Revenge is begin

Varissa melakukan tugasnya sebagai istri seorang Erik Evansyah seperti biasa. Pagi ia akan mengawasi para ART dalam membuat sarapan dan melayani suaminya sampai berangkat kerja. Sore hari, ketika Erik pulang, baju ganti serta air hangat untuk mandi sang suami juga sudah dipastikan tersedia. Ia melakukan semuanya dengan sempurna seperti biasa sehingga tak sedikit pun celah bagi Erik untuk mengendus rencana pembalasan Varissa.

"Capek ya, Mas? Sana gih, mandi dulu! Nanti airnya keburu dingin," ucap Varissa saat Erik pulang sore seperti biasa.

"Nggak mau mandi bareng, Sayang?" Erik mulai melancarkan serangan. Memeluk pinggang ramping sang istri dengan kerlingan mata yang menggoda pertanda sedang meminta haknya sebagai seorang suami.

Varissa dengan sedikit risih melepaskan kedua tangan Erik dari pinggangnya. Jujur, ia jijik bahkan ketika Erik hanya sekedar ingin menciumnya. Varissa tidak mau dicium oleh bibir yang sama dengan yang mencium perempuan j*lang itu apalagi jika sampai berhubungan intim meski Varissa tahu kalau itu adalah kewajibannya sebagai seorang istri. Namun, mau bagaimana lagi? Bukankah dengan keputusan Erik diam-diam berselingkuh telah melepaskan Varissa dari kewajibannya dalam melayani lelaki itu?

"Mas, aku lagi datang bulan. Kamu mandi sendiri aja, ya!" ujar Varissa berkelit.

Erik mendengus. Perasaan tak senang terpancar dari wajahnya. "Semenjak kamu keluar dari rumah sakit, kita nggak pernah lagi berhubungan suami istri. Apa kamu udah nggak mau ku sentuh lagi, Va?" tanyanya geram.

Varissa berusaha meredakan amarah Erik. Ia memegang tangan suaminya lalu menciumnya sedikit agak lama. "Bukan begitu, Mas! Tapi, kamu tahu sendiri kan? Kondisi kesehatan aku memang nggak menentu. Kalau sakitnya tiba-tiba kambuh, aku bisa apa?"

Erik terdiam. Sementara Varissa boleh bernapas lega. Wanita itu memang sengaja meminta bantuan Dokter Imran untuk memberikan analisis palsu kepada Erik terkait kondisi kesehatannya. Ia berpura-pura mengalami kesakitan pasca kecelakaan yang seringkali kambuh disaat yang tidak tepat. Terutama, ketika Erik memintanya untuk berhubungan badan. Padahal, itu hanya akal-akalan Varissa karena tak sudi lagi bersentuhan dengan lelaki yang juga telah bersentuhan dengan perempuan lain.

Dan, untungnya Erik percaya alasan tak masuk akal tersebut. Kebohongan Dokter Imran dan Varissa ia telan mentah-mentah begitu saja.

Saat itu, Varissa sadar bahwa dirinya yang dulu sama bodohnya dengan Erik yang sekarang. Mudah percaya sebelum membuka mata dengan benar.

"Ya sudah, Mas mandi dulu. Kamu tunggu dibawah aja!" putus Erik kemudian.

Varissa menyeringai melihat wajah kecewa Erik yang kini sudah berlalu ke kamar mandi. Ketika ponsel Erik yang tergeletak di atas ranjang menyembulkan notifikasi WA yang masuk, Varissa langsung saja mendekat. Meraih benda pipih itu lalu berusaha membuka kuncinya.

Sekali percobaan tak berhasil. Kedua kalinya pun sama. Password ponsel Erik tak bisa ditebak dengan mudah oleh Varissa. Lantas, apakah Varissa akan merasa kecewa? Tentu saja tidak. Toh, notifikasi yang sama juga akan masuk ke dalam ponsel milik Varissa karena dia telah terlebih dulu membajak ponsel Erik sejak jauh-jauh hari. Bisa dibilang, ia hanya sekadar iseng ingin menebak-nebak password ponsel Erik semata.

