Apartemen Dikta

Hati Varissa bimbang dengan degup jantung yang tak karuan. Sudah sangat lama dia tak pernah merasakan perasaan seperti ini. Varissa seperti kembali ke masa mudanya ketika menyukai lelaki dimasa sekolah dan bangku kuliah. Ya, seperti itulah rasanya. Deg-degan,gelisah, senang dan cemas dalam satu waktu.

Kantong kresek bening berisi mangkok Styrofoam itu ia genggam erat. Sementara, ujung kuku telunjuk kanannya tak henti-hentinya ia gigit sedari tadi.

Sekitar 5 menit berdiri di depan sebuah apartemen elit yang berada dilantai 15 bangunan tersebut, tangan Varissa mulai terulur ragu untuk memencet bel.

Maju, mundur lagi. Maju lagi, mundur lagi. Akh!!! Varissa mulai mempertanyakan kenapa dirinya bisa berada di tempat ini sekarang dan bertingkah layaknya orang bodoh.

"Yang elegan, Va! Kamu itu cuma mau jenguk orang sakit. Kenapa harus segugup ini, sih?" ujarnya bermonolog sendiri.

Varissa berdehem dua kali. Rambut panjang sedikit bergelombang yang terurai sebahu miliknya ia rapikan kembali. Tak lupa, penampilan dari atas ke bawah juga ia perhatikan sebelum menarik napas panjang sambil memejamkan mata.

"Ayo, Va! Ini cuma Dikta. Dulu, kamu juga ketemu tiap hari sama dia, 'kan? Terus, kenapa sekarang mesti salting?"

"Siapa yang salting?"

GUBRAK!!

Nafas Varissa tercekat sembari melompat kaget membentur pintu ketika suara datar nan berat itu mengagetkannya dari belakang. Hilang sudah wibawa yang ia miliki. Wanita itu menggigit bibir bawahnya penuh malu. Astaga! Kenapa harus terciduk orang yang lagi diomongin, sih?

"Va? Nggak apa-apa?" tanya Dikta sedikit terkejut saat melihat respon kaget Varissa.

Dia pikir, wanita itu menyadari keberadaannya karena langkah kakinya yang lumayan terdengar keras memenuhi lorong. Apalagi, suasana memang sepi karena khusus dilantai itu hanya ada dua unit apartemen. Satu milik Dikta, dan satu lagi milik Dokter Imran yang sudah sangat lama tidak berpenghuni.

Sambil mengumpulkan rasa percaya dirinya yang mendadak berhamburan tak karuan, Varissa berbalik canggung menghadap lawan bicaranya.

Double kill!!!

Varissa kembali memejamkan matanya sesaat. Kenapa pula lelaki ini semakin bertambah tampan dengan wajah pucatnya itu? Mungkin terdengar sedikit aneh. Namun, Varissa berani bersumpah bahwa wajah pucat Dikta akibat sedang sakit memang terlihat semakin tampan mempesona. Apa Varissa gila? Sepertinya, iya.

"Kenapa, Va?" Dikta mencoba mendekat. Gurat kekhawatiran jelas terlihat di wajah pucatnya.

"Nggak apa-apa," jawab Varissa menggeleng seraya menaikkan telapak tangannya. Pertanda, bahwa dia tidak ingin lelaki itu melangkah lebih dekat lagi ke arahnya. Karena, jika sampai hal tersebut terjadi, maka Varissa tidak dapat memprediksi bagaimana respon jantungnya nanti. Bisa jadi, dia yang kena serangan jantung duluan sebelum Erik.

Sementara, Dikta mematuhi perintah wanita itu. Ia berhenti melangkah dan malah mundur selangkah. Sinar matanya yang sayu jelas menampakkan kekecewaan.

"Mungkin, perasaan itu memang nggak akan pernah muncul dihati kamu, Va!"

"Kamu darimana, Ta?" tanya Varissa basa-basi.

"Belanja," jawab Dikta yang berhasil menguasai perasaannya dengan cepat. Satu kantong plastik berwarna putih berisi beberapa macam sayuran dan daging ia perlihatkan pada Varissa.

"Kata Om Imran kamu sakit. Iya?" tanya Varissa dengan rasa gugup yang masih tersisa.

"Cuma demam," jawab Dikta singkat.

"Obat kiriman Om Imran udah diminum?"

"Belum."

"Kok belum? Gimana bisa sembuh kalau obatnya aja belum di minum? Udah gitu, kenapa harus belanja sendiri, sih? Kan, bisa pakai jasa kurir online," omel Varissa tanpa sadar.

"Kalau pakai jasa kurir, sayurannya kadang nggak sesegar dan sebagus pilihan sendiri," jawab Dikta sekenanya. Ya, dirinya memang perfeksionis. Segalanya harus sesempurna yang ia mau. Apalagi, Dikta bukan tipe orang yang suka makan diluar. Dia lebih suka makanan rumahan yang gizinya tentu saja jauh lebih terjamin.

