Sudah sejak beberapa menit yang lalu Alex dan Zea duduk berhadapan di sebuah cafe yang terletak tepat di seberang gedung Aditama Group. Dan sudah sejak tadi juga, keduannya masih saling diam dan hanya berkutat dengan pikiran masing-masih.
"Ehem....." Alex berdehem untuk menetralkan suaranya. Jujur saja sebenarnya dia merasa gengsi untuk memulai pembicaraan. Namun Zea yang sejak tadi hanya diam saja membuat Alex tak bisa menunggu lagi dan ingin segera tahu apa yang sebenarnya akan Zea katakan padanya.
"Apa yang mau lo omongin ke gue?" tanya Alex pada gadia cantik di depannya. Gadis cantik yang pertama kali berhasil membuatnya jatuh cinta dan patah hati secara bersamaan.
Zea yang sejak tadi menundukan kepala, mulai memberanikan diri untuk menatap Alex. Hingga pandangan mereka bertemu dan saling mengunci. Namun detik selanjutnya, Alex langsung mengalihkan pandangannya ke sembarang arah. Dia tak mau, tak mau melihat mata bening yang dulu berhasil membuatnya tertarik pada sosok Zea Tavisha.
"Maaf......." ucap Zea dengan sangat lirih. Bahkan suaranya hampir tak terdengar di telinga Alex.
"Gak ada yang perlu di maafkan," ujar Alex tegas. Dia sengaja membangun dinding tebal diantara mereka, karena Alex tak ingin kembali merasakan sakit hati untuk yang kedua kalinya.
"Lex, jangan gini." Zea menggengam tangan Alex yang berada di atas meja. Namun sayang, lagi-lagi Alex lebih memilih menarik paksa tangannya dari genggaman Zea. "Lex... maafin aku. Jangan kayak gini. Aku bisa jelasin alasan aku nolak kamu waktu itu," ucap Zea dengan suara bergetar menahan tangis.
"Gak perlu. Itu semua udah gak penting lagi buat aku," jawab Alex dengan wajah datarnya. Walau tak bisa di pungkiri jika di sudut hatinya yang terdalam, Alex masih penasaran kenapa dulu Zea menolaknya.
"Tapi ini penting buat aku Lex," sahut Zea dengan wajah memelas.
"Apa pentingnya? Itu cuma masa lalu yang gak perlu kita bahas lagi Zee," balas Alex sembari memberanikan diri menatap Zea. Dia ingin dia Zea percaya jika semua itu sudah tidak penting baginya.
"Alex, aku mohon jangan kayak gini." Zea berucap sembari menggelengkan kepalanya. Dia tak setuju jika yang terjadi pada mereka hanya Alex anggap sebagai masa lalu.
"Trus aku harus gimana? Bukankah benar kalau semua tentang kita hanya masa lalu? Dan mulai sekarang, kamu gak perlu ingat-ingat lagi apa yang udah terjadi di antara kita," ucap Alex. "Lebih baik kita fokus sama kontrak kerja sama kita. Dan kamu harus selalu inget kalau sekarang kita hanya partner kerja. Gak lebih," sambung Alex lagi.
Zea hanya bisa menundukan kepalanya dengan bulir kristal yang mulai merembes keluar dari kedua sudut matanya. "Maafin aku. Aku gak maksud nyakitin kamu. Dan kamu harus tahu Lex, bukan cuma kamu yang merasa sakit hati. Tapi aku juga. Hati aku sakit harus ngejauhin kamu selama dua bulan ini," ujar Zea dengan suara parau akibat tangisannya.
"Maksud kamu apa Zee? Aku gak ngerti," sahut Alex menatap sendu pada gadis cantik yang kini sedang menangis di hadapannya. Ingin rasanya Alex memeluk Zea. Tapi sisi lain dari dirinya menahannya untuk tak memeluk gadis itu.
"Dua bulan aku berusaha nglupain kamu. Tapi tetep gak bisa. Dan sekarang takdir justru mempertemukan kita seperti sekarang," ujar Zea sembari sengusap pipinya yang basah.
"Ngomong yang jelas Zee. Aku gak ngerti maksud kamu." Alex menatap bingung Zea. Dia sama sekali belum mengerti kemana arah pembicaraan gadis di depannya.
