasi WA.

[Kalau kamu nggak muncul dalam 30 menit, aku akan kirim video mesum kita ke istri sialan kamu itu, Mas!]

"**!*!" Erik mengumpat tanpa sadar. Ingin rasanya dia menggebrak meja keras-keras andai tak ada Varissa di hadapannya. Kenapa pula Mauren harus berulah di saat yang tidak tepat?

"Mas, kamu kenapa?" tanya Varissa pura-pura. Padahal, dalam hati wanita itu bersorak penuh kemenangan.

"Sayang, aku tiba-tiba ada keperluan mendesak. Kamu pulang sendirian, nggak apa-apa kan?" Erik beranjak dari tempat duduknya. Mengecup puncak kepala Varissa sesaat sebelum berjalan terburu-buru meninggalkan istrinya sendirian di tempat itu.

"Terimakasih banyak, Mauren! Berkat kamu, aku bisa menghindar dari jebakan licik Erik," kata Varissa penuh kelegaan. Surat-surat yang tadi Erik paksa untuk ditandatangani, dia robek satu persatu hingga berbentuk serpihan kecil.

*******

Suasana masih terasa hening. Tak ada sedikitpun kata yang keluar dari mulut lelaki berkacamata itu. Dia masih duduk dengan takzim. Tak berbuat apa-apa selain menatap lukisan bunga tulip yang terpatri di dinding dalam ruangan itu.

"Tidak ingin bertanya tentang kabarku?" lirih perempuan cantik dengan netra kehijauan di hadapan Dikta.

Hening. Masih tak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut lelaki di hadapannya. Michelle tertunduk. Menelan saliva susah payah sambil menahan getir didalam hati.

"Kenapa kamu kemari?"

Michelle tersenyum miring. Bibirnya bergetar menahan sakit yang berpusat didalam rongga dadanya.

"Haruskah kamu selalu sedingin ini?" tanya Michelle kembali.

Dikta bergeming. Tak sekalipun dia berusaha menghindar dari tatapan penuh luka yang Michelle berikan.

"Aku memang sudah seperti ini sejak awal," jawabnya.

"Dikta...," panggil Michelle setengah putus asa.

"Langsung saja!" potong Dikta cepat. "Kenapa ingin menemuiku?"

"Kamu sudah tahu jawabannya. Kenapa masih bertanya?"

"Sudah ku bilang, buang perasaanmu!"

Michelle tak tahan untuk tidak meneteskan airmata untuk kali ini. Kedua tangannya saling meremas kuat. Sesakit inikah untuk sekadar mencintai seseorang?

"Apa kau dan dia akhirnya bisa bersama?"

Dikta mengerjap. Selanjutnya, lelaki itu memilih berdiri dan bersiap meninggalkan tempat itu. Ia enggan menjawab pertanyaan yang dia sendiri belum tahu akan seperti apa akhirnya nanti.

"Itu bukan urusanmu! Lebih baik kamu pulang! Tempatmu bukan disini!"

"Apa aku salah jika masih berharap?"

Langkah Dikta terhenti. Tanpa berniat berbalik, ia berkata, "Ya. Kamu salah."

Michelle menyeka air matanya. Tak ada yang bisa gadis itu lakukan selain berusaha mengumpulkan kepingan hati yang kembali hancur. Bertahun-tahun berharap dan jatuh cinta pada orang yang sama nyatanya tak menjanjikan bahagia. Kini, Michelle akhirnya sadar. Masa untuk menyerah, mungkin adalah sekarang.

"Padahal, aku kemari untuk bilang kalau Daddy ingin aku bertunangan dengan putra teman baiknya. Hanya itu, Dikta!" gumamnya dengan senyuman miris.

Terpopuler

Comments

Cicih Sophiana

Cicih Sophiana

jgn memaksakan diri Michelle... percuma krn gak akan bahagia... cinta tdk bisa di paksakan... yg cinta aja bisa berubah

2024-12-20

2

Dewa Rana

Dewa Rana

dituntun artinya dipegangin Thor., lebih baik pakai kata "dipandu"