"Sekali-kali nggak apa-apa, Ta! Daripada maksain diri kayak gini? Kalau sakitnya tambah parah, gimana?"

Mendengar Omelan Varissa, Dikta tertawa kecil. Lelaki itu tak sadar bahwa efek tawanya mampu membuat jantung rapuh Varissa semakin berdetak tak karuan.

"Ya ampun! Kenapa ketawanya bisa semanis itu sih?" gumam Varissa dalam hati sambil meneguk ludahnya. "Nggak!" Wanita itu menggelengkan kepala. "Kamu nggak boleh punya perasaan lebih ke lelaki lain, Va! Ingat! Kamu masih berstatus istri orang. Jangan sampai kamu berbuat yang sama hinanya dengan Erik!"

"Masuk dulu, yuk!" ajak Dikta sembari menekan pin apartemennya.

"Ayo!" ajak lelaki itu ketika menjumpai Varissa masih berdiam di depan pintu.

"Iya," angguk Varissa yang lekas menyusul langkah santai Dikta memasuki apartemen lelaki itu.

Varissa tercengang saat melihat betapa rapinya isi ruangan apartemen Dikta. Tak ada kesan berantakan sama sekali seperti kebanyakan pria lajang yang tinggal sendiri di luaran sana. Semuanya serba tertata rapi dengan suasana yang luar biasa tenang dan nyaman.

"Duduk dulu! Aku mau buatin kamu minum," ucap Dikta mempersilahkan.

"Eh," Varissa menahan lengan Dikta tanpa sadar. Dan, saat menyadari tindakannya, dengan cepat ia menarik kembali tangannya sambil berusaha memalingkan wajahnya yang mendadak terasa panas akibat tatapan tajam menusuk milik lelaki itu yang sempat bertabrakan dengan netranya.

"Ka-kamu nggak usah buatin aku minum. Kamu 'kan lagi sakit. Jadi, jangan terlalu banyak beraktivitas," tukas Varissa mengemukakan alasannya menahan lengan Dikta.

Dikta mengangguk mengerti. "Kalau gitu, aku ambilin air putih aja, ya! Sekalian, mau simpan sayuran di kulkas dulu," pamitnya dengan senyum simpul.

Varissa merasa sangat canggung untuk saat ini. Banyak hal yang ingin dia ungkapkan pada Dikta namun takut membuat perasaan lebih terhadap lelaki itu justru semakin tumbuh. Padahal, sejak awal mengetahui perselingkuhan Erik, Varissa sudah berkomitmen terhadap dirinya sendiri. Ia tak ingin terikat pada lelaki manapun sebelum perceraian dirinya dan Erik benar-benar resmi. Dia harus berpisah dengan lelaki rendahan itu dalam keadaan terhormat.

"Biar aku aja," kata Varissa yang setelah beberapa detik berperang dengan perasaannya sendiri akhirnya memutuskan untuk menyusul Dikta ke dapur.

Wanita itu mengambil alih tugas Dikta menyusun sayuran segar belanjaan Dikta didalam kulkas.

"Aku ada beliin bubur ayam buat kamu. Dimakan!" ucapnya tanpa menoleh.

Mata Dikta menatap kresek bening yang teronggok diatas pantry. Tangannya bergerak meraih makanan itu kemudian membukanya.

"Terimakasih," ucapnya dengan tulus.

"Langsung dimakan mumpung masih hangat, Ta!" kata Varissa.

Dikta mengangguk patuh meski tak dilihat oleh Varissa. Lelaki itu lagi-lagi tertawa kecil sambil menikmati bubur pemberian wanita yang dulu pernah mengisi hatinya dalam kurun waktu yang cukup lama.

"Kamu masih sama cerewetnya dengan yang dulu, Va! Nggak berubah sama sekali!"

BLUSH!

Pipi Varissa semakin memanas. Entah itu pujian atau justru sindiran, namun hati Varissa tetap menanggapinya sebagai sesuatu yang menyentuh. Tanpa sadar, ia tersenyum kecil. Entah sebuta apa matanya di masa lalu sehingga bisa melewatkan lelaki sesempurna Dikta untuk waktu yang lama.

Terpopuler

Comments

Cicih Sophiana

Cicih Sophiana

sekarang baru menyesal kan Va...

2024-12-20

1

Fifid Dwi Ariyani

Fifid Dwi Ariyani

trusceria

2024-11-30

0

Dewa Rana

Dewa Rana

kapan balas dendamnya, kelamaan...