"Mas?" panggil Varissa dari luar. Ia mengetuk-ngetuk pintu kamar mandi sambil memegang ponsel Erik yang terus-menerus berbunyi karena tak kunjung mendapat balasan dari chat yang ia kirimkan.

"Kenapa, Va?" teriak Erik dari dalam.

"HP kamu bunyi terus nih. Kayaknya penting," sahut Varissa.

Tak butuh waktu lama, pintu kamar mandi langsung terbuka. Wajah Erik tampak kaget dan langsung menyambar ponsel miliknya dari genggaman tangan Varissa.

Office calling...

Mata Erik sontak membulat saat melihat siapa yang menelepon. Itu Mauren.

"Kenapa, Mas?" tanya Varissa pura-pura. Dia tahu bahwa nomor yang dinamai Office itu adalah selingkuhan suaminya.

"Nggak apa-apa," jawab Erik yang mencoba setenang mungkin. "Kamu nggak sempat buka pesan atau angkat telepon aku, kan?" tanyanya ketika panggilan Mauren ia reject begitu saja.

Varissa mencebik. "Gimana mau baca pesan kalau HP kamu aja pakai password yang sama sekali aku nggak tahu, Mas?"

Erik menghela napas lega. Untung saja.

"Ya udah, kamu duluan ke bawah ya! Nanti aku nyusul! Aku mau ngurus kerjaan di kantor dulu sebentar," kata Erik merayu agar Varissa mau meninggalkannya sendirian. Bisa gawat kalau dia mengabaikan Mauren terlalu lama. Wanita itu bisa saja nekat ke rumahnya dan membuat perselingkuhan mereka jadi terbongkar didepan Varissa.

"Oke! Jangan lama-lama ya, Mas! Entar makan malamnya keburu dingin," angguk Varissa patuh.

Usai sang istri keluar dari dalam kamar, Erik segera mengenakan pakaian dan berlari mengunci pintu kamar. Kemudian, dia pun mengangkat panggilan Mauren setelah ia memastikan tak ada satupun orang yang mendengar atau menguping pembicaraannya.

"Kamu apa-apaan sih? Sudah ku bilang jangan telepon atau kirim pesan kalau aku lagi di rumah!" geram Erik marah ketika panggilan itu tersambung.

"Mas, kamu kenapa marah? Justru aku yang seharusnya marah sama kamu."

"Memangnya kenapa?" tanya Erik ketus.

"Kamu baru aja bikin aku malu, tau nggak? Masa' dua kartu kredit yang kamu kasih ke aku nggak bisa digunain sama sekali?"

Alis Erik mengernyit heran. Sejak kapan kartu kredit tanpa limit milik Varissa yang dia berikan kepada Mauren tidak bisa dipakai? Bukankah, biasanya tidak ada masalah?

"Itu nggak mungkin, Mauren! Kamu jangan ngarang, ya!"

"Aku nggak bohong, Mas! Pokoknya, aku nggak mau tahu! Kamu harus bayar belanjaan aku, sekarang!"

"Memangnya, kamu lagi dimana?"

"Di Gucci bareng temen-temen aku. Kamu jangan sampai bikin aku malu ya, Mas!"

Erik mendengus. "Berapa total belanjaan kamu?" tanyanya sambil menyisir rambutnya frustasi. Selingkuhannya memang perempuan yang sangat boros. Namun, karena sudah terlanjur cinta dan ketagihan pada permainan ranjang Mauren, selama ini Erik tidak pernah keberatan membiayai berapa pun pengeluaran Mauren.

"425 juta," jawab Mauren enteng.

Mata Erik terbelalak. "Gila ya kamu? Uang sebanyak itu kamu pakai beli apa?"

"Traktir temen-temen aku lah! Buat apa punya pacar Direktur kalau aku tetap aja kelihatan dibawah standar mereka, Mas?"

Erik tak bisa berkata apa-apa lagi. "Oke! Tunggu! Aku transfer sekarang!"