Perlahan Zea mengangkat kepalanya. Mencoba memberanikan diri menatap pria tampan yang saat ini terlihat sangat bingung. "Sejak dekat sama kamu, aku mulai tertarik sama kamu. Aku juga suka sama kamu Lex. Aku sayang," ujar Zea dengan air mata yang kembali mengalir di kedua pipinya. "Tapi........."
"Tapi apa?" tanya Alex tak sabar.
"Tapi niat awal aku deketin kamu itu salah Lex. Niat aku salah," jawab Zea lirih.
"Maksud kamu gimana Zee? Aku masih gak ngerti," sahut Alex yang sampai sekarang masih belum mengerti maksud ucapan Zea.
"Kamu kenal Salsa?" tanya Zea sembari menatap Alex.
"Salsa?" Alex mengerutkan dahinya seolah-olah sedang mengingat siapa Salsa.
"Salsa. Mantan terakhir kamu sebelum akhirnya kamu menjadi jomblo dalam waktu lama," ujar Zea mengingatkan siapa sosok Salsa. Hingga membuat Alex menganggukan kepala saat dirinya mengingat gadis yang tak kalah cantik dari Zea. "Salsa itu sepupu aku."
Deg
Alex diam terpaku. Dia tak menyangka jika Salsa adalah sepupu Zea. 'Pantesan mirip,' batin Alex yang saat ini baru menyadari kemiripan antara Zea dan Salsa, baik dari postur tubuh maupun wajah. Sebenarnya wajar saja Alex tak mengenal Zea sebagai sepupu Salsa. Karena Alex sendiri berpacaran dengan Salsa hanya bertahan satu minggu.
"Kamu pasti gak nyangka," ujar Zea tersenyum miris untuk dirinya sendiri. "Awalnya aku deketin kamu karena permintaan Salsa. Dia ingin membalas sakit hatinya dengan meminta bantuanku. Dan aku setuju. Karena dulu aku merasa pria playboy sepertimu juga harus merasakan sakit hati lebih dulu agar bisa mengerti bagaimana perasaan gadis yang udah kamu sakitin," ucap Zea dan berhasil membuat Alex hanya bisa diam tanpa bisa menjawab apapun.
"Tapi pada akhirnya aku justru terjat oleh permainan yang aku ciptakan sendiri," ujar Zea yang lagi-lagi tersenyum miris untuk dirinya sendiri. Zea memberanikan diri menatap Alex. Tangannya terulur dan kembali mencoba menggenggam tangan Alex. Dan kali ini Alex hanya terdiam tanpa penolakan seperti yang dia lakukan tadi. "Lex, aku sayang sama kamu. Jujur aku gak bisa jauh dari kamu. Aku mau kita sama-sama kayak dulu. Selalu bareng-bareng," ujar Zea penuh permohonan. "Sekarang kamu dah tau kenapa dulu aku nolak kamu. Dan sekarang aku mau kamu tahu kalau aku masih sayang sama kamu Lex. Aku cinta sama kamu. Aku mau kamu jadi pacar aku. Kamu mau kan Lex?"
Alex terdiam. Dia masih tak menyangka dengan semua yang di dilakukan Zea padanya. Alex masih tak menyangka jika dulu Zea hanya ingin mempermainkan perasaannya. Dan sialnya semua itu berhasil.
Zea berhasil membuatnya jatuh cinta dan patah hati secara bersamaan. Zea berhasil membuat Alex tahu bagaimana rasanya mencintai tapi tak bisa memiliki.
Tapi disini Zea juga gagal. Gagal membuatnya berhenti menyakiti perempuan. Karena pada akhirnya hal ini justru membuat Alex menganggap hampir semua perempuan sama. Iya hampir, bukan berarti Alex tak percaya jika ada perempuan yang tulus.
Karena Alex percaya ada perempuan seperti itu. Hanya saja dia belum menemukannya. Dan kini justru cara Alex untuk menemukan perempuan tulus itu salah. Karena Alex memilih menyeleksi perempuan yang tulus dengan cara menerima semua perempuan yang ingin menjadi pacarnya, hanya untuk mencari yang terbaik.
"Lex.. Kamu mau kan jadi pacar aku?" tanya Zea lagi, karena sejak tadi Alex hanya diam tak menjawab pertanyaannya sama sekali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Alula Shahin Lashirania
ihhh zea
2022-02-11
1
Ririe Handay
beneran ga itu
2022-01-27
1
Suho
Jangan mau Lex
2021-12-17
1