2023-12-26

1

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Aku tahu kau selingkuh
3 Kawan dan lawan
4 Sadar
5 Wanita yang tak tahu dimana tempatnya
6 Ular berkepala dua
7 You're not okay
8 Revenge is begin
9 Serangan pertama
10 Dilema
11 Parno
12 Wajah asli keluarga Erik
13 Derajat pelakor
14 Apartemen Dikta
15 Membuat Mauren cemburu
16 Michelle
17 Tentang 4 hati
18 Taktik istri sah
19 Ibu Mertua dan Adik Ipar
20 Doa Tika
21 Kena tipu
22 Asing
23 Pamit
24 Khilafnya Varissa
25 Perasaan Dikta
26 Rasanya jadi istri sah
27 Murkanya Varissa
28 Ancaman
29 Sepenggal kisah tentang Dikta
30 Ulangtahun perusahaan
31 CERAI!!!
32 Kasmaran
33 Back to past
34 Mencari alasan
35 Menunggu kamu di sini
36 Arti dirimu
37 Her feelings
38 Who?
39 PHP
40 Merk baju
41 Undangan
42 Ryan Edgar
43 Percaya padaku!
44 Rapuh
45 Kejadian tak terduga
46 10 juta
47 Berbanding terbalik
48 Mau cium?
49 Bakso laknat
50 Ketahuan
51 Jatuh
52 Ciuman pertama
53 Kemunculan mantan suami
54 Ada yang iri
55 Melabrak istri selingkuh
56 Sunat dua kali
57 Yang ketiga itu, SETAN!
58 Jangan berharap lebih!
59 Hasutan Dikta
60 Dendam yang tersamarkan
61 Keluarga macam apa ini?
62 Gelap mata
63 Persaingan berat
64 Bom waktu
65 Menggali masa lalu
66 Ada aku!
67 Permintaan maaf keluarga
68 Berbeda tetap satu
69 SAH
70 First night
71 Lupa ingatan
72 Bayi koala
73 Modal tampang
74 Jangan tidur terlalu miring!
75 Tika marah
76 Mauren ditemukan
77 Ulah Tika
78 Kesepakatan
79 Itu kode, ya?
80 Kedatangan tamu
81 Makanan favorit
82 Hati wanita
83 Keluarga Dikta pamit pulang
84 Pelajaran untuk Mauren
85 Mimpi buruk untuk Mauren
86 Akhirnya....
87 Gisam Butena datang lagi
88 Hadiah 2 Kontainer
89 Jurus ampuh
90 Kehidupan baru Erik
Episodes

Updated 90 Episodes

1
Prolog
2
Aku tahu kau selingkuh
3
Kawan dan lawan
4
Sadar
5
Wanita yang tak tahu dimana tempatnya
6
Ular berkepala dua
7
You're not okay
8
Revenge is begin
9
Serangan pertama
10
Dilema
11
Parno
12
Wajah asli keluarga Erik
13
Derajat pelakor
14
Apartemen Dikta
15
Membuat Mauren cemburu
16
Michelle
17
Tentang 4 hati
18
Taktik istri sah
19
Ibu Mertua dan Adik Ipar
20
Doa Tika
21
Kena tipu
22
Asing
23
Pamit
24
Khilafnya Varissa
25
Perasaan Dikta
26
Rasanya jadi istri sah
27
Murkanya Varissa
28
Ancaman
29
Sepenggal kisah tentang Dikta
30
Ulangtahun perusahaan
31
CERAI!!!
32
Kasmaran
33
Back to past
34
Mencari alasan
35
Menunggu kamu di sini
36
Arti dirimu
37
Her feelings
38
Who?
39
PHP
40
Merk baju
41
Undangan
42
Ryan Edgar
43
Percaya padaku!
44
Rapuh
45
Kejadian tak terduga
46
10 juta
47
Berbanding terbalik
48
Mau cium?
49
Bakso laknat
50
Ketahuan
51
Jatuh
52
Ciuman pertama
53
Kemunculan mantan suami
54
Ada yang iri
55
Melabrak istri selingkuh
56
Sunat dua kali
57
Yang ketiga itu, SETAN!
58
Jangan berharap lebih!
59
Hasutan Dikta
60
Dendam yang tersamarkan
61
Keluarga macam apa ini?
62
Gelap mata
63
Persaingan berat
64
Bom waktu
65
Menggali masa lalu
66
Ada aku!
67
Permintaan maaf keluarga
68
Berbeda tetap satu
69
SAH
70
First night
71
Lupa ingatan
72
Bayi koala
73
Modal tampang
74
Jangan tidur terlalu miring!
75
Tika marah
76
Mauren ditemukan
77
Ulah Tika
78
Kesepakatan
79
Itu kode, ya?
80
Kedatangan tamu
81
Makanan favorit
82
Hati wanita
83
Keluarga Dikta pamit pulang
84
Pelajaran untuk Mauren
85
Mimpi buruk untuk Mauren
86
Akhirnya....
87
Gisam Butena datang lagi
88
Hadiah 2 Kontainer
89
Jurus ampuh
90
Kehidupan baru Erik

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!