Kepala lelaki itu rasanya ingin pecah. Uang di rekening pribadinya juga tersisa tak seberapa. Hanya tinggal puluhan juta saja karena selama ini dirinya juga tergolong lelaki yang boros dengan sejuta gengsi di kalangan teman-temannya. Erik tidak pernah terlihat ingin dibawah. Dia ingin tampak berkuasa dengan uang-uang yang sebenarnya bukan milik dirinya. Kartu kreditnya hanya ada satu yakni yang diberikan kepada Mauren. Itu pun memiliki limit dan akhirnya membuat Erik terpaksa memberikan kartu kredit tanpa limit milik Varissa secara diam-diam saat Varissa koma di rumah sakit. Tapi sekarang, bahkan kartu itu juga sudah tidak berfungsi. Ada apa sebenarnya?

*****

Di kamar milik Almarhum ayahnya, Varissa tersenyum senang mendengar percakapan Mauren dan Erik yang sudah ia sadap. Permainan yang sesungguhnya akan dimulai sekarang. Varissa sudah menyiapkan amunisi-amunisi yang dimulai dengan hal yang kecil-kecil terlebih dulu. Hidangan besarnya ia simpan di bagian paling akhir agar lebih dramatis saat disuguhkan.

"Nyari apa, Mas?" tanya Varissa yang sukses mengagetkan Erik.

Lelaki itu sedang membuka laci meja rias Varissa. Tempat dimana ATM, buku rekening serta kartu kredit Varissa biasanya tersimpan. Bisa Varissa tebak kalau Erik sedang berupaya mencuri uang miliknya untuk diberikan kepada Mauren.

"Aku... Aku lagi cari Earphone aku," kilahnya. Ditutupnya dengan cepat laci itu sebelum Varissa curiga pada kelakuannya.

Varissa melangkah mendekati Erik. Sebuah kotak persegi empat berukuran kecil ia ambil diatas meja riasnya lalu memberikannya pada Erik.

"Ini apa?" tanya Varissa seraya membukakan tutup kotak itu. Didalamnya terdapat Earphone yang Erik cari.

Erik tertawa sumbang. Ia mengambil Earphone itu lalu berpamitan pada Varissa untuk turun terlebih dahulu untuk makan malam.

"Mas?" panggil Varissa.

Erik berbalik.

"Kamu lihat kartu kredit no limit aku, nggak?" tanya Varissa bersedekap.

Erik menelan ludahnya kasar. Seperti ada tulang yang tersangkut di tenggorokannya saat ini.

"N-nggak. Memangnya kenapa?"

Varissa menghela napas. "Kayaknya hilang deh. Makanya, aku udah minta tolong ke Om Reno buat blokir kartu itu. Tapi...,"

"Tapi apa, Va?" tanya Erik saat Varissa menggantung kata-katanya.

"Om Reno juga kasih aku detail tagihan kartu kredit kamu bulan ini. Jumlahnya banyak banget, Mas! Dan, semuanya dari toko berlian," ucap Varissa. "Kamu belanja berlian buat siapa?"

Lutut Erik terasa lemas. Jantung lelaki itu seperti ingin copot dari tempatnya. Habis sudah riwayatnya.

Terpopuler

Comments

Cicih Sophiana

Cicih Sophiana

biar lepas tuh jantung si Erik...