2023-12-26

2

Dewa Rana

Dewa Rana

kok sedan melenggang Thor /Facepalm/

2023-12-26

1

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Aku tahu kau selingkuh
3 Kawan dan lawan
4 Sadar
5 Wanita yang tak tahu dimana tempatnya
6 Ular berkepala dua
7 You're not okay
8 Revenge is begin
9 Serangan pertama
10 Dilema
11 Parno
12 Wajah asli keluarga Erik
13 Derajat pelakor
14 Apartemen Dikta
15 Membuat Mauren cemburu
16 Michelle
17 Tentang 4 hati
18 Taktik istri sah
19 Ibu Mertua dan Adik Ipar
20 Doa Tika
21 Kena tipu
22 Asing
23 Pamit
24 Khilafnya Varissa
25 Perasaan Dikta
26 Rasanya jadi istri sah
27 Murkanya Varissa
28 Ancaman
29 Sepenggal kisah tentang Dikta
30 Ulangtahun perusahaan
31 CERAI!!!
32 Kasmaran
33 Back to past
34 Mencari alasan
35 Menunggu kamu di sini
36 Arti dirimu
37 Her feelings
38 Who?
39 PHP
40 Merk baju
41 Undangan
42 Ryan Edgar
43 Percaya padaku!
44 Rapuh
45 Kejadian tak terduga
46 10 juta
47 Berbanding terbalik
48 Mau cium?
49 Bakso laknat
50 Ketahuan
51 Jatuh
52 Ciuman pertama
53 Kemunculan mantan suami
54 Ada yang iri
55 Melabrak istri selingkuh
56 Sunat dua kali
57 Yang ketiga itu, SETAN!
58 Jangan berharap lebih!
59 Hasutan Dikta
60 Dendam yang tersamarkan
61 Keluarga macam apa ini?
62 Gelap mata
63 Persaingan berat
64 Bom waktu
65 Menggali masa lalu
66 Ada aku!
67 Permintaan maaf keluarga
68 Berbeda tetap satu
69 SAH
70 First night
71 Lupa ingatan
72 Bayi koala
73 Modal tampang
74 Jangan tidur terlalu miring!
75 Tika marah
76 Mauren ditemukan
77 Ulah Tika
78 Kesepakatan
79 Itu kode, ya?
80 Kedatangan tamu
81 Makanan favorit
82 Hati wanita
83 Keluarga Dikta pamit pulang
84 Pelajaran untuk Mauren
85 Mimpi buruk untuk Mauren
86 Akhirnya....
87 Gisam Butena datang lagi
88 Hadiah 2 Kontainer
89 Jurus ampuh
90 Kehidupan baru Erik
Episodes

Updated 90 Episodes

1
Prolog
2
Aku tahu kau selingkuh
3
Kawan dan lawan
4
Sadar
5
Wanita yang tak tahu dimana tempatnya
6
Ular berkepala dua
7
You're not okay
8
Revenge is begin
9
Serangan pertama
10
Dilema
11
Parno
12
Wajah asli keluarga Erik
13
Derajat pelakor
14
Apartemen Dikta
15
Membuat Mauren cemburu
16
Michelle
17
Tentang 4 hati
18
Taktik istri sah
19
Ibu Mertua dan Adik Ipar
20
Doa Tika
21
Kena tipu
22
Asing
23
Pamit
24
Khilafnya Varissa
25
Perasaan Dikta
26
Rasanya jadi istri sah
27
Murkanya Varissa
28
Ancaman
29
Sepenggal kisah tentang Dikta
30
Ulangtahun perusahaan
31
CERAI!!!
32
Kasmaran
33
Back to past
34
Mencari alasan
35
Menunggu kamu di sini
36
Arti dirimu
37
Her feelings
38
Who?
39
PHP
40
Merk baju
41
Undangan
42
Ryan Edgar
43
Percaya padaku!
44
Rapuh
45
Kejadian tak terduga
46
10 juta
47
Berbanding terbalik
48
Mau cium?
49
Bakso laknat
50
Ketahuan
51
Jatuh
52
Ciuman pertama
53
Kemunculan mantan suami
54
Ada yang iri
55
Melabrak istri selingkuh
56
Sunat dua kali
57
Yang ketiga itu, SETAN!
58
Jangan berharap lebih!
59
Hasutan Dikta
60
Dendam yang tersamarkan
61
Keluarga macam apa ini?
62
Gelap mata
63
Persaingan berat
64
Bom waktu
65
Menggali masa lalu
66
Ada aku!
67
Permintaan maaf keluarga
68
Berbeda tetap satu
69
SAH
70
First night
71
Lupa ingatan
72
Bayi koala
73
Modal tampang
74
Jangan tidur terlalu miring!
75
Tika marah
76
Mauren ditemukan
77
Ulah Tika
78
Kesepakatan
79
Itu kode, ya?
80
Kedatangan tamu
81
Makanan favorit
82
Hati wanita
83
Keluarga Dikta pamit pulang
84
Pelajaran untuk Mauren
85
Mimpi buruk untuk Mauren
86
Akhirnya....
87
Gisam Butena datang lagi
88
Hadiah 2 Kontainer
89
Jurus ampuh
90
Kehidupan baru Erik

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!