2024-12-20

0

Murniyati

Murniyati

lem uhu rik jantung nyaa

2025-01-14

0

Heny

Heny

Keluarga benalu

2025-02-20

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Aku tahu kau selingkuh
3 Kawan dan lawan
4 Sadar
5 Wanita yang tak tahu dimana tempatnya
6 Ular berkepala dua
7 You're not okay
8 Revenge is begin
9 Serangan pertama
10 Dilema
11 Parno
12 Wajah asli keluarga Erik
13 Derajat pelakor
14 Apartemen Dikta
15 Membuat Mauren cemburu
16 Michelle
17 Tentang 4 hati
18 Taktik istri sah
19 Ibu Mertua dan Adik Ipar
20 Doa Tika
21 Kena tipu
22 Asing
23 Pamit
24 Khilafnya Varissa
25 Perasaan Dikta
26 Rasanya jadi istri sah
27 Murkanya Varissa
28 Ancaman
29 Sepenggal kisah tentang Dikta
30 Ulangtahun perusahaan
31 CERAI!!!
32 Kasmaran
33 Back to past
34 Mencari alasan
35 Menunggu kamu di sini
36 Arti dirimu
37 Her feelings
38 Who?
39 PHP
40 Merk baju
41 Undangan
42 Ryan Edgar
43 Percaya padaku!
44 Rapuh
45 Kejadian tak terduga
46 10 juta
47 Berbanding terbalik
48 Mau cium?
49 Bakso laknat
50 Ketahuan
51 Jatuh
52 Ciuman pertama
53 Kemunculan mantan suami
54 Ada yang iri
55 Melabrak istri selingkuh
56 Sunat dua kali
57 Yang ketiga itu, SETAN!
58 Jangan berharap lebih!
59 Hasutan Dikta
60 Dendam yang tersamarkan
61 Keluarga macam apa ini?
62 Gelap mata
63 Persaingan berat
64 Bom waktu
65 Menggali masa lalu
66 Ada aku!
67 Permintaan maaf keluarga
68 Berbeda tetap satu
69 SAH
70 First night
71 Lupa ingatan
72 Bayi koala
73 Modal tampang
74 Jangan tidur terlalu miring!
75 Tika marah
76 Mauren ditemukan
77 Ulah Tika
78 Kesepakatan
79 Itu kode, ya?
80 Kedatangan tamu
81 Makanan favorit
82 Hati wanita
83 Keluarga Dikta pamit pulang
84 Pelajaran untuk Mauren
85 Mimpi buruk untuk Mauren
86 Akhirnya....
87 Gisam Butena datang lagi
88 Hadiah 2 Kontainer
89 Jurus ampuh
90 Kehidupan baru Erik
Episodes

Updated 90 Episodes

1
Prolog
2
Aku tahu kau selingkuh
3
Kawan dan lawan
4
Sadar
5
Wanita yang tak tahu dimana tempatnya
6
Ular berkepala dua
7
You're not okay
8
Revenge is begin
9
Serangan pertama
10
Dilema
11
Parno
12
Wajah asli keluarga Erik
13
Derajat pelakor
14
Apartemen Dikta
15
Membuat Mauren cemburu
16
Michelle
17
Tentang 4 hati
18
Taktik istri sah
19
Ibu Mertua dan Adik Ipar
20
Doa Tika
21
Kena tipu
22
Asing
23
Pamit
24
Khilafnya Varissa
25
Perasaan Dikta
26
Rasanya jadi istri sah
27
Murkanya Varissa
28
Ancaman
29
Sepenggal kisah tentang Dikta
30
Ulangtahun perusahaan
31
CERAI!!!
32
Kasmaran
33
Back to past
34
Mencari alasan
35
Menunggu kamu di sini
36
Arti dirimu
37
Her feelings
38
Who?
39
PHP
40
Merk baju
41
Undangan
42
Ryan Edgar
43
Percaya padaku!
44
Rapuh
45
Kejadian tak terduga
46
10 juta
47
Berbanding terbalik
48
Mau cium?
49
Bakso laknat
50
Ketahuan
51
Jatuh
52
Ciuman pertama
53
Kemunculan mantan suami
54
Ada yang iri
55
Melabrak istri selingkuh
56
Sunat dua kali
57
Yang ketiga itu, SETAN!
58
Jangan berharap lebih!
59
Hasutan Dikta
60
Dendam yang tersamarkan
61
Keluarga macam apa ini?
62
Gelap mata
63
Persaingan berat
64
Bom waktu
65
Menggali masa lalu
66
Ada aku!
67
Permintaan maaf keluarga
68
Berbeda tetap satu
69
SAH
70
First night
71
Lupa ingatan
72
Bayi koala
73
Modal tampang
74
Jangan tidur terlalu miring!
75
Tika marah
76
Mauren ditemukan
77
Ulah Tika
78
Kesepakatan
79
Itu kode, ya?
80
Kedatangan tamu
81
Makanan favorit
82
Hati wanita
83
Keluarga Dikta pamit pulang
84
Pelajaran untuk Mauren
85
Mimpi buruk untuk Mauren
86
Akhirnya....
87
Gisam Butena datang lagi
88
Hadiah 2 Kontainer
89
Jurus ampuh
90
Kehidupan baru Erik

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!